Cinta diatas Sajadah

By khnnurila

2.2K 90 14

Trisya Putri Anatasya. Seorang gadis yang memiliki paras yang cantik. Ia adalah seorang gadis yang shalehah m... More

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Enam
Tujuh

Lima

152 9 4
By khnnurila


________________________________________________


🍁🍁🍁

Setelah kepergian Ica, Ara memilih duduk di kursi taman untuk menunggu Revan papanya menjemput.

"Hai Ra" sapa seseorang mengagetkan Ara.

"Astagfirullah, eh.... Rafa?" kagetnya.

"Iya Ra, nunggu siapa?"

"Lagi nunggu papa nih".

"Ohh, btw lo sekarang pake hijab?" tanya Rafa. Setaunya dulu ketika SMP Ara tidak pernah menggunakan kerudung.

"Hehe, Alhamdulillah iya Fa".

"Lo tambah cantik Ra".

"Ga usah muji, tapi makasih ya".

"Iya, bokap lo masih lama?, bareng gue aja yuk".

"Eh, makasih ga usah Fa, papa udah jalan ke sini kok".

"Ohh, oke"

"Lo beda sekarang Ra". Ucapnya kembali.

"Eh? hehe, iya".

"Gue duluan ya Ra"

"Iya".

Setelah kepergian Rafa sebuah mobil berwarna hitam berparkir di depan Ara.

"Assalamualaikum priscess, ayo pulang" ajak orang yang berada di dalam mobil.

"Waalaikumussalam pa". Ara memasuki mobil milik Revan.

"Kok papa lama?" Tanya Ara.

"Tadi ada rapat mendadak jadi papa selesaikan dulu baru bisa jemput kamu".

"Ohh". Ara hanya mengangguk angguk kan kepalanya....

Mobil milik Revan pun melaju meninggalkan area kampus..

         
                          🍁🍁🍁

Setelah melaksanakan sholat isya berjamaah bersama Ayu dan Maira. Ica kembali ke kamar untuk menyelesaikan tugasnya.

Bukannya membuat tugas Ia malah tertidur di depan meja belajarnya.

"Dek". Panggilan itu menyadarkan Ica dari tidurnya.

Ica segera bangkit dari sana dan membuka pintu kamarnya.

"Ada apa kak?". Ia bertanya kepada Maira yang berada di depan pintu.

"Kamu baru bangun? bukanya tadi pamit buat tugas ya?". Tanya Maira sambil memicingkan matanya.

"Ehehe, ketiduran kak".

"Di panggil sama Abi sama Umi ke meja makan, kamu belum makan kan?".

"Iya kak, nanti Ica turun mau cuci muka dulu".

"Okee".

Maira kembali menuju ruang makan sendiri.

"Loh? Ica nya mana?" Tanya Ayu.

"Masih di atas mi, katanya dia bakal nyusul".

Ayu hanya mengngguk mendengar jawaban Maira.

Setelah mencuci wajahnya Ica merasa sedikit lebih segar. Setelahnya ia menuju ruang makan.

Di sana telah ada Ayu, Adit, Farhan , dan Maira.

"Kok lama banget dek?" tanya Ayu.

"Itu mi adek tadi ketiduran, terus cuci muka dulu deh".

"Yaudah sini cepat makan".

Ica duduk di sebelah Adit abinya.

setelah selesai makan Ayu, Maira, dan Ica membersihkan sisa makanan mereka.

Mereka membagi tugas dengan Maira mencuci piring, Ica melapnya dan Ayu membersihkan meja makan.

Sedangkan Farhan bersama Adit menuju ruang keluarga yang berada di lantai atas.

"Bi" panggil Farhan.

"Iya ada apa?"

"Mmm, bi abang mau ngomong".

"Mau ngomong apa ini kan udah ngomong juga".

"Ini serius bi". Farhan menatap Adit dengan serius.

Adit hanya diam menunggu apa yang akan di bicarakan oleh putranya ini.

"Bi, abang mau lamar seseorang bi".

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

Adit hanya diam tanpa menjawab. Ia hanya fokus menatap tajam putra satu satunya ini.

"Abi, abang serius bi".

"Yang bilang kamu bercanda siapa?" jawab Adit.

"Ga ada sih, tapi kok abi malah diam aja" gerutunya.

Belum sempat Adit menjawab Ayu tiba tiba datang..

"Lagi ngomongin apa sih" tanya Ayu yang baru datang bersama Maira dan Ica.

"Ini mi, putra umi udah besar ternyata" kata Adit.

"Maksudnya?"

"Katanya dia mau khitbah seseorang mi".

"Benaran bang?" tanya Ayu terkejut.

"Astagfirullah umii, ga usah teriak juga kali mi" Ucap Ica sambil mengelus telinganya yang menjadi sasaran teriakan Ayu.

"Hehe, maaf sayang umi senang banget soalnya" Ayu mengelus lembut kepala putri bungsunya.

"Benaran bang? abang mau khitbah siapa?" tanya Maira.

"Mmmm,, ah ada deh" jawabnya asal.

"Kalau begitu besok kita ke rumah nya" Adit menatap putranya. "kamu serius kan?".

"In sya Allah serius abi".

"Kalau begitu, baik lah abi mau bicara berdua dengan mu".

Farhan mengikuti abinya menuju perpustakaan yang berada di dalam rumah.

"Kamu yakin mau nikah sekarang?" tanya Adit.

"In sya Allah yakin bi".

"Kuliah kamu?".

"In sya Allah abang akan tetap kuliah bi, nanti jika istri abang mau kita bakal tinggal di sana sampai abang wisuda".

"Siapa wanita yang mampu meluluhkan hatimu itu?" tanya Adit. Pasalnya putranya selama ini tidak pernah membicarakan perempuan dan tidak pernah pula pacaran.

"Nayla bi".

"Nayla?" Adit membeo.

"Iya bi, ustazah yang ngajar di pesantren abi".

"Temannya Maira itu?".

"Teman Maira? abang tidak tau bi, yang abang tau dia ngajar di pesantren".

"Baik lah, besok malam kita akan kerumahnya, abi akan bicarakan ke pada pak Revan".

"Baik lah abi, terima kasih".

"Iya".

"Abang pamit dulu abi".

"Hmmm".

Setelah perbincangan dengan abinya selesai Farhan menuju kamarnya.

"Kok gue jadi deg degan gini ya?"

"Astagfirullah" gumannya.

"Kenapa wajahnya tiba tiba muncul di pikiranku, Ya Allah jangan biarkan syetan berhasil memenuhi pikiran hamba Ya Allah".

       
                          🍁🍁🍁

Di kediaman Ara.

Hari ini setelah pulang dari kantor Revan menghampiri Fina istrinya.

"Ma" panggil Revan dan duduk di sebelah istrinya yang sedang menikmati layar televisi.

"Ada apa pa?". tanya Fina dan mengalihkan pandangannya ke arah Revan.

"Nayla udah pulang?"

"Udah pa, mungkin lagi di kamar".

"Assalamualaikum, papa, mama, dihhh pacaran mulu deh" Ara menghampiri kedua orang tuanya dan menyalami punggung tangan keduanya.

"Waalaikumussalam".

"Ra, kakak mu ada di atas?" tanya Revan.

"Ada pa".

"Tolong panggilkan kakak mu segera".

"Oke pa". Ara lansung berlari menuju kamar Nayla.

"Ada apa sih pa?" tanya Fina yang melihat kelakuan suaminya yang sedikit aneh menurutnya.

"Tunggu saja sampai Nayla datang".

Detik berikutnya Nayla dan Ara sudah berada di hadapan mereka berdua.

"Ada apa pa?" tanya Nayla.

Ara duduk di sebelah Revan dan Nayla duduk di sebelah Fina.

Revan mengajak mengobrol seputar kegiatan kedua putrinya dan lainnya sapai akhirnya lambat  laun menuju topik utama.

"Umur mu sudah berapa Nay?".

"23 Tahun pa".

"Ara ga ditanya?" Ucap Ara sambil mengerucutkan bibirnya.

"Hahaha, iya princess kecil papa umurnya berapa?" tanya Revan sambil mengelus rambut putri keduanya.

"Umur Ara udah 19 tahun".

"Wahh, putri kecil papa udah gede ternyata".

"Iya dong, jadi Ara bukan putri kecil lagi". ucapnya sambil memayunkan bibirnya.

"Iya, putri papa udah gede".

"Oh iya Nay. Papa mau bertanya, apa kah jika ada seorang lelaki yang datang khitbah mu apa kamu menerimanya?".

"Mmm, jika agama dan akhlaknya baik kenapa Nay menolak?".

"Jadi jika lelaki iku datang nanti melamarmu akan kah kamu menerimanya?".

"Jika dia jodoh Nay, dan dia bisa membawa Nay ke jalan yang lebih baik dan mengajak Nay menuju jannah-Nya tidak mungkin kan Pa Nay menolak?".

"Jadi kamu siap untuk menikah?".

"Emang kenapa sih pa? tumben nanya kayak gitu".

"Temannya Papa tadi ada yang ngelamar kamu untuk putranya".

"Apa? kak Nay udah dilamar?" terika Ara.

"Belum, itu baru lamaran dari orang tuanya belum dari dia".

"In Sya Allah Nay akan menerima jika dia yang terbaik untuk Nay pa".

Nayla. Ia memang memiliki target menikah muda sejak dulu. Tapi jodohnya belum datang ya mau gimana lagi?.Tanpa disuruh tiba tiba Ia jadi teringat lelaki yang pernah ia temui di pesantren Ar Rahman dua tahun yang lalu, yang mampu menarik hatinya. Tapi ia sedikit kecewa harapannya untuk bersanding dengan laki laki itu sudah menipis, karena jika laki laki yang melamarnya ini baik, tidak ada alasan buat ia menolaknya.

"Baik lah, nanti malam mereka akan datang untuk lamaran resminya".

"Papa tidak memaksa jika putri papa ini tidak menerima kita bisa menolaknya".

"Iya pa".

     

         
                         
                         🍁🍁🍁

Fina mempersiapkan makanan untuk tamunya malam ini.

Nayla ikut membantu mamanya memasak di dapur sedangkan Ara menata makanan di atas meja makan.

"Mama udah ga sabar mau lihat calon kamu Nay".

Nayla hanya tersenyum melihat keantusiasan mamanya untuk menyambut calon suaminya. Eh bukan orang yang akan melamarnya maksudnya.

"Kata papa kamu orangnya baik, ganteng lo Nay, kata papa sih mama juga pernah ketemu tapi mama ga ingat yang mana soalnya kan anak nya teman papamu itu banyak".

"Ma, tamunya udah dateng ma" teriak Ara dan menghampiri mamanya.

"Oh ya?, Mama ke sana dulu ya".

"Iya ma".

"Kak Nay, calon suami kakak ganteng banget kak".

"Ganteng aja ngak cukup Ra".

Tadi ketika keluarga yang akan melamar Nayla datang Ara hanya melihat sekilas dan hanya melihat lelaki yang ia yakin adalah calon suami kakaknya.

"Nayla, Ara ayok ke sana sayang".
Fina membawa Ara dan Nayla menuju ruang tamu.

"Maira?"

"Ica?"

Spontan Fina mencubit pinggang kedua putrinya yang berteriak tak tahu malu disebelahnya.

"Ara?" Ica tersenyum dan terkekeh geli melihat Ara yang mengelus pinggangnya.

Sedang kan Maira hanya tersenyum ke arah mereka dan Farhan?. Jangan tanyakan lagi dia masih di sana tapi hatinya sudah seperti sedang berlari maraton diluar sana.

Mendengar suara Nayla saja sudah membuatnya seperti ini apa lagi melihat wajah Nayla yang memerah akibat malu. Ah tidak ia kembali menundukkan pandangannya. Ia kembali teringat kejadian dua tahun yang lalu saat ia tidak sengaja menabrak perempuan itu.

Nayla duduk di sebelah Revan, sedangkan Ara duduk di sebelah Ica.

"Jadi begini Van, tujuan kami kesini untuk melamar putri pertamamu Nayla untuk menjadi menantu kami" tutur Adit.

"Mmmm,,Iya om saya kemari mau melamar putri om Nayla untuk menjadi istri dan pendamping hidup saya melengkapi separuh iman saya, dan teman menuju jannah Nya".

"Emmm, kalau om sih menerima saja, tapi om akan serahkan semua kepada Nayla karna yang akan menjalani adalah dia, bagaimana nak apakah kamu menerima?"


Nayla yang ditanya hanya diam. Ia sangat terkejut melihat Farhan yang datang melamarnya.bayangkan saja orang yang kamu suka datang untuk melamarmu?. Iya Nayla menyukai Farhan sejak pertemuan pertama mereka di perantren dua tahun yang lalu. Tapi setelah itu ia tidak pernah lagi melihat lelaki itu. tapi ia selalu berdoa disepertiga malamnya jika lelaki itu jodohnya dan terbaik baginya maka satukanlah mereka. Bukan ia bukan menyebut namanya karena Nayla sendiri tidak mengetahui nama lelaki itu, ia hanya meminta yang terbaik baginya dan bagi semuanya.
Ia kira mereka tidak akan pernah bertemu lagi. Ternyata Allah mempertemukan mereka dengan cara seperti ini.

"Gimana Nay?" tanya Fina.

"Mmmm,,bismillah, iya pa Nay terima".

"Alhamdulillah". Ucap semua orang yang berada di sana.

Ayu lansung memasangkan cincin yang di bawa Farhan tadi ke jari manis Nayla.

"Wahhh, kita bakal saudaraan dong Ca". Ucap Ara sambil memeluk Ica.

"Iya Ra".

Setelahnya mereka membicarakan persiapan dan tanggal akad dan walimahnya.

Akad dan walimah akan dilakukan dua minggu lagi. Karena Farhan akan kembali ke Kairo setelah mereka menikah dan akan tinggal di sana hingga Farhan menyelesaikan study nya.

Mereka telah sepakat bahwa Nayla akan berhenti bekerja di kantor tempatnya bekerja dan berhenti mengajar hingga ia kembali lagi ke Indonesia bersama Farhan. Ia tidak merasa keberatan dengan semua itu karena ia yakin ini adalah yang terbaik baginya.

                    
-Cinta diatas Sajadah-

📝 khnnurila
📅 25 Januari 2020

Terima kasih sudah membaca kisah Ica dan Ara💙

Jangan lupa ya klik bintang kecilnya dan boom komen untuk next part.

Continue Reading

You'll Also Like

4.9K 659 40
"Allah tidak melarang kita untuk jatuh cinta, namun cara mu yang salah dalam mencintai hamba nya." .... ....
6.9M 484K 59
Apakah seorang anak Kiai harus bisa menjadi penerus kepemilikan pesantren? Ya. Namun, berbeda dengan seorang Haafiz Alif Faezan. Mahasiswa lulusan sa...
5.8K 569 21
"kau tau ketika gelapnya malam menutupi indahnya ketengan sinar Surya kami di sedang menulis kisah kami dipondok ini. kami tore...
1K 67 61
Kumpulan sajak rindu dan puisi-prosa pada seseorang yang sampai hari ini tak pernah kuketahui apakah dia memiliki perasaan yang sama. Sajak-sajak pa...