STAY WITH ME (Season 2) (Comp...

By ss_taeyang

7.7K 330 26

Cast: Park Shin Hye Hyun Bin Takanori Iwata Menduduki kursi sebagai ketua baru organisasi Mafia kodokai bukan... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 7
END (sorry some adult content)
Pregnant (Special Chapter) Part 1
Pregnant (Special Chapter) Part 2
Casting

Chapter 6

499 29 1
By ss_taeyang

Hye mencuci tangannya di wastafel bar yang dia singgahi setelah kabur dari Hyun.

Gaun Hye cukup menarik perhatian pengunjung bar , Hye tidak perduli.

Sesaat Hye menatap cincin yang tersemat di jari manisnya. Indah berkilauan.
Saat ini ego sedang menguasai pikirannya, dia melepas cincin itu secara kasar, termenung sejenak. Dia tidak menyadari seseorang yang sedang menonton aksinya, seorang wanita mengenakan gaun berwarna perak mencolok, bibirnya merah bata, di lehernya melingkar kalung yang juga tidak kalah mencolok.

"Hei you, sepertinya aku mengenal mu." Kata wanita itu sukses membuat Hye tersentak. Wajahnya seperti tidak asing, penampilan nyentrik dari ujung rambut hingga kaki. Gaun perak yang memperlihatkan belahan dadanya, senyum terkesan sinis dan angkuh tercetak di bibirnya. Lengan kirinya menenteng tas kecil hitam, Hye dapat mengenali tas itu adalah keluaran terbaru dari salah satu brand tas dari Italia.

"Sorry, Kita baru bertemu." Jawab Hye lalu pergi membuat wanita itu kesal.

"Aku tahu kau sudah ditiduri seorang bos mafia bukan?." Sindir wanita asing itu membuat darah Hye mendidih.

"Ahjuma, kita baru bertemu. Kau langsung merendahkan ku, memangnya kau siapa? Anak sultan mana? " Balas Hye sambil melototkan matanya menantang. Saat ini suasana hatinya sedang tidak baik, jadi jangan coba-coba mengganggunya.

"What? Ahjuma. Kyaa..kau belum tahu siapa aku? Aku juga pernah tidur dengan Hyun calon suami mu itu." Sahut wanita itu semakin sinis.

Gemuruh petir disaat terik, tiba-tiba saja lutut Hye menjadi lemas, guratan luka tentang sosok yang paling dicarinya, sosok yang menjadi topik pertengkarannya. Wanita itu sedang berdiri menantangnya, membuat keributan.

"Tidak Hye, dia hanya memancing amarah mu. Dia terlalu rendah untuk Hyun. Kau jangan terpancing, calm down. Relax, tarik nafas. Jika kau marah berarti apa yang dikatakannya benar adanya." Hye berusaha menghibur dirinya, dia bergumam dalam hati, mengatur pikirannya agar logikanya masih bekerja dengan baik.

"Hyun tidak akan tidur dengan jalang seperti mu, aku tahu kau terlalu terobsesi padanya. Kau yang murahan menggodanya." Ternyata kata-kata kasar tidak bisa Hye tahan karena kalimatnya melucur begitu saja. Habis berkata dia langsung keluar, dia mengibaskan rambutnya angkuh untuk menyeimbangi wanita yang makin melototkan matanya yang seperti akan terbakar oleh kemarahan. Hye tidak tahu entah dapat keberanian darimana sehingga mempunyai nyali bertengkar dengan putri mafia Mr. Puma yang terkenal kejam.

"Keparat." Umpat Sojin tidak berkutik. Dia bermaksud mengejar namun gerakannya terhenti setelah ponselnya bergetar. Dia masih menatap punggung Hye dari kejauhan.

"Bagaimanapun caranya, sigkirkan wanitanya Hyun." Ujarnya berteriak memerintah si penelfon yang sepertinya keberatan pada tugas itu.

"Aku tidak mau tau bagaimana caranya. Kau singirkan jalang itu dari muka bumi ini. "Ujarnya mengakhiri perintahnya.

**

Hyun celingukan berjalan kaki menyusuri trotoar, dari kejauhan dia melihat gadis itu berjalan ke arahnya. Hyun menghampiri Hye yang memasang wajah ditekuk semakin masam, dia menepis tangan Hyun yang mencoba memegang puggungnya. Hye masuk ke mobil dan duduk di bangku penumpang, kakinya disilang.

Sepanjang perjalanan tidak ada percakapan antara keduanya. Hye menunduk menatap kakinya, dia tahu Hyun sedang mengawasinya. Hye semakin emosi pada tingkah Hyun yang hanya mendiamkannya, tidak ada sedikitpun usaha merayu atau membujuknya maupun meminta maaf. Pria itu justru menerima beberapa panggilan telfon dari bawahannya dan juga koleganya. Dia masih punya energi berbisnis disaat gadisnya menatapnya tajam sambil menopangkan tangan ke dagu. Hye makin emosi kita Hyun hanya melirik kecil dan sangat jelas Hye melihat pria itu sempat tersenyum.

"Apa yang membuatmu tersenyum? Lucu?" Tanya Hye akhirnya, dia sudah tidak tahan pada Hyun yang mengabaikannya.

Lagi-lagi Hyun tersenyum, dia telah berhasil membuat Hye buka mulut karena penasaran tentang arti senyumannya. Hyun sudah sangat mengenal Hye, sifatnya luar dan dalamnya, bagaimana mungkin dia tidak tahu cara mengajaknya berdamai. Hyun tahu persis jangan coba-coba merayu Hye yang sedang merajuk, maka kemarahannya makin meledak. Ketika Hye marah cukup memberi waktunya untuk diam sejenak, mengawasinya lalu ciftakan sesuatu yang membuatnya penasaran, lalu dia akan membuka mulutnya sendiri.

"Lagi membayangkan ketika sudah menikah, kita punya anak. Kalau wanita akan ku beri nama Kim Sari Min. Kalau pria aku beri nama Kim Sari Man." Ujar Hyun dengan senyum simpul, dia dapat melihat wajah imut Hye semakin cemberut.

Hye bangkit dari duduknya, tangannya terjulur langsung menjewer telinga Hyun yang refleks meringis kesakitan.

"Capek-capek mengandung dan melahirkan, lalu dikasih nama Kim Sarimin dan Sariman, itu nama monyet tetangga yang rumahnya diujung gang." Gerutu Hye. Hyun menyentuh kupingnya yang terasa ngilu karena dipelintir gadisnya, dia tahu jeweran itu bukan karena Sarimin nama monyet tetangganya, tetapi tumpahan kekesalannya ditambah kecemburuannya.

"Lalu kamu mau kasih nama apa?" Pancing Hyun, gadisnya mulai terlihat jinak, wajahnya sudah tidak ditekuk.

"Untuk sebuah nama aku membutuhkan meditasi dan beberapa referensi, karena nama adalah doa. Jadi aku tidak bisa menyebutkan secara spontan." Sahut Hye dengan wajah serius.

"Sekarang kan lagi ngetrend memberi nama anak dengan nama-nama artis terkenal. Kalau pria bisa diambil dari aktor terkenal seperti Kim Tae Pyung, Kim Woo Bin, Kim Soo Hyun, kalau wanita mungkin seperti Kim Tae Ri, Kim Go Eun itu dari marga Kim. " Ujar Hyun. Hye mengangguk dan tersenyum kecil. Hye sempat terkejut karena Hyun mengetahui beberapa deretan artis korea, Hye menebak pria itu hanya mendengar dari Woojin adiknya atau mungkin dari adik perempuannya.

"Kalau dari idola bisa Bae Dong Young, Choi Seung Hyun, Kwon Jiyoung, Cho Kyuhyun. Ganti aja nama itu menjadi Kim." Ujar Hye terkekeh, Hyun mengangkat alisnya, dia tidak tahu nama yang dibicarakan Hye yang terlihat sangat bersemangat.
Sekalian aja sebut semua nama Idola dari YG dan SM.

" Pilih aja, aku menurut aja." Kata Hyun akhirnya.
"Hyun, kamu belum jelaskan kepada ku tentang wanita yang bernama Sojin itu" Tanya Hye ketika mobil Hyun berhenti di depan gang menuju kediaman Hye.

Hyun menoleh Hye, menatap mata gadis itu dengan seksama.

"Dia hanya wanita yang berusaha dijodohkan sobo-san kepada ku. Kamu kan tahu aku tidak ada wanita lain yang ada di hati dan pikiran ku selain kamu. " Ujar Hyun membuat rona wajah Hye menjadi merah.

"Sebentar lagi kamu dan aku menjadi kita. Kamu menjadi nyonya Kim, menjadi wanitanya mafia dan aku tidak sabar menunggu saat itu.' Kata Hyun melanjutkan kalimatnya. Dia keluar membukan pintu mobil, menggenggam tangan Hye, mengantar hingga depan pagar.

"Maafkan aku dan aku mencintaimu." Hyun mengecup kening Hye sebelum gadis itu masuk, wajah Hye memanas, hatinya meletup-letup.

"Kamu hati-hati ya menyetir." Ucap Hye teramat manis.

"Aku berharap kamu mengajak ku ke kamar mu." Goda Hyun membuat Hye memukul lengan pria itu, dia masuk dan menghilangkan di balik pintu pagar.
"Kenapa aku terobsesi pada kamarnya." Gumam Hyun sendiri sebelum kakinya menginjak gas dan mobil nya bergerak pergi.
****

Dua hari kemudian Hyun harus kembali ke Jepang. Dia sama sekali belum membahas rencana pernikahan, WO dan semuanya. Dia teramat sibuk sehingga semua itu diserahkan kepada sekretarisnya.

"Tuan, nyonya Hiroshi menginginkan acara di vila keluarga mereka. Dia juga sudah menyuruh orang-orangnya menyiapakan persiapan pernikahan.

Hyun memijat keningnya, jika membicarakan neneknya yang suka seenaknya membuat kepalanya sakit, sesaat dia menatap katalog WO yang sudah dibawa sekretarisnya, ada sekitar 7 buah buku katalog berasal dari tempat yang berbeda.

"Tuan, biasanya tentang konsep pernikahan dibicarakan dengan pengantin wanita. " Ujar sekretaris Hyun tampak ragu-ragu menyampaikan pendapatnya.

"Kamu bilang tadi nyonya juga menyiapkan?" Ulang Hyun karena dirinya masih tidak yakin dengan pendengarannya.

"Benar tuan. Sekembali dari Seoul aku mendengar nyonya Hiroshi mengunjungi beberapa designer pengantin terkenal. "Jawab sekretaris Hyun.

"Ada apa dengan nya?" Hyun lagi-lagi memijat keningnya. Ada kecurigaan dalam hatinya tentang apa yang dilakukan neneknya.

Untuk saat ini Hyun tidak ingin memikirkan apa yang dilakukan neneknya.
"Aku akan menyetujui pernikahan mu dengan gadis pilihan mu tapi dengan beberapa syarat." Nyonya Hiroshi memberikan sebuah map berisi sebuah kertas. Sesaat mata Hyun membulat menganggap neneknya sudah tidak waras.

"Jika kau menandatangani perjanjian ini, maka kau bisa menikahi gadis itu." Nyonya Hiroshi tersenyum licik. Sejenak Hyun membaca ulang isi kontrak yang diajukan neneknya.

"Ok fine." Ujar Hyun akhirnya membuat nyonya Hiroshi tersenyum lebar karena hasil negosiasinya sukses.

"Deal.," Kata nyonya Hiroshi tersenyum lebar.
Apa sebenarnya isi kontrak yang diajukan nya untuk Hyun?
Sebenarnya itu hanya bagian dari rencananya untuk menjinakkan cucunya yang keras kepala itu. Nyonya Hiroshi sudah memiliki senjata, dengan menggunakan gadis nya Hyun. Cucunya itu seketika penurut seperti sapi yang dicolok hidungnya.
Lagi-lagi nyonya Hiroshi tersenyum, matanya terus memandangi cucunya yang mulai sibuk pada pekerjaan nya.

Nyonya Hiroshi teringat kejadian dua puluh lima tahun yang lalu, dimana dia sendiri yang memerintahkan agar Hyun dikirim ke Jepang dan dibesarkan oleh mantan pengawal pribadinya Tuan takanori.
Ternyata dibesarkan di jalanan membuat cucunya semakin kuat, tepatnya kehidupan keras membuat cucunya menjadi pria sesungguhnya.

Semoga rencana nyonya Hiroshi kali ini kembali sukses, semua dia lakukan untuk kepentingan organisasi.
**

Nyonya Park bersungut kesal pada Hye yang sangat cerewet. Dia menolak mendatangi butiqque yang direkomendasikan teman-teman ibunya.

"Mama, aku tunggu Hyun saja." Rengek Hye, dia menarik-narik lengan nyonya Park hingga wanita itu akhirnya menyerah. Langkah nyonya Park terhenti ketika melihat nyonya Kim yang baru keluar dari butiqque, wanita itu juga terkejut.

"Kebetulan Hye di sini, aku baru saja berencana menghubungi mu. Aku sudah bertemu designer terbaik dan membicarakan gaun pengantin untuk mu." Ujar nyonya Kim membuat alis Hye maupun ibunya terangkat. Sifat nyonya Kim begitu mirip dengan putranya, melakukan sesuatu sesuai apa yang dipikirkannya.

"Kami juga berencana akan mencari referensi dan menemui designer." Sahut nyonya Park dengan lembut dipaksakan, dia cukup kesal.

"Designer yang aku temui itu sangat terkenal, karyanya juga dikenakan beberapa artis terkenal." Nyonya Kim tdak mau kalah. Hye tidak mau kedua besan itu saling berdebat, Hye mengajak keduanya untuk ke cafe yang berada di seberang butiqque.

**
Seminggu kemudian..

Hye meminta sopir taxi agar mempercepat laju kendaraannya, pasalnya Hye tidak ingin terlambat. Ada rasa bahagia yang dia rasakan, pasalnya sudah hampir dua bulan Cobra menghilang. Tiga puluh menit yang lalu nomornya kembali aktif walaupun pria itu mengabaikan panggilannya. Salah satu temannya mengirimkan foto pria itu sedang berada di sebuah Bar yang dulu pernah didatangi Hye.

Sesampainya di bar tujuannya, Hye setengah berlari beberapa kali pundaknya tidak sengaja menyenggol pengunjung karena tempat itu cukup ramai. Hye mengedarkan pandangannya lalu dipusatkan ke DJ, dia melihat pria itu di sana sedang asik memainkan piringan hitam menghasilkan musik remix dari lagu hits Bigbang, tentu saja sukses membuat pengunjung serempak menari mengikuti irama. Sempat Hye berpikir jika pria itu sudah beralih profesi menjadi seorang DJ. Tetapi sepertinya tidak mungkin secepat itu.

"Cobra." Panggil Hye ketika pria itu beranjak dari tempatnya, Hye melihat empat pria tinggi besar berdiri tidak jauh dari Cobra. Melihat pemandangan itu dipastikan pria itu masih bekerja untuk calon suaminya.

Cobra hanya menurut ketika Hye menarik tangannya berjalan mencari tempat yang tidak bising agar dia bisa berbicara dengan leluasa, ruang atap adalah sasarannya.

Hye mengamati pria di depanya, rambutnya kembali dicat warna pirang terang. Sebuah anting bertengger di telinga kirinya, Hye juga dapat melihat tatoo ular cobra yang sepertinya baru dibuatnya. Terakhir kali dia belum melihat tatto itu. Penampilannya sangat berbeda dari cobra yang Hye kenal, entah bagaimana dalam hitungan bulan Cobra berubah secepat itu.

"Kemana saja selama ini?" Tanya Hye setelah lama berdiam diri. Pria itu tidak langsung menjawab melainkan mengeluarkan rokoknya dari saku, dia menyulutnya dengan santai, mengisap dan menghembuskan asapnya yang mengepul membuat Hye tersedak.

"Ya sudah, permisi." Ujar Hye lalu membalikan badan, darahnya mendidih melihat tingkah Cobra yang menyebalkan, menyeringai persis seperti mafia pada umumnya. Cobra mematikan rokoknya dengan cara melindasnya menggunakan sepatunya. Tangannya terulur menahan tangan kanan Hye, cengkeramannya sangat kuat namun tidak kasar. Dia membawa Hye duduk di kursi, duduk berhadapan, Cobra belum juga membuka mulutnya.

Dia mengelurkan sesuatu dari sakunya, memberikan kepada Hye. Asmosfir kesedihan menyelimuti tempat itu, hening.

Hye tidak bertanya melainkan langsung membuka, karena kebiasaan Cobra pergi ke luar negeri pasti membawakan oleh-oleh untuk nya. Hye tidak menyangka pria itu tetap melakukan kebiasaannya.

"Maafkan aku tentang saat itu." Ujar Cobra.
"Ya aku mengerti" Jawab Hye.
Dia memperhatikan pria itu sejak di dalam bar. Dia seperti menyembunyikan lengan kirinya yang terbungkus jaket kulit hitam.
Hye bangkit dari duduknya, matanya menyipit memastikan pasti ada yang tidak beres pada pria di depannya. Tangan Hye mecengkram lengan Cobra cukup keras membuat pria itu menggigit bibir seperti sedang menahan sakit.

"Buka." Perintah Hye, pria itu hanya patuh, Hye dapat melihat kemeja hitam yang membungkus tubuh atletisnya. Tangan Hye menyingsing lengan kemeja cobra, matanya membulat kaget. Dia melihat pergelangan tangan cobra yang diperban berantakan, masih menyisakan bekas darah kering di kain kasa yang menutupinya. Hye mengamati dengan seksama, lukanya cukup besar.

"Kyaa kenapa sampai terluka begini?" Gerutu Hye . Dia berubah menjadi nenek-nenek sedang memarahi cucunya yang bandel.

"Goresan pisau mafia Italia." Jawab Cobra, wajahnya menunduk,dia tidak ingin ditatap oleh gadis di depannya.
Hye kembali menurunkan lengan kemeja cobra, merapikannya. Sejenak dia tertegun, hatinya, dadanya, perasaan nya juga sakit melihat pria di depannya terlihat menyedihkan.

Kenapa Hye sangat perduli pada pria ini? Apakah dia ...
Ah, bodo amat.

"Kau harus ikut dengan ku." Ujar Hye sambil menarik lengan kanan pria itu.

"Besok aku harus kembali ke Italia." Tolak Cobra. Sesaat jantung Hye bergemuruh, ada rasa kesal, marah dan sedih merasuki pikirannya. Apakah artinya hari ini pertemuan perpisahannya dengan orang yang sudah bersamanya bertahun-tahun.

"Kenapa buru-buru?" Tanya Hye getir, bibirnya bergetar. Dia tidak ingin menatap wajah pria itu, mungkin dia akan menagis.

"Maaf aku tidak bisa pergi ke pernikahan mu." Ucap Cobra, dia memakai kembali jaketnya.

"Selamat atas pernikahan mu. Permisi." Ujar Cobra lalu pergi.

"Kya...tidak bisakah kau seperti dulu. " Hye menggigit bibirnya agar tidak menangis, agar air matanya tidak keluar. Dia teramat terluka, sedih dan kehilangan semuanya menyatu hingga menciftakan desakan dari dalam dirinya, membuat dadanya terasa semakin sesak. Cobra menghentikan langkahnya, mematung tanpa menoleh dia pun berkata.

"Maafkan aku tidak bisa memenuhi permintaan mu." Kata Cobra, kali ini dia memberanikan mengangkat wajahnya, menatap Hye. Jelas sekali wajahnya terlihat pucat dan lebih tirus dari sebelumnya, dia juga membiarkan bulu halus tumbuh diatas bibirnya. Rambutnya sedikit lebih panjang dari biasanya. Mengapa dia sudah tidak memperdulikan penampilannya, tepatnya dia merubah dirinya yang sekarang menjadi sangat berantakan.
Itu membuat hati Hye seperti tertusuk ribuan jarum, sakit rasanya akan mati.
"Aku tahu endingnya akan seperti ini. Bagaimanapun kerasnya hatiku untuk bertahan, tetap saja terkoyak berkeping-keping. Kau yang kehujanan aku yang kedingingan. Kau bahagia aku kesakitan. Merelakanmu adalah luka terhebatku dari pertarungan batin ku. Rasanya seperti peluru berkaliber besar menembus dadaku dan bersarang tepat di jantungku. Rasanya aku ingin mati. Sanggup kah aku menahannya lagi?" Ujar Cobra.

Begitu dalamnya kah perasaan Cobra pada Hye? Lalu dia terluka Begitu hebat nya. Dia merasa hidupnya sudah sangat kacau, mengharapkan wanita yang sudah bersama orang lain. Semuanya merubah Cobra, merubah hidupnya.
Ya, semuanya telah mengubah nya menjadi sangat liar, hatinya bagaikan mesin rusak sehingga semuanya menjadi tidak berfungsi. Tangan kirinya tersabet pisau gengster italia karena ulahnya sendiri, ya dia membuat semuanya menjadi kacau, menyukai fisiknya terluka agar sesaat dia bisa melupakan luka di hatinya.

"Maafkan aku." Ujar Hye pelan, dia memeluk pria itu, menempatkan wajahnya di dadanya, sesaat pria itu tercenung karena telinganya dapat mendengar isak tangis gadis yang memeluknya erat.

"Maafkan aku. Aku egois. Kau tahu aku mencintai orang lain. Tapi aku juga tidak mau kehilangan mu. AKu egois. Aku tahu itu." Ujar Hye dari sela isakannya yang berubah menjadi tangisan yang sesegukan. Hanya itu yang bisa dia katakan, dia tidak tahu seberapa dalam perasaan cobra padanya. Dia tidak tahu betapa hebatnya pria itu kesakitan. Ya, semuanya dia tidak tahu.

Tangan Cobra masih menggantung, tidak ada pergerakan darinya, bibirnya masih terkunci rapat hingga membiarkan Hye terus terisak.
Apakah dia tega membiarkan Hye menangis? Sementara baginya satu tetes air mata kesedihan Hye juga menyakiti hatinya?

"Aku mohon katakan sesuatu." Ucap Hye lagi. Sesaat terdengar ponsel Hye bergetar dari dalam tas kecilnya, sepertinya dia tidak berniat membuka tasnya hingga cobra membuka mulutnya.

"Ponsel mu bergetar." Ujarnya, dia membantu membukakan dan memberikan pada Hye yang masih menyembunyikan wajahnya. Tangan cobra perlahan terangkat menyentuh pundak Hye, harus berapa lama gadis itu menyembunyikan wajahnya.

Hye masih menunduk menyembunyikan wajahnya dengan kedua telapak tangannya, dia tidak ingin Cobra melihat wajahnya yang sembab mungkin matanya sudah bengkak.

Gunung es yang bertengger kokoh di sudut hati pria itu perlahan mencair ketika melihat wajah yang sembab berantakan. Mata indah yang biasa dia lihat dan tidak pernah bisa dilupakan, saat ini terlihat merah berair. Perlahan tangannya terangkat menyeka butiran bening yang terus mengalir semakin deras.

"Aku akan berusaha menjadi seperti dulu. Aku janji tapi beri aku waktu." Ujar Cobra akhirnya, dia memberanikan diri memeluk Hye, begitu erat, dia menahan diri agar tidak menangis.

"Berhentilah menangis, aku tidak ingin orang-orang mengira aku sedang membuly mu." Hibur Cobra.

Ada jeda panjang mereka saling berdiam diri, keduanya menata hati dan perasaan untuk bisa kembali ke semula, walaupun itu rasanya tidak mungkin.

"Orangtua ku mencari mu." Tukas Hye setelah berhenti menangis, dia mengekori cobra yang akhirnya setuju mengunjungi orangtuanya.

"Ini pertama kali kau menginap di rumah ku." Ujar Hye setelah duduk di samping Cobra yang mulai menyalakan starter mobilnya.

"Aku mau tidur dengan boneka beruang mu." Kata cobra mencoba mencair kan suasana.

"Aku tidak bisa pisah dari beruang ku." Tolak Hye

"Kau pilih beruang mu dipinjamkan ke aku atau kau yang jadi beruangnya." Goda cobra membuat Hye menjatuhkan pukulan kecilnya ke pundak cobra.

"Kau belum bicara denga Hyun?" tanya Hye. Sesaat Cobra terdiam.

"Dia yang menyuruhku kembali ke seoul menemui mu." Jawab Cobra membuat Hye tersentak.

"What? kok bisa?"

"Dia terlalu baik dan juga terlalu naif. "

Karena dia percaya padamu? Tanya Hye

Bagaiaman jika aku menculik mu? Cobra semakin menggoda nya.

"Hyun akan mencari mu hingga ke lubang cacing" ujar Hye terlalu percaya diri.

Iya, sebenarnya Cobra sudah mengakui bos nya teramat baik, entah karena Hye atau karena apa. Seharusnya dirinya sudah membusuk di ruangan pembeku tentang perbuatannya, nyatanya Hyun justru mengirimnya ke italia. Menyembunyikannya seolah tidak ada yang terjadi. Bagaimana Hyun bisa sebaik itu? Begitu besarnya cinta nya pada Hye sehigga memaafkan dirinya demi kekasihnya. Apakah Hyun malaikat tanpa sayap? Mungkin benar seperti malaikat tetapi malaikat pencabut nyawa. Cobra tahu apa yang dilakukan bosnya, dia tidak putih sepenuhnya. Dia juga melanggar hukum dalam bisnisnya, walaupun Hyun sangat tepat waktu soal membayar pajak.
Coba kamu ingat lagi mafia mana yang taat pajak?

***
Sojin tidak main-main tentang perintah nya pada orang suruhan nya. Dia masih di korea, setidaknya dia harus bisa melihat wanitanya Hyun menderita.

Siapa Sojin?
Di dunia mafia tidak ada yang tidak mengenal nya. Namanya tersohor nomor dua setelah ayahnya. Banyak mengatakan dia wanita psikopat, damn bitch hingga sakit jiwa.

Wajahnya memang cantik, tubuhnya tinggi dan langsing. Dia selalu ingin menjadi nomor satu, wanita berobsesi tinggi hingga apa yang diinginkan harus terlaksana.

Mr.Puma teramat memanjakan putrinya itu hingga Sojin tumbuh menjadi gadis yang kejam.

Pernikahan? Sojin tidak tertarik, baginya hanya sebuah beban. Itu dulu.
Tapi setelah bertemu Hyun merubahnya menjadi wanita yang juga menginginkan menjadi seorang istri yang membesarkan anak-anaknya. Sayangnya Hyun yang membius hatinya sudah menolak nya, memilih akan menikahi gadis biasa hingga membuat Sojin terluka.

"Mangsa sudah terkunci" ujar orang suruhan Sojin membuat wanita itu menyeringai keji, dia menyalakan Tv nya siap untuk menonton pertunjukan.

"Mampus" teriak nya terbahak bahak ketika dilayar menunjukkan wanita terkurung di sebuah ruangan.

Hye membuka matanya, dia terkejut mendapati dirinya berada di sebuah ruangan tepatnya seperti sebuah kamar.

Sojin sedang bermain tentang trauma Hye, dia tau persis itu akan menyiksa gadis itu.

Hye berjalan menuju pintu dan tangannya memutar paksa gagangnya hingga tangannya terasa sakit.
Dia berteriak memanggil barangkali ada orang mendengar nya.

Seketika Hye mundur ketika seseorang memutar gagang itu.
Klik
Pintu terbuka perlahan, seorang pria yang tidak asing baginya muncul di sana.

" Ki Joon?" Ujar Hye, ada secercah harapan untuk nya.
" Ada kau disini?" Tanya Ki Joon, suaranya menggelegar, dia berjalan sempoyongan.
Mata pria itu merah, wajahnya tidak karuan, pucat.

Hye mundur beberapa langkah, dia mengawasi Ki Joon yang menatap nya seperti sedang melihat mangsa.

"Hye? Cinta ku? Mantan ku?" Ki Joon maju siap menyerang Hye.

Adegan itu membuat Sojin terbahak, obat terlarang yang disuntikkan kepada Ki Joon berhasil membuat pria itu menjadi gila, terobsesi pada gadis di depannya.

"Ayo ki-joon, habisi wanita itu." Teriak Sojin dari TV monitor nya.

Hye berusaha melawan ketika ki-joon mencekik lehernya, tangan lainnya mencengkeram rambut Hye kasar. Wajahnya condong siap melakukan aksinya, ki-joon benar-benar sudah tidak sehat, dia tidak tahu apa yang dilakukannya.
Hantaman kepala Hye sukses membuat darah segar menyembur dari hidung ki-joon. Pria itu sempoyongan, dia menggeram seperti orang yang sedang sakau.

"Ki Joon tolong hentikan." Teriak Hye ketika pria itu kembali bangkit, percuma saja memohon, ki-joon sudah tidak waras saat ini.

Dengan kasar pria itu menyeka darah dihidungnya, sepertinya dia tidak kesakitan sama sekali.

Tangan kanan ki-joon menyambar kaki kiri Hye membuat gadis itu terjerembab, kepalanya membentur lantai hingga memancarkan darah dari keningnya.

Dia merayap, menyentakan kakinya berusaha membuat cengkeraman ki-joon terlepas, percuma ki-joon sangat kuat.

Sementara Sojin semakin terbahak-bahak ketika ki-joon berhasil merengkuh Hye yang terus berusaha membebaskan diri.

Sojin sudah merencanakan kehancuran Hye, dia ingin wanita itu menjadi gila karena trauma nya. Sojin sangat kejam dan licik. Saat ini dia sangat puas.

Brruuuk

Hye menghantamkan asbak rokok yang ditemukannya di bawah meja. Darah segar keluar dari kepala Ki-joon, sesaat pria itu kejang-kejang lalu pingsan.

Sojin tidak suka adegan itu, dia tidak menyangka anjingnya begitu mudah dikalahkan. Sojin semakin murka ketika Hye keluar dari kamar itu. Sojin bergegas menelfon orangnya agar menangkap gadis yang berusaha kabur.

"Bangsat." Sojin melempar ponselnya ke dinding hingga hancur berantakan, mangsanya menghilang.

"Holly shit, fuck, bitch, mati kau." Teriak Sojin seperti orang kerasukan, dia melemparkan segala sesuatu yang ada di ruangan nya termasuk tv-nya. Sojin semakin gila, hingga pengawalnya datang memeganginya, Sojin persis seperti wanita yang sakau, gila. Dia meraung-raung ketika pengawalnya membawanya atas perintah Mr.Puma.

Sementara Hye berhasil kabur.
"Tuan, tolong seseorang mungkin akan mati di sana." Ujar Hye pada orang yang ditemuinya.

Tidak menuggu lama, dua mobil patroli muncul ke tempat itu lalu membawa tubuh Ki-joon begitu juga Hye.

**
Ki-joon masih belum siuman sejak 8 jam yang lalu.

Apakah ki-joon sekarat karena hantaman asbak rokok yang membuat kepalanya bocor? Atau karena pengaruh obat yang disuntikkan pelaku?
Saat ini pihak kepolisian masih mendalami kasusnya.

Peristiwa ini membuat nyonya park sempat pingsan, terlebih mengetahui karena perbuatan mantan kekasih putrinya.

Tuan Park mendengar dari temannya bahwasanya pelaku adalah dari klan gengster, namun hal ini masih dugaan sementara.

Belum ada target yang dicurigai. Polisi menduga klan ini dari gengster jaringan internasional. Jenis obat yang disuntikkan bahkan tidak pernah ditemukan di Korea, tentu saja hal ini menyulitkan kepolisian mencari pelaku.

**
"Keparat". Hyun melempar apa saja yang ada di depannya, dia sangat murka. Wajahnya merah dipenuhi amarah, matanya berapi. Dia berteriak memanggil sekretaris nya.

"Siapkan tiket ke Italia" perintah nya. Sekretaris itu mengangguk, lalu mengangkat wajah.

"Tuan, beberapa menit yang lalu cobra menelfon dan meminta ku agar tuan membuka email." Ujar sekretaris itu.

Setelah sekretaris nya keluar, Hyun langsung membuka email di ponselnya.
Dia terdiam, wajahnya sangat serius menonton video yang dikirim cobra.

"Biarkan aku membunuh psikopat itu. Ku mohon jangan katakan ini pada Hye. Aku tidak mau dia tau aku seorang pembunuh lagi." Pesan video itu teramat singkat.

Sejenak Hyun mematung, lalu mengambil ponselnya menelfon seseorang.

"Jangan biarkan Cobra bodoh itu terluka." Perintah nya lalu menutup ponselnya. Dia tertegun, tatapannya nanar, bibirnya terkunci rapat.

Hyun POV
Begitu kerasnya kehidupan ku, terkadang aku benci pada diriku sendiri. Aku ingin mengakhiri semuanya, betapapun aku mencoba lari dari tempat ku, tapi aku tidak bisa.
Disaat seperti ini aku ingin takdir mengubah ku, tidak pernah bertemu dengan mu, tidak jatuh cinta padamu. Pasti kau akan hidup bahagia di sana tanpa bajingan seperti ku yang selalu membuat mu terluka.

Apakah aku harus lari?
Apakah aku harus mengembalikan mu pada tempat semula?
Ku rasa itu yang terbaik untukmu.
Karena aku mencintaimu.

-Bersambung-

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 57.7K 104
Maddison Sloan starts her residency at Seattle Grace Hospital and runs into old faces and new friends. "Ugh, men are idiots." OC x OC
8.8K 106 21
Tak mengapa, kan? Tak mengapa jika aku banyak berbincang dalam paragraf-paragraf yang telah kususun ini. Maka dari itu, izinkan aku untuk bercerita m...
567K 8.7K 86
A text story set place in the golden trio era! You are the it girl of Slytherin, the glue holding your deranged friend group together, the girl no...
277K 8.2K 93
Daphne Bridgerton might have been the 1813 debutant diamond, but she wasn't the only miss to stand out that season. Behind her was a close second, he...