DR 12. Bilang Aja Cemburu

2.5K 303 44
                                    

"Hanya tak ingin berharap terlalu jauh, karena yang dekat saja terasa mustahil untuk digapai."

-Detak Rasa-

Usai shalat magrib, Syira berjalan ke arah Rayhan dan menjatuhkan badannya pada pangkuan Rayhan. Gadis kecil itu duduk manis disana. Rayhan tersenyum, setiap dia melaksanakan shalat, Syira tidak pernah menganggunya, dia akan asik dengan mainannya dan barulah akan menghampiri Rayhan ketika lelaki itu selesai melaksanakan shalat.

"Aunty Hannah, kenapa belum pulang ya?" tanya Rayhan pada Syira ketika melihat jam dinding sekilas.

Syira terdiam sibuk memainkan jari-jari Rayhan. 

"Paahh, mam..," ucap Syira mendongak menatap Rayhan.

"Kamu lapar lagi?" tanya Rayhan menempelkan kedua telapak tangannya pada pipi Syira.

Syira tak menjawab, hanya mengerjapkan matanya lalu mengangguk seolah paham pertanyaan Rayhan.

"Bentar ya, kamu main ini dulu. Papa bikinin susu sama ambilin biskuit," ucap Rayhan lalu memangku Syira dan meletakkan tubuh gadis kecil itu ketempat mainannya.

Rayhan berjalan menuju dapur, membuat susu untuk Syira dan mengambil beberapa biskuit dari kotak. Sudah hampir dua tahun dia selalu melakukan ini, berusaha untuk terus memberikan perhatian pada Syira walau kadang dia tetap kelimpungan antara memberi perhatian pada Syira atau tetap pergi ke rumah sakit melaksanakan kewajibannya sebagai dokter ketika mendapat panggilan mendadak dari rumah sakit.

Sudah sebulan lebih Rayhan mengambil dinas malam, walau kadang dari pihak rumah sakit meminta dirinya untuk dinas siang, tapi sebisa mungkin dia mencari pengganti untuk jatah dinas siangnya dan berusaha untuk mengambil dinas malam mengingat satu bulan terakhir ini Mamanya keluar negeri bersama Papanya. Biasanya ketika Rayhan dinas, Syira dia titipkan pada Mamanya.

Deringan ponsel membuat Rayhan tersadar dari lamunannya, bergegas dia membawa susu dan biskuit itu ke ruang tengah tempat Syira kini tengah asik bermain dengan mainannya. 

Mengabaikan deringan ponsel itu sesaat, Rayhan menyerahkan satu biskuit pada Syira. Gadis kecil itu menerimanya dengan senang. Barulah Rayhan mengambil ponselnya yang terletak di atas meja, mengangkat panggilan dengan nomor yang tidak dikenal. Dia berharap ini bukan telepon dari rumah sakit mengingat Hannah yang belum pulang dan tidak mungkin meninggalkan Syira sendirian.

"Halo," ucap rayhan.

"Assalamualaikum," terdengar salam dari seberang.

"Waalaikumsalam."

"Maaf Mas menganggu waktunya, ini saya mau menanyakan mobil yang menabrak mobil Mas, itu sekarang mobilnya berada dimana ya?"  tanya seseorang dari seberang telepon. Rayhan menjauhkan teleponnya dari telinga, melihat nomor yang tertera di layar ponselnya. Bingung mobil apa yang di maksud oleh orang di seberang telepon.

Cukup lama terdiam, barulah Rayhan ingat dengan kejadian kemaren dimana seorang wanita yang menabrak mobilnya. Mobilnya dan mobil wanita itu di bawa ke bengkel untuk diperbaiki. Tapi bukankah orang yang menabraknya adalah seorang wanita? Ini kenapa bisa seorang laki-laki yang meneleponnya?

"Ini siapa ya?" tanya Rayhan memastikan. Bukan penipuankan?

"Oh saya?"

"Saya suaminya." 

Rayhan terdiam, entah mengapa hatinya seperti tersentil begitu saja mendengar jawaban dari orang diseberang telepon. Masa bodoh dengan penipuan, Rayhan tidak ingin menanyakan hal yang lebih jauh lagi.

Detak Rasa [END]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα