Peter Jung | Jaeyong ✓

By jaesweats

355K 62K 7.8K

❝He's not Peter Pan, he's Peter Jung❞ M/M | COMFORT/HURT | ANGST | NC-17 Lee Taeyong tidak pernah menyangka... More

P r o l o g
Update FMV
01. Immature
02. Enthusiastic
04. Captivate
05. Unearthly
06. Bad Partner
07. Revel
08. Humorist
09. Uncommitted
10. Hard To Finish
11. Easily Bored
12. Lazybones
13. Established
14. Playboy
15. His Mom
16. His Dad
17. Regret
18. Smart
19. Motivation
20. To Dabble
21. Relation
22. Dream
23. Fantasy
24. Resentful
25. Emotional
26. Frustation
27. Guilty
28. Unstable
29. Express
30. Manifold
31. Alcohol
32. Failed To Grow
33. Past
34. Job Hunting
35. Loneliness
36. Needs
37. Comfort Zone
38. Los Angeles [END]

03. Passionate

10K 1.7K 124
By jaesweats

Sisi positif berikutnya; Dia adalah sosok yang bergairah

•••

"Apa Johnny ada di ruangannya?"

Wanita berambut hitam sebahu yang berdiri dibelakang meja resepsionis mengangguk pelan, "Iya, ada tuan." Katanya, "Apa anda telah mengatur janji dengannya?"

"Iya, kami akan membicarakan proyek kerja sama hari ini." Ucap lelaki didepan bawahan Johnny itu.

"Kalau begitu silahkan, Tuan. Mari saya antar ke ruangannya." Wanita dengan name tag Jisoo itu pun mengantar rekan bisnis sang atasan ke ruangannya. Tak lama berselang ia kembali ke meja resepsionis dan tersentak saat pria berwajah rupawan berdiri dihadapannya sembari tersenyum tipis.

Menunduk sopan, Jaehyun yang pada dasarnya tak bisa berbasa-basi pun berucap, "Apa Johnny ada di ruangannya?" Tanyanya.

Jisoo mengulum bibir, menepuk pelan kedua pipinya yang tiba-tiba memanas hanya dengan mendengar suara lembut nan manis milik sosok dihadapannya. "I-iya, Tuan." Ia berdeham lalu menyampirkan sebagian rambut pada telinganya, "Tapi sekarang daepyeo-nim sedang berbicara dengan tamunya. Kau bisa menunggu dulu disini." Ucapnya malu-malu.

Jaehyun mendengus pelan, ia tak punya banyak waktu sekarang. "Bolehkah aku meminta nomor ponselnya?" Tanyanya.

Jisoo mengangguk pelan, "Tentu," Katanya lalu terkekeh sembari menuliskan sesuatu diatas kertas kecil sebelum menyerahkannya pada Jaehyun. "Ini, Tuan."

"Terima kasih," ucap Jaehyun lalu tersenyum manis sebelum berbalik dan meninggalkan Jisoo yang masih terpanah dengan pesonanya. Ia menatap kertas dalam genggamannya, nomor Johnny telah berhasil ia kantongi. Menghentikan langkah, Jaehyun mengangkat alisnya heran. "Jisoo?"  Gumamnya lalu mendengus. Wanita tadi ternyata mengambil kesempatan, menulis nomor ponselnya yang sama sekali tak ia butuhkan.

Jaehyun merogoh ponselnya, memasukkan nomor Johnny kedalam list kontaknya hingga tidak sadar jika ia tengah berjalan didepan pintu masuk. Sontak ponselnya pun terjatuh ketika seseorang tiba-tiba menabraknya.

"Ah, maaf!" Lelaki paruh baya yang baru saja menabrak Jaehyun membungkuk, mengambil ponsel lelaki berlesung pipi itu dan menyerahkannya kembali kepada sang empu. "Maafkan aku, tuan." ucapnya sembari menunduk sopan.

Jaehyun menggeleng pelan sembari mengibaskan tangan, "Tidak, Paman. Aku yang tak melihat jalan." Katanya lalu tersenyum tipis saat melihat lelaki dihadapannya mengangkat wajah lalu memandanginya dengan tatapan kaget.

Ya, Jaehyun sudah biasa ditatap kagum oleh orang-orang karena ketampanannya.

"Kalau begitu aku permisi, Paman." Pamit Jaehyun lalu membungkuk sopan kepada si pria paruh baya. Ia menatap jam pada ponselnya sekilas sebelum berjalan tergesa mengeluari gedung kantor Johnny. Buru-buru ia menekan salah satu kontak di ponselnya sebelum melakukan panggilan.

"Jaehyun Hyung? Kau dimana?"

"Maaf, maaf. Aku baru saja berkunjung ke tempat temanku," Jaehyun merasa mual sendiri ketika secara tidak langsung ia menyebut Johnny sebagai temannya. "Apa kalian masih disana?"

"Tentu, Hyung! Aku dan Minho Hyung menunggumu."

"Baiklah, aku akan menahan taksi sekarang." Ucap Jaehyun sebelum memutus sambungan teleponnya bersama sosok diseberang sana.

•••

"Taeyong Hyung, kenapa kau belum pulang?"

Taeyong yang tengah sibuk membersihkan meja pelanggan berbalik, tersenyum lebar kepada Jaemin yang telah melepas seragamnya dan bersiap untuk kembali ke rumah. "Kau duluan sama, Jaemin. Hyung ingin membersihkan meja ini dulu."

Jaemin mendecakkan lidahnya heran, "Padahal Hyung itu seorang kasir, kenapa justru kau yang membersihkan meja ini?" Tanyanya kesal sebelum mendelik tajam ke arah sosok lelaki yang tengah ongkang-ongkang kaki di meja lain. "Yah Lee Jeno! Apa kau masih ingin berkerja di tempat ini huh? Jika tidak lebih baik ajukan surat pengunduran dirimu pada Ten Hyung!" Pekiknya.

"Sudahlah," Taeyong mengusap bahu Jaemin pelan, sedikit terkekeh melihat wajah kesal lelaki yang lebih muda lima tahun darinya itu. "Hyung yang menyuruh Jeno beristirahat, sejak pagi tadi banyak pelanggan yang harus ia layani."

"Kau dengar?" Jeno beranjak dari kursinya lalu melipat lengan didepan dada, "Taeyong Hyung sendiri yang memintaku beristirahat, jadi tutup mulut tak bergunamu itu, Na Jaemin."

"Tak berguna katamu?" Jaemin mendecih tak percaya, "Jika aku menawarkan bibirku, mungkin kau tak akan menolak untuk melumatnya!" Sarkasnya yang membuat Jeno juga Taeyong menganga.

"Ada apa ini?" Ten yang baru saja turun dari ruangannya di lantai dua mengangkat alis. Namun matanya lantas menyipit melihat Jaemin dan Jeno saling bertukar tatapan sengit. "Apa mereka mulai lagi, Tae?" Tanyanya pada Taeyong, kasir cafenya itu tengah terkikik geli sembari melepas apron yang ia pinjam dari Jeno.

Mengangguk pelan, Taeyong menatap geli Jeno dan Jaemin bergantian. "Aku bersumpah, kalian akan menjadi sepasang kekasih suatu saat nanti." Katanya lalu menyodorkan apron ditangannya kepada Jeno.

"Tidak akan, Hyung."

"Aku masih cukup waras, Hyung!"

Ten yang melihat tingkah kedua pegawainya itu hanya bisa memutar bola mata malas sebelum kembali menatap Taeyong heran, "Kenapa kau masih disini Tae?" Tanyanya.

"Memangnya kenapa?" Taeyong mengerucutkan bibirnya, "Apa kau bosan melihat wajahku seharian ini?"

Ten menggeleng tegas, "Tidak, bukan begitu." Tanyanya lalu menunjuk pintu cafe dengan dagu, "Tapi suamimu telah menunggu disana."

