Viragos

By Je-Alysha

2.5K 418 57

Kehidupannya yang nyaris seperti neraka membuat Sakura Haruno menjadi gadis dengan hati yang membatu. Tatapan... More

V . 01
V. 03
V. 04
V. 05

V. 02

948 147 16
By Je-Alysha

Jangan lupa follow dan juga votenya! 🙏

.
.
.

"Huhh~" tiup Naruto menjahili Sai yang duduk tepat di sampingnya.

Sai memukul sisi wajah Naruto dengan sedikit kasar, mendorong wajah Naruto menjauh darinya. "Naruto anjing! Gausah niup - niup asep rokok lo ke gua! Asep lo kecampur bau jigong, anjir!"

Naruto justru semakin menghisap rokoknya kuat lalu meniupkan asapnya kembali pada Sai. Membuat Sai yang mulanya sibuk bermain mobile legend itu kembali naik pitam. Ia dengan sedikit kasar meletakkan ponsel miliknya yang menampilkan tulisan 'defeat' di atas meja, lalu dengan cepat mencekik leher Naruto.

"Ahhh, ampun mass~" Naruto berpura - pura kesakitan seraya menggenggam kedua pergelangan tangan Sai.

"Gua bikin lo mampus hari ini, Kuning!"

Mendengar itu Naruto justru semakin kegirangan. Ia segera menoleh kearah Sasuke berada. "Mas Sasuke, tolong aku, mas!" teriak Naruto dengan suara yang ia buat - buat seperti perempuan.

Mendengar itu Sasuke ikut menjadi kesal, "Sai, gua dukung niat lo."

Sai menyeringai, ia semakin mengeratkan cekikannya pada leher Naruto. Membuat Naruto terbatuk - batuk namun diselingi dengan gelak tawa. "Hahaha! Ampun, Sai! Ga lucu banget gua mati dalam keadaan masih perjaka."

Sai melepas cekikannya secara kasar, membuat Naruto kembali bernapas lega. Sai kembali mengambil ponselnya lalu mengecek jam. Ternyata 10 menit lagi bel istirahat berbunyi.

"Bentar lagi bel, masih mau disini?" tanya Sai.

"Hn." jawab Sasuke singkat.

"Gua mau ke kantin sih." jawab Naruto.

"Lah, kurang lo makan pecel lele disini dua porsi?" tanya Sai keheranan.

"Kaga, gua mau nyari informasi." jawab Naruto lagi.

"Info apaan?" tanya Sai kembali.

"3 cewe tadi, lo ga penasaran gitu?"

Sai terdiam sejenak. Ia kembali mengingat kejadian sebelumnya yang menurutnya sedikit lucu dan juga menarik. Ketiga gadis itu tampak berbeda menurutnya.

"Lumayan, kalau gitu gua ikut."

"Sasuke teme, mau ikut ga?" tanya Naruto.

Sasuke menyerngitkan dahinya bingung, "Hah?"

Naruto berdecak, "Ck, lo harus ikut!"

Sasuke mengalihkan pandangannya kembali pada ponsel, "Ga penting."

Mendengar itu Naruto kembali berdecak, "Ck, seenggaknya demi harga diri lo, Sas. Lo ga inget cewe rambut pink tadi ngancem sampe narik kerah lo gitu? Bales lah bales! Lo kaya ga ada harga diri banget di depan cewe pingky itu!" seru Naruto mengompori.

Sai mengangguk setuju, "Nah! Gua juga mau minta pertanggung jawaban!"

Naruto ternganga, ia reflek menatap perut rata Sai yang tertutup seragam itu, "Hah?! Siapa yang ngehamilin lo?!"

Sai mengangkat tangan kanannya ke udara, hendak melayangkan pukulan. "Ga gitu, tolol. Gua mau minta pertanggung jawaban cewe rambut pirang tadi karena bikin kepala gua sakit!"

Mengingat itu Naruto justru kembali tertawa, "Anjing, bisa - bisanya lo kena timpuk sepatu."

