Mas Ganteng

By mariautami2

19.7K 888 147

Kisah seorang jomblowati dengan pemuda ganteng tetangga kosnya yang dihiasi dengan tingkah konyol dan dibumbu... More

Part I
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 22
Part 23
Part 24

Part 21

388 18 0
By mariautami2

Pukul tiga dini hari, terdengar ketukan keras di pintu kamar Richard dan membuat pasutri yang sedang terlelap itu terbangun.

Dalam kondisi kaget dan mengantuk, Richard segera beranjak dari ranjang menghampiri pintu dan bertanya, "Siapa?"

"Ini gue, Andri. Buruan buka pintunya!"

Richard mengintip dari lubang pintu, Andri berdiri dengan gelisah dan di sampingnya ada Sisil. Segera Richard buka pintu kamar dan mereka masuk dengan terburu-buru, lalu menutup pintu cepat-cepat.

"Ada apa ini?" tanya Richard yang kebingungan.

Sisil menghampiri Olie dan memeluknya, tubuhnya gemetar, terdengar isakan dari mulutnya. Olie mengelus lembut punggung Sisil, memberikan kenyamanan padanya.

"Maafin aku, aku gagal menjauhkan Alfon dari kamu. Aku yang bikin semua jadi makin rumit. Aku minta maaf Olie," ucap Sisil sambil terus terisak.

"Enggak, Sil. Soal Alfon itu bukan kesalahan kamu. Dia mengejarku karena memang dia ingin memilikiku, tapi hatiku nggak bisa menerimanya. Aku milik Richard, dan aku tidak akan pernah pergi darinya."

Sisil melepaskan pelukannya, dia mengamati wajah Olie sejenak, mencari tahu apa yang membuat Richard begitu mencintai sosok di depannya, bahkan sampai sepupunya terobsesi untuk memilikinya. Alfon yang sebelumnya seorang playboy, dibuat takluk dan tak ingin berpaling ke wanita lain yang melebihi wanita di hadapannya.

"Aku sampai saat ini masih bertanya-tanya, apa keunggulanmu yang membuatmu diperebutkan oleh dua pria yang berarti untukku. Sekarang aku tahu jawabannya, ketulusanmu. Alfon tidak pernah menemukan wanita seperti kamu, makanya dia benar-benar ingin memilikimu."

"Sudah, kita tak punya banyak waktu. Cepat kalian bersiap-siap, kita pergi dari sini sebelum Alfon menemukan kalian. Karen sudah di bawah bersama para pengawal ayahnya."

Richard dan Olie segera membereskan semua pakaian dan berbenah diri. Sisil mendapat laporan dari anak buahnya kalau Alfon benar-benar murka dan akan membunuh Richard jika dia menemukannya. Sisil berhasil memasukan salah satu anak buahnya ke dalam komplotan Alfon sebagai mata-mata sehingga dia bisa mengetahui rencana-rencana yang sedang disusun Alfon.

Selesai bersiap-siap, Richard, Olie, Andri dan Sisil segera turun menuju mobil yang akan membawa mereka ke tempat persembunyian—villa orangtua Karen. Di dalam mobil Karen nampak begitu khawatir, baik khawatir akan Alfon, juga khawatir kalau-kalau Sisil berkomplot dengan Alfon. Terlihat Sisil juga menunjukkan raut wajah khawatir, dia selalu terhubung dengan anak buahnya untuk memperoleh berita terbaru seputar pergerakan Alfon.

Suasana dalam mobil benar-benar mencekam, tak seorang pun menampakkan wajah gembira. Olie merasa bosan dengan keadaan itu, maka dia berusaha mencairkan suasana dengan mendengarkan musik dan bernyanyi. Meskipun suaranya pas-pasan, tapi tak ada yang menegur Olie.

Empat jam perjalanan mereka tempuh untuk sampai ke tempat tujuan. Orangtua Karen sudah berada di villa, mereka sengaja datang untuk menemani Olie juga merawat Karen yang akhir-akhir ini kurang baik keadaannya.

"Mah, Pah ...." Karen memeluk keduanya begitu erat, menyalurkan rasa khawatirnya tentang keselamatan Olie. Papanya menenangkan dengan mengelus dan membelai lembut rambut Karen serta meyakinkan, "Semua pasti akan baik-baik saja, yakinlah!"

"Olie ...," panggil orangtua Karen. Olie mendekat dan memeluk semuanya, dia terisak karena terharu dengan kepedulian mereka semua.

"Kenapa nangis?" tanya Karen.

"Gue terharu sama kepedulian lu, Ren. Entah gimana nasib gue seandainya nggak ketemu lu."

Karen mengusap air mata Olie dan memeluknya erat, "Lu adek gue, nggak akan gue biarin hal buruk menimpa lu."

Richard benar-benar bahagia melihat Olie mendapat keluarga yang sangat menyayanginya. Meskipun mereka tidak terikat hubungan darah, tetapi ikatan kekeluargaannya begitu terasa. Hal yang langka ditemukan sekarang ini.

"Kalian pasti lelah, istirahatlah." Ayah Karen memerintahkan mereka semua beristirahat agar tenaga mereka pulih. Andri meminta izin untuk berbicara dengan ayah Karen guna membahas langkah selanjutnya.

Olie, Richard, Karen dan Sisil memasuki kamar masing-masing, melanjutkan tidur yang terganggu oleh ulah Alfon. Sisil sempat menginformasikan kepada ayah Karen bahwa Alfon beserta anak buahnya berhasil menemukan hotel tempat Olie dan Richard menginap. Beruntung mereka segera pergi dari sana dan Alfon belum berhasil melacak keberadaan Olie sekarang. Para staff hotel pun tidak tahu menahu perihal kepergian Olie, dan pihak keamanan mereka sudah mendapat informasi mengenai Alfon sehingga tidak mengizinkan Alfon untuk mengakses kamera CCTV hotel.

Sementara itu di villa, Olie dan Richard dapat melanjutkan tidur nyenyak mereka. Keduanya memasrahkan sepenuhnya keselamatan mereka kepada keluarga Karen, yakin bahwa keluarga itu bisa mengatasi Alfon seperti sebelumnya.

"Kamu lelah?" tanya Richard sambil mengelus pipi kanan Olie.

"Sedikit. Aku kasihan sama Karen, dia kelihatan capek banget ngurusin kita. Aku takut kesehatannya semakin buruk."

"Ya, aku juga sama. Kamu kasih tahu Karen supaya istirahat, juga jangan terlalu memikirkan Sisil. Aku yakin Sisil tulus membantu kita."

"Iya, Sayang," ucap Olie datar.

"Kamu cemburu? Hati dan pikiran aku hanya ada padamu, Sayang. Tidak ada sosok lain selain kamu dan buah hati kita. Aku mohon percayalah, jangan khawatir."

Olie beringsut, mendekatkan tubuhnya ke Richard. Richard memeluk istrinya erat, menciumi puncak kepalanya, memberikan ketenangan yang akhirnya membuat Olie terlelap. Tak lama, Richard pun ikut terlelap.

Pukul sepuluh pagi keduanya bangun dari tidur, itu pun karena perut mereka yang kelaparan. Setelah mandi dan merapikan diri, mereka keluar dan mendapati semua orang sedang berkumpul di ruang tamu.

Karen menghampiri Olie dan menyuruh mereka berdua sarapan. Olie dan Richard mengikuti Karen menuju ruang makan, ketiganya sarapan bersama.

"Gila, nafsu makan lu beneran nambah sejak hamil ya, Ol?"

Olie yang sedang mengunyah makanan hanya tersenyum sumringah. Dia bahagia melihat banyaknya hidangan di atas meja makan.

"Eh, gue gak lihat Sisil sama Andri. Ke mana mereka?" tanya Richard.

"Entah, mereka pergi sama papa sehabis sarapan. Tinggal gue sama mama di villa, selain penjaga sama asisten rumah tangga."

"Kayanya lu masih curiga sama Sisil," celetuk Olie.

"Sampai Alfon belum ketangkep dan bener-bener masuk penjara, gue bakal terus curiga sama dia."

"Jangan gitu, Ren. Rasa curiga lu cuma bikin pikiran lu terbebani dan akhirnya berpengaruh ke kesehatan lu. Gue nggak mau lihat lu sakit, Ren."

"Bodo, asal lu selamat, gue nggak menyesal kalau nantinya harus dirawat."

"Ren, jangan gitu dong. Lu cuma bikin gue merasa bersalah kalau kaya gitu. Lu nggak mikirin ponakan lu? Dia pengin tantenya sehat, kuat dan bisa gendong kalau sudah lahir nanti."

Karen memandang lekat Olie, lalu menunduk. "Lu bener, gue lupa di perut lu ada calon ponakan gue."

