Detak Rasa [END]

By came_sa

99.4K 11.3K 1.5K

Semua berawal dari 'Rasa'. Yang akan membawa diri jatuh kedalam suatu hal yang membuat nyaman, hingga lupa b... More

DR 2. Suatu Niat
DR 3. Permainan Hati
DR 4. Rasa Bimbang
DR 5. Rasa Penasaran
DR 6. Kerjasama Hati
DR 7. Rayhan Luvansha?
DR 8. Kecamuk Rasa
DR 9. Ada Apa dengan Rayhan?
DR 10. Saya Suaminya
DR 11. Lagi-Lagi Dia
DR 12. Bilang Aja Cemburu
DR 13. Sebuah Panggilan
DR 14. Harus Memilih
DR 15. Gara-Gara Tredi
DR 16. Masalah Besar
DR 17. Cepat Sembuh, Kin
DR 18. Penolakan
DR 19. Suatu Hubungan
DR 20. Mustahil Bersama
DR 21. Rencana Hannah
DR 22. Hasil Dilema
DR 23. Beban Pikiran
DR 24. Suatu Kabar
DR 25. Jaga Emosi
DR 26. Dusta Hati
DR 27. Dibalik Suatu Hubungan
DR 28. Menemukan Alasan
DR 29. Beban Hati
DR 30. Sebuah KODE
DR 31. Pengakuan Menyesakkan
DR 32. Masih Ada Kesempatan
DR 33. Suatu Takdir
DR 34. Ikhlas Melepaskan
DR 35. Suatu Permainan
DR 36. Mempersiapkan Kejutan
DR 37. Terlambat Melangkah
DR 38. Hati yang Tersampaikan
Cerita Kita (Camesa & Cameleo)
DR 39. Ketika Dipersatukan
DR 40. Detak Rasa

DR 1. Kedatangan Calon Mertua

12.6K 632 32
By came_sa

"Setiap pertemuan, pasti ada maknanya. Jadi, kamu harus menemukan makna itu agar paham kenapa Tuhan mempertemukanmu dengannya."

-DETAK RASA-

"Meja nomor 23, Kak."

Kinan tersentak dari lamunannya lalu berdiri melayani tamu yang tengah bediri di depan mejanya. Langsung memencet angka 23 pada keyboard dan melihat totalan pesanan yang dipesan oleh seorang gadis SMA tersebut, terlihat dari seragam yang di kenakan gadis tersebut.

"Tiga puluh enam ribu, dek," jawab Kinan yang langsung di angguki oleh gadis SMA itu sambil menyodorkan uang Rp 50.000 ke arah Kinan.

Kinan menerima uang itu, lalu mengambil kembalian Rp 14.000 dari laci meja.

"Terimakasih dek," ucap Kinan sambil memberikan uang kembalian dan struk pesanan gadis itu.

"Sama-sama Kak," ucap gadis itu tersenyum menerima uang dan kertas yang disodorkan Kinan.

Lalu gadis itu berjalan hendak pergi namun kembali menoleh pada Kinan.

"Melamun terus Mbak, mikirin Mas Rafka ya?" ucap gadis itu berbisik pelan sambil mengedipkan matanya.

"Dek!" kesalku karena bisa-bisanya dia menggodaku disaat banyaknya antrian di belakang yang hendak membayar pesanan.

Dia tersenyum. "Ku tunggu lima menit lagi ya Mbak," ucapnya lalu melenggang pergi, keluar dari kafe.

Kinan menghela nafas. Adiknya itu - Nasya, jahilnya minta ampun, tidak melihat kondisi.

Lelaki dibelakang Nasyapun maju, "Nomor 2," ucapnya.

Kinan mengangguk, lalu menekan angka dua pada keyboardnya.

"Delapan belas ribu, Mas," ucap Kinan, lelaki itupun mengangguk lalu mengeluarkan uang dua puluh ribu.

"Makasih," ucapnya lalu pergi setelah menerima uang kembalian dan struk pesanannnya, Kinan menatap punggung lelaki itu, sedikit kesal karena dia pergi begitu saja. Padahal Kinan belum mengucapkan terimakasih.