"Gua ga ngeduga aja dia bakal kaya gitu. Lo pikir aja, selama ini mana ada cewe yang berani kaya gitu ke kita, 'kan?" jelas Sai yang disetujui oleh anggukan kepala Naruto.

Bagaimana tidak, mereka bertiga terbilang 'berandal tampan' di sekolah yang selalu di puja - puji oleh para siswi di sekolah maupun diluar. Naruto dengan sifatnya yang friendly namun tak senang disentuh. Tak jarang juga ia bersikap kasar saat dirinya merasa terganggu. Ia bagai manusia dengan dua kepribadian. Namun berbeda jika bersama dengan kedua sahabatnya itu, ia seperti cicak yang terus menempeli kedua temannya itu.

Sedangkan Sai, sifatnya yang terlalu jujur membuat orang - orang disekitarnya takut bertemu tatap dengannya. Namun tak jarang para siswi memberanikan diri untuk sekedar menyapa, meski hanya dibalas oleh senyuman palsu olehnya. Meski mulutnya seperti itu, tak ada seorang gadis pun yang membencinya. Karena apa? tentu karena wajahnya yang tampan, mereka seolah memakluminya begitu saja.

Lalu Sasuke, si pembawa atmosfir dingin. Wajahnya yang sangat tampan membuatnya begitu disukai oleh kalangan siswi bahkan wanita di luaran sana. Sifatnya yang dingin dan juga irit bicara membuatnya mendapat julukan 'untochable boy'. Bagaimana tidak, auranya dinginnya seolah menjadi tembok tinggi yang menghalangi mereka untuk menjangkau pria itu. Bahkan Sasuke enggan menatap mereka meski hanya untuk beberapa detik.

"Bego." celetuk Sasuke sebelum akhirnya ia tergerak bangun dari duduknya.

Ia memasukkan ponsel pintar miliknya kedalam saku celananya. Melompati tembok tanpa aba - aba.

"Lah, main cabut duluan aja dia." ujar Naruto setelah Sasuke menghilang dari pandangannya.

Suara bel istirahat berbunyi, Naruto dan Sai segera melompat menyusul Sasuke yang sudah berjalan duluan. Entah apa yang dipikirkan pria itu, keduanya memilih untuk mengikutinya saja.

Ketiganya berbelok kearah kantin, namun hal tak terduga kembali terjadi. Mereka kembali bertemu dengan ketiga gadis yang menjadi bahan pembicaraan mereka beberapa menit lalu. Mereka sama - sama menghentikan langkah, saling menatap tajam satu sama lain.

"Minggir."

Tak ada reaksi apapun dari ketiga pria itu. Membuat Sakura yang sebelumnya meminta mereka untuk menepi itu kembali membuka suaranya.

"Tuli?" tanya Sakura dengan nada remehnya.

Naruto membuka mulutnya seraya menepuk kedua tangannya tak percaya. Membuat ketiga gadis itu beralih menatapnya aneh.

"Gua ga salah denger? Lo bilang apa? Coba ulangi lagi." balas Naruto dengan nada yang ia rendahkan. Ia mendekatkan wajahnya pada Sakura, menunggu gadis itu kembali mengulang kata - katanya.

Hinata yang melihat itu terpancing untuk meraih wajah Naruto. Ia mendorong sisi wajah pria itu untuk mengalihkan pandangannya dari Sakura. Naruto dengan cepat meraih pergelangan tangan Hinata, mencengkramnya cukup keras. Ia benar - benar tak suka sembarang disentuh.

"Berani lo nyentuh muka gua?"

Hinata tersenyum miring, "Lo pikir lo siapa? Musang Rabies?"

Hinata menghempas tangannya kuat, membuat cengkraman Naruto terlepas dari pergelangan tangannya. Tanpa mereka berenam sadari, mereka sudah menjadi tontonan para murid yang kebetulan lewat. Mereka semua berkumpul menyaksikan keributan langka dua kubu yang terkenal 'berandalan' itu.