Olie berdiri dan duduk di kursi sebelah Karen, memeluknya. Olie paham betapa Karen sangat menyayanginya sampai-sampai rela berkorban nyawa demi Olie. Namun, Olie juga tak ingin Karen menderita karena terlalu memikirkan orang lain dan mengabaikan dirinya sendiri.

"Gue tahu lu sayang banget sama gue. Gue yang sebenarnya nggak layak mendapatkan kasih sayang itu karena gue bukan siapa-siapa lu. Gue sangat-sangat bersyukur ketemu temen, sahabat, kakak kaya lu. Gue nggak akan pernah mampu membalas semua ini."

"Lu nggak perlu balas semua ini. Cukup dengan lu bahagia, itu udah hadiah buat gue. Lu bukan cuma teman, sahabat, adek. Lu bagian dari hidup gue, kalau lu kenapa-kenapa, gue juga ikut ngerasain."

"Ehem-ehem ...."

"Apa lu?" bentak Karen.

Richard hanya tersenyum sambil mengangkat kedua tangan dan menggelengkan kepala.

"Galak banget dah tuh ibu tiri," gumam Richard.

Olie tersenyum melihat mereka berdua yang selalu ribut ketika berkumpul. Begitulah cara keduanya menunjukkan rasa sayang sebagai keluarga. Olie paham bahwa sebenarnya Karen menyayangi Richard seperti adik lelakinya, begitu pula sebaliknya. Hanya saja mereka masing-masing terlalu gengsi mengakuinya. Akan tetapi, itulah yang membuat persahabatan mereka bertiga unik.

Demi menyelamatkan diri dari amukan "ibu tiri", Richard memilih diam sambil menikmati sarapan paginya. Ya, sarapan pagi yang tenang dan ditemani oleh dua wanita yang masih berpelukkan di depannya.

Setelah selesai, tak lupa Richard membawa piring kotor ke dapur. "Nah, gitu ... abis makan cuci piring. Awas kalau nggak bersih, gue usir dari rumah."

"Iya-iya Ibu Tiriku yang galak ..." balas Richard sambil mengangkat piring dan membawanya ke dapur.

"Sini, Mas, biar bibi yang cuci."

"Jangan, Bi. Biar saya saja, nggak apa-apa kok."

Bibi berusaha menggeser Richard yang berdiri di depan tempat cucian piring, tetapi Richard memelototinya dan akhirnya bibi pun pergi, melakukan aktivitas yang lain.

Selai dengan cucian piring, Richard kembali ke kamar untuk mengambil handphone-nya dan ada beberapa panggilan tak terjawab dari nomor yang tidak di kenal. Richard menelepon balik nomor tersebut dan yang mengangkat adalah Sisil. Ternyata handphone Sisil berhasil di-hack sehingga Alfon dapat mengetahui posisinya saat ini, dan hal itu sangatlah membahayakan. Andri yang mengetahui kejadian itu segera mematikan handphone-nya dan sambungan internetnya agar tidak terlacak oleh Alfon.

Segera Richard memberitahukan kabar terbaru soal Alfon kepada Karen via whatsapp. Hal itu dilakukan Richard agar tidak menimbulkan kekhawatiran pada Olie, tetapi Richard sesaat lupa akan kecurigaan Karen kepada Sisil. Alhasil, Karen semakin berprasangka buruk kepada Sisil, beranggapan bahwa Sisil bekerja sama dengan Alfon.

****
Makin gaje? Ya maap, idenya timbul tenggelam. Pokoknya mah nikmati aja deh ya, mau jadi apa nantinya ya semoga ada endingnya 😆
Komen kalau emang perlu, okaaaay ....
Happy reading!

Continue Reading

You'll Also Like

971K 61.6K 37
οΌ³οΌ¬οΌ―οΌ· οΌ΅οΌ°οΌ€οΌ‘οΌ΄οΌ₯ Kisah tentang seorang bocah 4 tahun yang nampak seperti seorang bocah berumur 2 tahun dengan tubuh kecil, pipi chubby, bulu mata lentik...
520K 5.7K 26
Hanya cerita hayalanπŸ™
16.1K 420 6
Setelah ditinggal begitu saja oleh suami seumur jagungnya, Camelia harus menerima kenyataan tentang kematian bapak dan beban utang dengan jaminan rum...
987 77 15
Mungkin, kamu sudah pernah baca kisah ini. Karena ini adalah tulisan lama yang ingin saya share kembali buat pembaca setia. Happy reading. Jangan lup...