Walaupun hanya ucapan terimakasih, tapi ucapan itu bernilai besar, karena tamu yang datang telah menyempatkan diri mereka untuk singgah di kafe ini.

Kinan kembali menoleh pada tamu yang antri didepannya, ada tiga orang yang sedang mengantri. Kinan harus segera menyelesaikan kerjanya karena Nasya, adiknya itu telah menunggu di luar.

"Sinta, bisa gantikan kakak?" tanyaku pada Sinta yang tengah membersihkan meja.

Sinta menoleh, lalu mengangguk. "Bentar, Kak. Tarok ini ke belakang dulu," ucapnya sambil menunjuk gelas dan piring kotor.

Kinan mengangguk. Sambil menunggu Sinta datang, Kinanpun kembali melayani tamu yang ingin membayar pesanan mereka.

Lima menit kemudian, Sinta kembali mendekatinya. Mengambil alih tugas Kinan.

Kinanpun segera beranjak lalu meraih tasnya, keluar dari kafe dan berjalan menuju parkiran.

Adiknya itu tengah berbincang dengan seseorang. Takut menganggu Kinan memperkecil langkahnya dan berdiri tidak jauh dari mereka.

Beberapa menit kemudian, Nasya menyadari keberadaan Kinan. Memanggil kakaknya itu.

Kinan tersenyum lalu berjalan mendekat, lelaki yang tadi berbicara dengan Nasyapun pamit dan segera pergi. Kinan tau kalau lelaki itu adalah tamu kafenya tadi, lelaki yang pergi begitu saja setelah mengucap terimakasih tanpa mendengar ucapan terimakasih dari mulut Kinan terlebih dahulu.

"Siapa Sya?" tanya Kinan ketika dia telah berdiri didekat Nasya sambil memperhatikan punggung lelaki yang tadi berbicara dengan adiknya itu tengah menuju pada salah satu mobil yang terparkir.

"Adeh deh!" ucap Nasya tersenyum.

Kinan menautkan alisnya lalu menatap sang adik dengan tatapan curiga.

"Pacar kamu?" selidik Kinan.

Nasya memukul pundak Kinan pelan, menatap kakaknya kesal.

"Ya bukanlah Mbak, masak pacaran sama om-om," ucap Nasya lalu mengulurkan tangannya hendak meminta sesuatu pada Kinan.

Kinan mengeluarkan kunci mobil dari dalam tasnya lalu menyerahkannya pada Nasya. Nasya tersenyum lalu memutari mobil dan masuk kedalam mobil. Seperti biasa dia yang menyetir ketika pulang ke rumah.

Kinan menoleh sesaat ketika salah satu mobil melewatinya, didalamnya adalah lelaki tadi yang berbicara dengan Nasya.

"Dek, Mbak gak mau ya kalau kamu kedapatan pacaran. Gak guna dek, kamu pacaran. Banyak ruginya, banyak dosanya juga," ucap Kinan memperingatkan Nasya ketika dia baru saja masuk kedalam mobil dan memasang sit belt nya.

"Iya Mbakku, Nasya janji kok, gak bakal pacaran. Tapi mbak suudzonnya kebangetan. Masak curiganya sama dia," ucap Nasya tak terima sambil menunjuk mobil yang berada didepannya, tampak menunggu jalan arah lawan sepi karena mau menyeberang.

"Ya mana tau kan," ucap Kinan mengedikkan bahu.

Nasya memanyunkan bibirnya kesal menatap kakaknya itu, lalu mood nya langsung berubah ketika mengingat percakapannya dengan lelaki tadi.

"Nah kan, senyum-senyum sendiri. Mending mbak yang nyetir deh, daripada kamu yang lagi kasmaran gini, mbak gak mau nanti kamu nabrak orang karena gak fokus," ucap Kinan.

Mood Nasya langsung berubah karena mendengar ucapan kakaknya. "Iya Iya, nih aku gak senyum lagi," ucap Nasya lalu fokus menyetir.

Kinan tersenyum melihat tingkah adiknya. Lalu dia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, melihat pesan-pesan yang belum terbaca semenjak dia kerja tadi.

"Ngecek pesan dari Mas Rafka ya Mbak?" jahil Nasya sambil melirik sekilas pada ponsel Kinan.