"Heh, cewe pirang." panggil Sai kepada Ino yang sedari tadi diam memperhatikan Hinata dan juga Naruto.

Gadis itu menoleh, menatap dirinya tak suka. "Apa?"

"Siapa nama lo?"

Ino berdecih, "Cih, ga perlu tau. Gua ga sudi nama gua disebut sama mulut jelek lo."

Sakura tanpa sadar menyunggingkan senyum, ia merasa bangga dengan kedua sahabatnya ini.

Naruto dan Sai tertawa renyah, entah mengapa mereka justru merasa begitu terhibur. Sedangkan Sasuke, ia hanya diam dengan pandangan yang ia alihkan.

Bisikan - bisikan halus mulai masuk keindra pendengaran keenamnya. Mereka baru menyadari banyak orang disekitar tengah memperhatikan mereka.

"Lo pikir ini tontonan gratis?" seru Naruto dengan nada yang sengaja ia keraskan. Membuat mereka semua yang ada disana panik lalu membubarkan diri mereka masing - masing.

Sakura menghela napasnya jengah, ia merasa bosan dan juga malas berdiam diri disini. Dengan langkah berani ia berjalan menabrak lengan Sasuke dan juga Naruto. Membuat keduanya sedikit terkejut dengan tidakan berani gadis berambut soft pink itu. Dengan tatapan tak percaya Naruto berbalik menatap punggung Sakura yang perlahan pergi menjauh.

Ino dan Hinata segera menyusul Sakura tanpa aba - aba. Ino juga dengan sengaja menabrak lengan Sai dengan kasar lalu melewatinya begitu saja. Begitu pula dengan Hinata, ia sengaja menyenggol Naruto, membuat pria itu sedikit terhuyung kedepan karena gadis itu menyenggolnya dengan sangat tidak santai.

Naruto menatap kepergian ketiganya dengan raut wajah speechless. Ia sangat tak menyangka ketiga gadis itu akan seberani ini dengan mereka bertiga.

"Wow, gua masih ga nyangka ada cewe kaya gitu."

"Gila, Sas. Harga diri lo jatuh dua kali!" seru Sai tak kalah hebohnya.

"Bacot, mulut jelek."

Naruto terbahak seketika mendengar balasan Sasuke. Ia ingat sekali bagaimana Ino dengan tanpa dosanya mengatai Sai seperti itu. Untuk pertama kalinya, ada gadis yang menghina Sai langsung di depan wajahnya.

Sasuke menyunggingkan senyuman tipis, ia teringat wajah seorang gadis yang belum lama ini menatapnya dengan pandangan aneh. Entah mengapa ia menyukai tatapan aneh itu.

"Gua mau balik kelas," ucap Sasuke singkat. Ia langsung melangkah pergi, meninggalkan kedua temannya yang masih diam di tempat seraya memandang kepergiannya.

"Woy! Gamau ke kantin?" teriak Naruto. Sasuke hanya meresponnya dengan mengangkat sebelah tangannya. Pertanda jawaban tidak.

Sasuke menghilang dari pandangan keduanya, sedangkan Sai dan Naruto memilih pergi ke kantin berdua. Mereka mengurungkan niat untuk mencari informasi mengenai ketiga gadis itu, rasanya lebih menyenangkan jika mereka mencari taunya sendiri secara alami seperti tadi.

...

Sakura baru saja pulang sekolah, ia langsung menghempaskan tubuhnya diatas kasur empuk miliknya. Rasanya tubuhnya sedikit sakit akibat kejadian di sekolah tadi siang. Suara notifikasi memasuki indra pendengarannya, dengan malas ia membuka ponselnya, mengecek siapa yang baru saja mengiriminya pesan.

Bajingan tua

Jangan keluar kamar malem ini.
[17.15]

Jam berapa?
[17.16] ✓✓

8
[17.17]

Sakura hanya membacanya lalu kembali meletakkan ponselnya di atas kasur. Ia segera bangun dari tidurnya, bergerak mengambil handuk lalu membawanya masuk ke dalam kamar mandi.