"S-suami?" Taeyong yang tengah membelakangi pintu masuk pun refleks berbalik, ia menjatuhkan rahang saat melihat Jaehyun berdiri didepan pintu cafe yang terbuat dari kaca bening. Senyuman manis lelaki berlesung pipi itu membuat darah yang mengaliri tubuhnya pun mendidih seketika, "Apa yang dilakukan kunyuk itu disini." Gumamnya dengan gigi atas dan bawah saling bersentuhan.

"Woah, tumben Jaehyun Hyung menjemputmu Hyung." Jaemin berseru sembari menatap suami Taeyong dengan pandangan memuja, "Dia sangat romantis." Pujinya.

"Hati-hati dijalan, Tae!" Ten mengedipkan satu matanya lalu mendorong Taeyong agar segera menghampiri Jaehyun yang telah menunggunya. "Jangan lupa membuat keponakan untukku dan Johnny, ya!" Pekiknya saat sang sahabat telah sampai didepan pintu masuk.

"Untuk Jaemin juga!"

"Untuk Jeno juga!"

Taeyong menyempatkan diri untuk menoleh dan memberi tatapan tajam pada Ten, Jaemin dan Jeno sebelum menghampiri laki-laki yang disebut sebagai suaminya.

"Apa yang kau lakukan disini?!" Taeyong mendesis kesal, ingin sekali ia memukuli Jaehyun saat ini namun ketiga orang yang masih berada didalam cafe pasti akan menatapnya heran.

"Menjemput suami kecilku," Jaehyun mencubit pelan pipi Taeyong. "Memangnya apa lagi?"

"Hentikan omong kosongmu," Taeyong bergumam, "Mereka tak mendengar kita." Ucapnya sebelum menarik lengan Jaehyun agar menjauhi area Cafe.

Namun, baru beberapa langkah ia menyeret lelaki berlesung pipi itu, Taeyong dibuat memekik ketika Jaehyun tiba-tiba menggendongnya brydal. "Apa yang kau lakukan?!" Tanyanya kesal namun hanya dibalas senyuman manis oleh suaminya.

"Mantan kekasihmu memerhatikan kita," Jaehyun berucap dengan santai sebelum menurunkan Taeyong di halte yang tak jauh dari Cafe. "Johnny menunggu Ten didalam mobil yang terparkir di halaman cafe tadi."

"Lalu?" Taeyong menatap lurus kedalam mata Jaehyun, "Apa kau kira aku akan merasa senang lalu berkata terima kasih?" Ucapnya penuh penekanan. "Apa kau menghabiskan uang transportasi hanya untuk datang ke cafe dan melakukan hal tak berguna seperti ini, Jaehyun-ssi?" Tanyanya dengan panggilan formal kepada sang suami yang membuat Jaehyun menggeleng lemah sebagai jawaban.

"Bukan begitu Tae, tapi akuㅡ"

"Diam lah! Kau selalu saja membuatku emosi," Taeyong menghela nafas kasar. Ia berusaha kembali tenang saat bus menuju apartemennya telah berhenti tepat didepan mereka.

Selama dalam perjalanan pulang, tak sekalipun Taeyong dan Jaehyun bercakap-cakap. Jika saja salah satu pengguna bus ada yang mengenali mereka, mungkin keadaan akan jauh berbeda. Keduanya pasti akan kembali berpura-pura bahagia layaknya pasangan baru pada umumnya.

Saat sampai di apartemen pun Taeyong masih saja bersikap acuh dan mendiami Jaehyun. Lelaki berlesung pipit yang telah merasa frustasi karena sikap sang suami pun lantas menahan tangan Taeyong yang hendak berjalan ke arah kamarnya. "Taeyong, maafkan aku." Ia berucap dengan nada lembutnya.

"Aku tak butuh kata maafmu," Taeyong menepis tangan Jaehyun lalu berbalik dan menatap lelaki itu datar. "Bagaimana hari ini? Apa kau sudah mendapat pekerjaan?"

Jaehyun menunduk sejenak, Taeyong yang melihat hal itu lantas menghela nafas kasar. "Kemasi barang-barangmu, aku lelah jika kau tak berㅡ"

"Ini uang untuk keperluan sehari-hari kita."