"Apaan sih, dek?" kesal Kinan menatap adiknya yang akhir-akhir ini jahil menggodanya.

"Mbak kok jutek mulu sih? Gak baik loh Mbak. Apalagi sama Mas Rafka, Mbak juteknya kebangetan. Padahal Mas Rafka kan baik," ucap Kinan lalu menatap jalanan didepannya.

Kinan hanya diam karena apa yang diucapkan Nasya benar adanya. Kinan memang selalu jutek dan bawaannya selalu kesal jika berhadapan dengan lelaki itu.

"Tapi anehnya walaupun Mbak jutek, tapi banyak juga ya yang suka sama Mbak," ucap Nasya melirik Kinan.

Kinan hanya diam.

"Mbak tau gak, kalau Mas Rafka _"

"Ngomong Mas Rafka lagi, Mbak bilang pada Papa kalau kamu sering nyetir loh," ancam Kinan.

Nasya menatap Kinan kesal. "Mbak selalu gitu, dikit-dikit ngancam," ucap Nasya menatap Kinan manyun.

Kinan terkekeh pelan, setelahnya Nasya tutup mulut. Tidak ada lagi obrolan yang terjadi antara mereka berdua selama didalam mobil. Hingga mobil yang dikendarai Nasya masuk kedalam pekarangan rumah.

Kinan dan Nasyapun keluar dari mobil, setelah menyerahkan kunci mobilnya pada satpam, Nasyapun mengikuti Kinan yang telah dulu masuk kedalam rumah.

"Mama mana ya Mbak?" tanya Nasya mengikuti langkah Kinan.

"Di dapur mungkin," ucap Kinan lalu mereka berdua berjalan menuju dapur.

Masuk kedalam dapur terlihat Mamanya tengah sibuk masak bersama Bi jum-ART di rumahnya.

"Assalamualaikum, Ma," ucap Nasya yang mendahului langkah Kinan.

Mama menoleh lalu tersenyum.

"Waalaikumsalam," ucap Mama sambil menerima salaman dari Nasya dan Kinan.

"Tumben masak banyak, Ma. Bakal ada tamu ya?" tanya Nasya lalu duduk di meja makan setelah meraih gelas dan mengisinya dengan air. Lalu meneguknya hingga tandas.

Kinanpun ikut duduk disamping Nasya, meraih gelas dan mengisi gelas tersebut dengan air. Lalu meminumnya.

"Iya, orang tuanya Rafka kabarnya mau kesini. Jadi Mama nyiapin makan malam,"

Kinan yang mendengar itu langsung tersedak dengan air yang diminumnya. Membuat Nasya langsung menoleh dan mendekat kearah kakaknya itu dengan panik.

"Orangtua Rafka mau kesini?"

---
A/n:

Assalamualaikum!!

Apa kabar?

Maafkan tangan ini yang gatal pengen nulis padahal pengennya istirahat dulu sampai tahun depan 😂

Jadinya Yaa Up lah part pertama dari 'Detak Rasa' ini. Jadi, jangan pada demo kalau nantinya aku ngaret untuk Up part berikutnya.

Aku tetap usahakan untuk Up sekali seminggu kok, jadi harap bersabar 😉

Seperti biasa, jangan lupa tinggalkan jejak yaa 💕💕

Menurutmu tentang part 1 ini?

Ig: came_sa

Continue Reading

You'll Also Like

55.4K 4.6K 31
Lagi asik-asiknya panen mangga eh malah denger lelaki ngucap akad pakai namanya??? HAH! KOK BISA? .... ⚠️ FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ ... Di keluarga...
4.8M 291K 60
[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Hana di deskripsikan sebagai gadis nakal pembuat onar dan memiliki pergaulan bebas, menikah dengan seorang pria yang kerap...
6.6M 468K 58
Apakah seorang anak Kiai harus bisa menjadi penerus kepemilikan pesantren? Ya. Namun, berbeda dengan seorang Haafiz Alif Faezan. Mahasiswa lulusan sa...
628K 27.2K 46
Cerita ini murni dari pikiran dan imajinasi ku Plagiat dilarang mencuri karya !!! Cinta pada pandangan pertama itu memang nyata, seperti yang terja...