Sakura memasukkan dirinya kedalam bathub yang sudah ia siapkan. Rasanya menenangkan bisa berendam tanpa mendengar kebisingan apapun. Dengan pandangan kosong ia mendongak menatap langit - langit. Suara - suara bising terdengar dari dalam kepalanya, membuatnya merasa sedikit terganggu. Tanpa sadar ia menenggelamkan kepalanya kedalam air. Mencoba meredam suara - suara itu dari kepalanya. Namun nihil, suara - suara itu tetap bersarang di kepalanya, membuatnya terbangun dengan sedikit frustasi.

"Gua harus keluar."

Setelah membereskan mandinya, Sakura segera mengenakan pakaian. Ia duduk di depan cermin riasnya, memandang ujung bibirnya yang sedikit membiru melalui pantulan kaca. 3 hari yang lalu, ayahnya memukulnya karena pulang terlambat. Membuat wajah dan juga beberapa bagian punggungnya membiru.

Tanpa berlama - lama, ia menutup kebiruan yang ada di wajahnya itu menggunakan foundation tipis. Ia juga memoles bibir pucatnya dengan lipstik berwarna natural. Membuat wajahnya terlihat lebih segar dan juga sehat.
Sakura mencoba tersenyum tipis seraya bercermin. Entah mengapa rasanya aneh melihat wajahnya sendiri.

Ia beranjak dari duduknya, mengambil tas selempang miliknya dan juga ponsel. Tak lupa juga ia membawa beberapa lembar uang untuk berjaga - jaga. Ia segera bergegas keluar rumahnya yang terbilang sangat besar. Lalu pergi dengan motor sport hitam miliknya dengan kecepatan cepat melesat membelah jalanan. Ia sungguh tak peduli jika setelah ini ia di hajar oleh bajingan tua yang tak lain adalah ayahnya itu.

...

Meong~ Meong~

"Ah, lucunya~"

Disini Sakura sekarang, di sebuah rumah kucing yang berada sekitar 30 menit dari rumahnya. Tempat ini selalu menjadi tempat favoritnya disaat dirinya merasa jenuh. Dengan ekspresi gemasnya, Sakura menggendong seekor kucing lalu memciumnya dengan gemas. Ah, rasanya suara - suara kucing ini membuat perasaannya menghangat dan juga tenang. Ia bersikap seperti ini hanya saat berhadapan dengan kucing.

"Pak Orochimaru, apa aku boleh tidur sama anak - anakku ini?" tanya Sakura kepada pemilik rumah kucing.

Si pemilik itu menggeleng lembut, "Kamu selalu nanya itu setiap kesini, Saku."

Sakura merengek, ia ingin sekali menginap dan tidur bersama kucing - kucing ini. "Untuk hari iniiiii saja, ya?"

Pak Orochimaru kembali menggeleng, "Ga boleh, kamu harus pulang."

Sakura merengut sebal, ia mendumal lalu berbicara pada kucing yang ada dalam pelukannya. Seolah kucing itu mengerti ucapannya.

"Kenapa ga kamu bawa pulang aja?" tanya Orochimaru.

Sakura berdecak, tak mungkin ia membawa kucing ke dalam rumahnya. Bisa - bisa kucing itu mati di keesokan harinya karena ayahnya tak menyukai kucing.

"Ga mau, aku sibuk takut ga ke urus." bohong Sakura beralasan. Sebenarnya ia ingin sekali memelihara 12 anak kucing di kamarnya. Menjadi ibu dari anak - anak kucing, bukankah itu terdengar menyenangkan?

Suara lonceng kecil terdengar, pertanda ada seseorang yang datang berkunjung. Sakura yang mendengar itu hanya acuh. Rumah kucing ini selain sebagai tempat penampungan kucing liar, tempat ini juga beroperasi sebagai klinik hewan. Tak hanya itu, rumah kucing juga menampung penitipan kucing hilang dan sebagainya. Karena itu, tak heran jika ada orang lain yang berkunjung selain dirinya di tempat ini.

"Kucing ini sepertinya sakit." ucap pengunjung itu seraya menyodorkan kucing yang ada pada gendongannya.

Pak Orochimaru dengan sigap mengambil alih kucing itu, "Kucing jalanan, ya?"

Pengunjung itu mengangguk sebagai jawaban. Ia hendak berbalik untuk keluar, namun tanpa sengaja matanya menangkap sosok gadis berambut soft pink sedang berbicara pada kucing dengan bahasa yang tidak jelas.

"Meow meoww, meow meow miawwww~" Sakura berbicara menggunakan bahasa kucing yang sebenarnya ia sendiri tak tahu artinya apa. Membuat pengunjung yang diketahui berjenis kelamin laki - laki itu menyunggingkan senyuman tanpa sadar.

Orochimaru yang melihat itu ikut terkekeh. Di matanya Sakura memang seperti itu. Gadis itu selalu membuat suasana di rumah kucing ini menjadi lebih ramai. Tak hanya itu, terkadang gadis itu juga membawa banyak makanan kucing untuk ia berikan pada kucing - kucing disini. Katanya itu kewajiban seorang ibu memberi makan anak - anaknya.

"Siapa namamu, nak?" tanya Orochimaru mengintrupsi pria yang tengah memperhatikan Sakura itu.

"Sasuke Uchiha." jawab Sasuke singkat.

Orochimaru tampak terkejut, "Uchiha?!"

Suara Orochimaru membuat Sakura menoleh. Ia terkejut mendapati Sasuke yang tengah berbicara dengan Orochimaru. Dalam hati ia menggeruti kesal, mengapa harus bertemu dia disini sih?

Sakura meletakkan kembali kucing yang sebelumnya berada dalam gendongannya ke dalam kandang. Setelah itu ia kembali berdiri, berbalik secara diam - diam hendak berjalan keluar sebelum Sasuke melihatnya. Dengan langkah hati - hati ia berjalan tanpa menoleh kearah Sasuke maupun Orochimaru.

"Mau pulang, Sakura?"

Sakura seketika membatu di tempat. Mengapa Pak Orochimaru segala memanggilnya sih?

Sasuke menoleh kebelakang, mendapati punggung Sakura di ambang pintu keluar.

"Jadi nama lo Sakura?"

Sakura berbalik, menatap malas Sasuke yang juga sedang menatapnya. Ah, mengapa ia terus bertemu orang ini.

"Kalau iya, kenapa?"

Sasuke tersenyum meledek, "Suara lo udah balik? Bukannya tadi 'miaw miaw' gitu?"

Sakura terkejut dalam hati, ia tetap mempertahankan sikap tenangnya seperti biasa. Dia ahlinya dalam hal seperti ini.

"Lo halu?"

Sasuke terkekeh, sedangkan Sakura tetap dengan ekspresi tenangnya. Ah, rasanya memalukan sekali.

"Gu-"

"Kenapa gua terus - terusan ketemu lo?" serobot Sakura sengaja mengalihkan topik pembicaraan.

Sasuke mengendikkan bahu, "Jodoh kali?"

Sakura seketika merasa mual. Apaan itu? Jodoh? Rasanya ucapan itu terdengar aneh jika keluar dari mulut pria itu.

"Gila ya lo?"

Sasuke mendekat, menarik telapak tangan kanan Sakura untuk berjabatan dengannya. Sakura tampak terkejut tanpa suara, hendak menarik kembali tangannya namun Sasuke menahannya.

"Gua Sasuke, inget nama gua baik - baik. Karena mulai hari ini gua bakal terus ada di sekitar lo."

Sakura meneguk liurnya dengan susah payah. Ah, sial! Iya berfirasat buruk untuk yang satu ini. Ia yakin hari - harinya akan semakin buruk untuk kedepannya.

....

Continue Reading

You'll Also Like

102K 10.9K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
43.9K 4.2K 42
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
395K 4.2K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
57.4K 5.9K 19
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG