Cinta Ramasaka (GOOGLE PLAY B...

By CutelFishy

18K 1.2K 103

Sudah tersedia dlm bentuk eBook di Google Play Book. Sekuel Memikatmu Semenjak kehilangan cinta terbaik dalam... More

Sinopsis
Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 5
Cinta Ramasaka di Google Play Book

Part 4

815 160 10
By CutelFishy

Di dalam mobil Shinta cemberut karena akhirnya ia masuk ke permainan Rama dan Mira. Mengatakan jika ia dan Rama telah menikah. Bukan apa-apa, kebohongan itu membebaninya. Menikah dengan pria yang usianya dua kali lipat dengannya.

Mira memang spontan mengatakan itu. Tapi jika Shinta tidak ikut berbohong pasti akan terjadi pertengkaran. Ia masih bingung, kenapa Mira mengatakan seperti itu.

Ada apa dengan Rama dan Mira?

Rama meliriknya sesekali. "Kamu kenapa diam aja?"

"Emangnya aku harus ngomong apalagi?" sahutnya ketus.

"Soal tadi, nggak tahu kenapa itu terjadi. Mira spontan bilang gitu karena takut suaminya cemburu. Dan aku nggak mau itu terjadi. Diantara kami nggak ada apa-apa, hanya masa lalu." Ucapannya terdengar pelan di akhir kalimat. Shinta memasang telinga, sayangnya tidak cukup untuk menangkap ucapan tersebut. Ia mendesah, kenapa tidak kedengaran.

"Syukurlah, suaminya Kak Mira percaya." Ia tidak mau membahasnya kembali. Namun hatinya masih jengkel.

Rama mengerutkan keningnya, "kenapa manggil Mira Kakak sedangkan aku Om?" tanya tidak suka.

"Kak Mira masih muda kalau Om kan," ia menutup mulutnya tidak melanjutkan karena menyadari salah bicara.

"Jadi kamu mau bilang aku tua?" tanyanya meninggi.

"Bu.. bukan gitu.. Om.." Shinta gagap. Juna mah tertawa mendengarnya. Ayahnya tidak mau disebut tua. Dari segi penampilan memang tidak terlihat usianya sudah 36 tahun. Tapi Shinta tahu usia sebenarnya Rama.

Rama berdecak, "udah cukup!" ucapnya kesal. Shinta menunduk, ia merasa bersalah. Bagaimana kalau ia di pecat? Shinta menjadi harap-harap cemas.

Setibanya di rumah, Rama membanting pintu mobil. Shinta terkejut tapi tidak dengan Juna yang menanggapinya dengan tawaan. Gadis itu masuk ke rumah dengan penuh rasa khawatir. Rama langsung ke dapur untuk minum, sekali teguk habis. Ia mendelik ke arah Shinta. Seolah sedang menatap musuhnya. Rama lalu masuk ke kamarnya dan membanting pintu. Hampir Shinta jantungan. Kenapa sikap Rama seperti anak kecil yang ngambek.

"Juna, Papamu marah ya?" tanya Shinta hati-hati. Juna malah menaikan bahunya. "Kamu jangan ketawa terus!" omelnya. "Nggak di mobil, nggak sekarang di rumah."

Sejak saat itu hubungan Shinta dan Rama agak merenggang. Entah kenapa Rama sangat sebal saat dikatakan tua oleh Shinta. Masih banyak yang suka dengannya. Wanita-wanita mengantri untuk jadi kekasihnya. Kenapa Shinta gadis kecil itu mengatakannya tua, Rama tidak habis pikir. Padahal kenyataannya memang seperti itu. Rama tidak mau mengakuinya.

***

Hari senin, saat Juna sekolah dan ada les disekolahnya. Sehingga pulang terlambat. Shinta di telepon Rama untuk membawakan pakaian untuk ada pemotretan. Ia lupa membawa jas yang sudah disiapkan semalam. Jika pulang lagi akan membuang-buang waktu. Jadi Rama menyuruh Shinta untuk menggunakan ojek online menuju tempatnya. Gadis itu memang tidak ada kerjaan selama Juna pulang sore.

Ia mengerjakan apa yang kata Rama katakan. Membawa jas dan pakaian lainnya untuk pemotretan dengan ojek online. Amanat Rama yaitu 'Jangan sampe terlipat jasnya'. Dan selama di perjalanan Shinta harus menenggakan tangannya agar jas yang dilapisi plastik itu tidak terlipat. Ia sampai kerepotan di jalan. Dalam hati menggerutu pun percuma Rama tidak akan mengerti pengorbanannya.

Di studio Shinta mencari Rama atau orang untuk menanyakan keberadaan majikannya itu. Namun langkahnya terhenti saat melihat sebuah ruangan seorang model perempuan tengah berpose dengan anggunnya. Ia terpana melihatnya sampai lupa jas Rama masih berada di tangannya. Shinta ikut tersenyum tersaat model itu tersenyum. Sepertinya menyenangkan menjadi model, pikirnya. Hanya berpose selesai, ia mendapatkan uang.

"Hei!" ucap seseorang mengagetkannya. Tubuh Shinta sampai tersentak. Ia menoleh sambil memelototi ke arah Rama. "Kenapa malah diam disini? Aku udah tungguin dari tadi. Ayo, cepat!" di tariknya tangan Shinta agar mengikutinya ke sebuah ruangan. "Mana Jasnya?"

Gadis itu cemberut sambil memberikan jas tersebut. "Ini!" sedikit membentaknya.

"Awas kalau kusut," ancam Rama. Shinta mencebikkan bibirnya. Ia duduk di ruangan itu. Rama mengenakan jasnya lalu di make up.

"Udah tuir begitu emangnya masih laku jadi model? Emang sih ganteng. Duh, kenapa aku jadi plin-plan begini sih!" Ia menggetok kepalanya sendiri. Penampilan Rama berubah total saat selesai di make up dan di tata rambutnya, terlihat lebih muda.

"Kurang keras, lebih baik ke tembok biar kerasa." Celetukan Rama membuat kepala Shinta berasap. Semenjak ia mengatakan tua, Rama menjadi sensi terhadapnya.

"Apaan sih!" Shinta memalingkan wajahnya.

"Mas Rama, langsung ke studio ya."

"Oke, Mbak Gea." Rama bersikap ramah. Shinta berdecak melihatnya. "Shinta, kamu ikut. Ngapain di sini, nanti ada yang nyulik."

Di dalam studio bernuansa putih. Rama langsung menunjukan bakatnya di depan kamera. Dengan pose yang manly, dengan tatapan serius. Shinta terpesona dengan Rama tidak menyangka akan seperti itu di depan kamera. Ia meneliti setiap inci wajah Rama, bibirnya melengkung.

"Bagus Rama!" teriak seseorang ternyata photografernya. Rama buru-buru melihat hasilnya di laptop. Hasilnya sangat memuaskan. "Ganti pakaian lain ya."

"Lha? Cuma segitu aja? Aku jauh-jauh dari rumah cuma dipake sebentar?" ingin rasanya teriak di tengah ruangan itu. Bagaimana pengorbanannya agar jas itu tidak terlipat dan hanya begitu saja? Dadanya bergemuruh dan menatap tajam pada Rama. Saat kakinya maju, seseorang menarik kaosnya dari belakang. "Eh, siapa yang narik ini," ucapnya. Ia menoleh ternyata ada seorang pria paruh baya yang menatapnya penuh arti. Dari bawah sampai atas. "Kenapa narik-narik kaos aku, Pak?"

Bukannya menjawab orang itu malah tersenyum. "Rasanya dia pantes untuk jadi model. Wajahnya yang jutek tapi berkarisma," ucapnya dalam hati. "Kamu mau jadi model?" tanyanya menawarkan.

"Apa?!" teriak Shinta terkejut. Semua orang lantas melihat padanya begitu juga Rama. Pria itu tahu bahwa yang sedang bicara dengan Shinta adalah orang yang mengajaknya dulu untuk menjadi model.

"Pak Daniel?" Rama dengan cepat menyapanya.

"Hai, Rama." Mereka berpelukan. "Udah lama nggak ketemu kita." Dari raut wajah Pak Daniel sangat senang. Rama hanya menerima tawaran pakaian yang sesuai dengan keinginannya. Tidak sembarangan mengambil pekerjaaan, ia tidak mau imej nya hancur karena salah menerima tawaran. Dulu Rama pernah masuk ke agensi Pak Daniel tapi ia keluar karena tidak mau  terikat kontrak.

"Gimana kabarnya Pak?" tanya Rama.

"Baik, kamu?" Pak Daniel berbalik tanya.

"Baik, Pak."

"Tadi Bapak lihat kok gadis ini cocok buat jadi model," ucapnya sambil memperhatikan Shinta.

"Model apa, Pak?" Rama menahan tawanya karena memikirkan model flora & fauna.

"Ya, yang sesuai usianya. Dia ini punya wajah yang jutek tapi bapak rasa kalau tersenyum dia pasti manis." Shinta terperangah sendiri. "Gimana kamu mau jadi model?" Pak Daniel menawarkan. "Dicoba dulu aja, nggak apa-apa."

Shinta masih bingung, ia menatap ke arah Rama. Seolah berkata bagaimana? Pria itu tertegun, memikirkan sesuatu. Apa Pak Daniel tidak salah memilih Shinta?

"Om," panggil Shinta pada Rama.

Pak Daniel terkejut, "jadi kalian saling kenal?"

"Eoh, dia ini keponakan saya, Pak." Rama berbohong tidak mungkin menjelaskan jika Shinta pengasuh anaknya. Ia malas menjelaskan apapun pada orang mengenai kehidupan pribadinya. Shinta dengan tampang polos memandangi Rama.

"Nah, bagus kalau begitu. Rama, Bapak minta keponakan kamu buat jadi model pakaian remaja ya. Tenang aja, untuk masalah yang lainnya sesuai dengan yang di inginkan. Dan juga kontraknya tentu saja." Masalah lainnya disini adalah gaji.

"Tapi Pak, keponakan saya ini nggak pernah belajar jadi model. Jadi..."

"Kamu aja dulu nggak kan. Semuanya perlu proses dan belajar. Kan ada kamu sebagai Om nya yang mengajari. Ya udah kamu ikut saya dulu," Pak Daniel menarik Shinta yang tidak tahu apa-apa. Rama hanya bisa pasrah. Ia tidak mungkin membiarkan semua ini terjadi. Shinta tetap jadi pengasuhnya bukan seorang model. Pria itu akan memberikan alasan demi alasan agar Pak Daniel tidak menjadikan Shinta sebagai seorang model. 

Shinta sangat kebingungan saat ia di suruh mengganti pakaian dan juga di make up. Rasanya ingin menangis namun ditahannya. Studio sudah ada beberapa orang menunggunya untuk berpose. Namun Shinta malah berdiri kaku di tengah ruangan itu. Jantungnya berdebar-debar tidak karuan. Ia tidak mengenali orang di sekelilingnya itu membuat rasa takut semakin menjadi. Saat retina matanya menangkap sosok yang dikenalinya sedang menatapnya serius.

"Aku harus bagaimana?" tanya Shinta dalam hati dengan mata berkaca-kaca.

"Lakukanlah," jawab Rama dalam hatinya. Seolah mereka mempunyai ikatan batin.



Hayooo.. lho. Klo Shinta jadi model gmn coba??? Siapa yg mau jd pengasuh Juna?? 😁😁

Sorry typo & absurd

Thankyu 😘😘😘

Continue Reading

You'll Also Like

316K 2K 4
Akurnya pas urusan Kontol sama Memek doang..
17M 816K 69
Bagaimana jika gadis bar-bar yang tak tau aturan dinikahkan diam-diam oleh keluarganya? ... Cerita ini berlatar belakang tentang persahabatan dan per...
Istri Kedua By safara

General Fiction

90.2K 2.9K 36
nadilla di paksa menikah oleh suami orang untuk merawat suaminya yang mengalami kelumpuhan di seluruh badannya dan stroke selama 5 tahun ia di paksa...
SCH2 By xwayyyy

General Fiction

126K 17.8K 47
hanya fiksi! baca aja kalo mau