Taeyong menjatuhkan rahang, ketika Jaehyun meraih tangannya lalu memberinya uang tunai yang bisa dibilang banyak. Jika ia tebak, mungkin jumlahnya sekitar lima juta won. Terlihat dari banyaknya bundel uang itu.

"Aku juga sudah mendapat pekerjaan Taeyong," Jaehyun menyengir hingga kedua matanya menyipit, "Aku diterima di kantor Johnny." Ucapnya lalu berdeham pelan, sedikit takut jika saja Taeyong akan mengamuk karena ia bekerja di perusahaan mantan kekasihnya.

"Tunggu!" Taeyong berusaha mengatur nafasnya yang memburu, "Kau mendapatkan uang sebanyak ini darimana?" Tanyanya tak percaya. "Apa kau mencuri?" Pekiknya.

Jaehyun menatapnya tak percaya, "Apa aku terlihat seperti penjahat di matamu?" Ucapnya pada lelaki yang lebih tua, "Aku menjual akun game ku Lee Taeyong! Aku tak akan bermain di warnet lagi agar kau tak memarahiku, aku juga telah menemukan pekerjaan baru tapi kau masih saja menuduhku seperti itu!" Jawabnya setengah emosi.

Taeyong terdiam ditempatnya dengan mulut setengah terbuka. Ia memandangi Jaehyun yang telah berjalan menjauhinya menuju ruang tamu. Lelaki berlesung pipit itu merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang lalu menutupi matanya dengan lengan kanan.

"Aku lapar!"

Jaehyun berucap dengan lantang tanpa merubah posisinya. Taeyong yang tengah terjebak dalam lamunan pun tersentak. Diam-diam ia merasa bersalah karena telah membentak bahkan menuduh suaminya. Ia tak ada maksud untuk menyakiti hati Jaehyun, Taeyong hanya tak ingin jika saja sikap sosok itu menjadi-jadi tanpa ia sadari.

"Aku akan memasak setelah mandi," jawab Taeyong sebelum masuk kedalam kamarnya dan membawa uang pemberian Jaehyun tadi.

Jika dibilang Taeyong adalah sosok mata duitan, maka hal itu salah besar. Ia mengatur keuangannya dengan baik layaknya wanita juga submissive pada umumnya. Bahkan ia menyimpan sebagian gaji Jaehyun sebelum mengundurkan diri dari kantor lamanya dulu sebagai cadangan jika sewaktu-waktu sosok itu butuh sesuatu. Begitupun dengan gajinya sendiri, selain untuk membeli bahan makanan dan keperluan sehari-hari, Taeyong pun rutin mengirim uang belanja kepada sang orang tua meski Tuan dan Nyonya Lee selalu melarangnya.

"Taeyong, aku tak ingin makan kimchi lagi malam ini."

Taeyong yang baru saja keluar dari kamar sembari mengusap rambutnya yang masih sedikit basah dengan handuk pun memutar bola mata malas mendengar penuturan Jaehyun. Entah sejak kapan lelaki berlesung pipit itu berdiri didepan ruang tidurnya sembari memasang tampang datar, sangat jelas jika mood suaminya tidak baik.

"Mandilah, jangan banyak bicara." Taeyong berdecak malas, "Jika kau tak ingin makan kimchi lagi, buatlah makanan untuk dirimu sendiri." Ucapnya sebelum melangkah pelan melewati Jaehyun kemudian berhenti didepan meja counter dapur.

Jaehyun mengacak rambutnya frustasi, selain perhitungan Taeyong juga sangat pelit. "Aku benar-benar kasihan dengan suamimu dimasa depan nanti," ucapnya sebelum masuk kedalam kamar untuk mandi dan berganti baju.

Taeyong yang mendengar ucapan lelaki itu hanya memutar bola mata malas. Ia merogoh ponsel pada saku celananya lalu memesan beberapa makanan berat melalui aplikasi daring. Selama ini ia memang terlalu menyiksa Jaehyun, sangat jarang mereka menyantap makanan mewah dan mahal seperti daging hanwoo. Bukan karena pelit, Taeyong hanya tak ingin mereka hidup boros juga membiarkan sosok itu terus bergantung dengan hal-hal manis saja tanpa merasakan pahit.

Hidup tak selalu berjalan mulus, siapa yang tahu jika besok-besok mereka akan lebih menderita dari hari ini.

"Kau tidak memasak?" Jaehyun memekik heran melihat Taeyong tengah duduk di sofa ruang tamu sembari mengusap rambutnya dengan handuk.

Menoleh, lelaki yang lebih tua mengangkat bahu acuh. "Aku sangat lelah, jadi aku memesan makanan saja untukmu."

"Benarkah?" Jaehyun duduk disamping sang suami, merebut handuk yang digunakan Taeyong untuk mengeringkan rambutnya lalu menarik pelan lengan sosok itu. "Berbaliklah." Ucapnya sembari menginstruksikan Taeyong agar duduk berhadapan dengannya.

Taeyong menurut saja, lagipula ia pun ingin menanyakan beberapa hal pada Jaehyun. Membiarkan lelaki berlesung pipit itu mengeringkan rambutnya, sosok yang lebih tua menatap iris kecoklatan dihadapannya lekat-lekat lalu berucap. "Kenapa kau ingin bekerja di kantor Johnny?"

"Sebenarnya aku tidak ingin," Jaehyun menghentikan aktifitasnya sejenak hanya untuk menatap wajah sang suami. "Tapi daripada kau membuangku ke jalanan karena aku tak mendapat pekerjaan, jadi apa boleh buat? Aku tak ada pilihan lain lagi."

Taeyong menghela nafasnya pelan, menatap wajah sosok dihadapannya sendu lalu mengusap bahu Jaehyun dengan lembut. "Maaf jika aku terlalu kasar padamu," katanya. "Kau tahu kan aku hanya ingin melihatmu berubah, Jaehyun?" Tanyanya dan dibalas anggukan oleh si lelaki berlesung pipi.

"Sebenarnya aku tidak berhak mengatur hidupmu," Taeyong kembali angkat bicara, "Kita hanya pasangan yang dibuat-buat, dan akan tiba saat dimana aku akan membiarkanmu pergi ketika kau telah bertemu dengan keluargamu nanti." Jelasnya lalu menarik nafas dalam sebelum menghembuskan nya pelan, "Tapi selama kau tinggal di apartemen ini, aku tak ingin melihat sikap dan kebiasaan burukmu. Jadi tolong ikuti ucapanku, kau mengerti?"

Jaehyun kembali mengangguk paham. Ia tahu Taeyong sangat baik dan berhati mulia. Tanpa dijelaskan pun ia sudah paham jika lelaki itu hanya ingin melihatnya meninggalkan kebiasaan yang sebenarnya buruk namun terus saja ia lakukan karena merasa nyaman.

"Taeyong..." Jaehyun memelas sembari mengusap perutnya yang telah mengeluarkan bunyi tak koheren. "Apa makanannya belum datang?"

"Aish! Kau ini benar-benar."

Ting
Tong

"Taeyong makanannya datang!"

ㅡ t b c ㅡ

Continue Reading

You'll Also Like

ANXIETY By Han

Fanfiction

33.8K 2.7K 16
Mereka adalah guru dan murid sebelum menjadi kekasih. Sekarang mereka bukan siapa-siapa, cuma rekan kerja dan berpura-pura masa lalu tak pernah ada...
586K 67.8K 16
[Mature] [Incubus] [Fantasy] ❛❛Let me taste youㅡthat's give me a strength..❜❜ •Mature Contents🔞 •Jaehyun x Taeyong •BXB || GAY || YAOI •Don't read...
1.4K 178 10
"Hi, wanna be friends? what's your name? I'm [name]!" "... jay.. jay jo.." _____________________ "you're promise?" yeah, I'm promise" "sorry n gbye."...
221K 33.3K 60
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...