Angsana (Completed)

By red_momiji

40.9K 2.2K 141

Kepingan puzzle hidup Angsana mulai tersusun satu per satu akan kehadiran Dimas. Jati diri Dimas yang selama... More

01.01 (Edit July 2020)
01.02 (Edit July 2020)
01.3
01.4
01.5
02.
02.2
02.3
02.4
02.5
03
03.1
03.2
03.3
03. 4
04
04.1
04.2
04.3
04.4
05.
05.1
05.2
05.3
05.4
05.5
06. TAMAT
Fakta Tentang Angsana
Rekonstruksi Cerita

03.5

1.2K 82 4
By red_momiji

Sana, hujan......

Udah di rumah?

--Seto


Angsana memandangi layar ponselnya dalam kegelapan, setelah dia mematikan lampu kamarnya. Suara gemercik hujan berpadu petir menggelegar di telinganya. Kotak pesan di ponselnya kini tak lagi penuh dengan pesan dari Raka. Seto telah memenuhi bukan hanya memori di ponselnya, melainkan juga di hatinya. Tak bisa lagi menghindar dari kenyataan bahwa Angsana telah tertawan oleh perhatian Seto.

Udah, tadi nebeng Raka.

Udah sampai kos?

Angsana--

Seto tersenyum membaca balasan dari Angsana. Usahanya meluluhkan hati Angsana membuahkan hasil. Sejak pertama kali Seto mengenal Angsana, dirinya sudah jatuh hati. Penampilannya yang sederhana, jauh dari kesan glamor dan make up justru membuatnya tertarik. Terkadang Seto merasa gemas ingin membelikan Angsana baju yang lebih fashionable. Namun ditahannya sendiri, karena takut Angsana justru akan membencinya jika dia nekat.

Angsana bukan seperti kebanyakan perempuan lain yang pernah singgah di hidupnya. Pengalamannya mengarungi pahit dan manisnya hidup membuatnya kuat. Meskipun begitu, Seto sangat memahami bahwa Angsana merasa kesepian. Angsana tidak butuh harta, atau pesona. Yang dibutuhkannya hanyalah kasih. Itu sudah cukup bagi Seto.

Namun, hati Angsana sangat keras, tidak mudah ditembus dengan mudah. Seto tidak ingin menyerah begitu saja. Cintanya pada Angsana mengalahkan semua gengsi yang dipertaruhkannya. Dia harus mendapatkan Angsana dan membuatnya bahagia.

Hei, aku nggak pandai bermain kata.

Tapi aku hanya ingin bilang, rindu.

Aku harap kamu adalah seseorang 

yang bersamaku membangun rumah kita bersama.

--Seto

Angsana tersenyum lebar membacanya. Meski begitu, air matanya kembali menetes di saat yang bersamaan. Dia sejatinya tak ingin berlari, tak juga ingin menghindar. Jika bukan karena cinta, untuk apa dia menangis saat ini? Jika Seto bukan tercipta untuk Angsana, lantas mengapa dia harus datang dan mendekat?

"Tuhan, apakah aku salah jika aku mencintai Seto? Apakah aku pantas untuk bersanding dengannya?" Isak Angsana lara sendiri.

Dimatikannya layar ponselnya, lalu tenggelam dalam isak tangis tanpa suara hingga terlelap. Tanpa membalas lagi pesan dari Seto yang sedang menunggunya. Seto menghela nafas panjang. Mungkin butuh waktu lebih lama lagi untuk meyakinkannya, batin Seto. 

--**--

"Mbak Sana, dicari Bu Ratna di ruangan Pak Bambang." Kata Joko mengejutkan Angsana yang baru kembali dari gudang.

"Hah? Serius?"

"Iya mbak, tadi sampai dibelain kesini. Terus beliau bilang kalau mbak Sana datang, suruh ke ruangan pak Bambang habis rapat direksi."

"Aduh....rekapanku belum selesai." Kata Angsana panik sambil memandang jam dinding di ruangannya. Masih ada waktu satu jam hingga rapat direksi selesai. Dengan segera, dinyalakan komputer kerjanya lalu dikerjakan tugasnya.

"Semangat mbak!! Katanya Bu Ratna kalau nggak puas bisa minta ganti tuh."

"Iya Jok, ngerti aku. Anak-anak desain katanya banyak yang diganti pas proyek interior katanya."

"Nah itu dia mbak. Untung bukan aku yang nge-handle ya." Kata Joko dengan penuh kemenangan.

"Hisssh....tadinya mau Tania itu, gara-gara dia harus pulang dulu jemput Varel, pas digudang adanya aku, ya..sudah."

"Semangat mbak." Kata Joko sembari menepuk pundak Angsana, lalu pergi meninggalkan ruangan menuju ke ruang fotokopi.

Satu jam berlalu, Angsana semakin panik. Pekerjaannya belum selesai. Pada akhirnya dia pasrah. Jika harus diganti, biarlah diganti. Kemudian dilangkahkan kakinya menuju ke ruangan yang diminta. Diketuknya halus, Pak Bambang memintanya untuk masuk.

"Maaf Ibu, hasil rekapitulasi datanya belum selesai hari ini." Kata Angsana dengan sedikit gemetar.

"Loh, kan memang untuk minggu depan, bukan hari ini."

Angsana terheran. Lantas, apa gerangan Ratna Arum meminta untuk menemuinya?

Seolah tahu dengan rona muka Angsana yang kebingungan, Ratna mengambil sebuah tas berukuran sedang lalu disodorkannya pada Angsana.

"Saya kesini mau memberikan ini. Terimalah."

Angsana memandang Ratna dengan kebingungan, lalu memandang Bambang. Bambang memberikan isyarat padanya untuk menerima bingkisan itu. Angsana mengintip dalamnya, sebuah blouse satin berwarna putih dan celana kerja dari perancang busana kenamaan.

"Dari anak saya, Dimas."

"Tapi Bu, saya tidak mengenalnya. Saya hanya tahu mas Arya Sena, karena sering menonton acaranya di televisi. Itu pun juga semua orang mengenalnya."

"Dimas itu adiknya Sena. Anggap ini sebagai tanda perkenalan darinya."

"Tapi Bu..."

"Sudah, terimalah Sana.", kata Bambang sembari menepuk pundaknya.

"Tapi Pak, saya merasa tidak ada alasan untuk menerimanya."

"Jika kamu tidak bisa menerimanya dari Dimas, anggap saja ini adalah ucapan terima kasih dari saya karena kamu sudah membantu saya untuk urusan stok barang." Kata Ratna sembari memandang lurus ke arah Angsana. Membuatnya tak bisa menolak lagi.

Bambang mengijinkannya untuk kembali ke ruangan setelah mengucapkan terima kasih. 

"Dimas?", kata Bambang pada Ratna setelah Angsana keluar dari ruangannya.

"Uh-huh," 

"Kamu berniat menjodohkan Angsana dengan Dimas?"

"Bagaimana menurutmu?"

"Not bad. Angsana itu tipe pekerja keras. Nggak neko-neko. Tapi dia minderan, kurang pede dengan dirinya sendiri. Padahal so much potentials she has. "

"That's why! Cocok untuk Dimas."

"Dimasnya mau?"

"Justru dia adalah pilihan Dimas." Jawab Ratna tegas, disambut perubahan rona wajah Bambang yang sedikit terkejut.

"Kenal dari mana?"Selidik Bambang. Karena dia tahu, pekerjanya satu ini bukanlah tipe wanita gaul di mall atau klub malam. 

Ratna mengangkat bahu, "Dimas is always so special."

Sementara itu, Angsana yang berjalan dengan isi kepala penuh tanda tanya. Seingatnya, dia tak pernah berkenalan dengan seseorang bernama Dimas, selain anak tukang sayur langganannya yang masih berumur 18 tahun.


Curhatan penulis:

Hari ini updatenya segini dulu ya...ngantuk menyerang.

By the way, hari ini ada kunjungan orang tua. Lebih tepatnya seminggu kedepan. 

Sedari pagi, rupanya saya terkena anxiety attack. Jantung berdebar-debar dan merasa seperti akan terjadi sesuatu yang buruk. Dulu, saya sering terkena ini. Sebelumnya saya tidak tahu bahwa ini adalah sebuah anxiety attack. Hingga saya periksa ke psikiater tahun lalu. 

Selain jantung berdebar, saat saya mengajar, saya juga bergetar. Terus terang, saya belum pernah merasakan serangan sampai sejauh ini. Biasanya hanya berdebar saja.

Mungkin karena saya overthinking terhadap orang tua murid. Saya memang merasa khawatir dengan murid-murid di level 8. Karena sebelumnya, di level 9, mereka diajar oleh boss saya yang native speaker. Saya khawatir apabila orang tua murid akan mengajukan protes dan komplain.

Saya tidak ada masalah dengan kelas baru atau kelas yang sudah saya ajar sejak tahun lalu.

Begitulah. Hingga saat ini saya masih belum bisa tidur. Ya sudah, saya lanjutkan mengupdate cerita Angsana saja, hahaha.

Setidaknya, ada satu hal positif yang bisa saya lakukan daripada sekedar browsing, scrolling,stalking di hape ya.

Semoga besok anxiety saya bisa sedikit terkurangi.

Selamat malam semuanya. Terima kasih sudah sudi membaca Angsana.

Continue Reading

You'll Also Like

730 90 36
FAST UPDATE! #Rank_1_perempuan (02-06-2023) #Rank_2_diskriminasi (12-01-2023) #Rank_2_perempuan(31-05-2023) #Rank_2_patriarki (25-02-2023) Ketidakad...
9.8K 811 23
[COMPLETED] \Ineffable\ Too great to be expressed in words. Askhalika Pragiwara memilih untuk hidup gelandangan dan miskin seperti gembel, bekerja ma...
761K 51.9K 21
"Ceria itu datang membawa keramaian dalam hidupku. Sifat positivnya membuat aura kelamku tergantikan dengan sendirinya. Sanggupkah aku bersanding den...
883K 94.8K 46
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...