Karma x Rio Oneshots [ENG/IND]

由 Yukiiro_Luna

13K 304 222

[FIRST FEW CHAPS ARE ALL SO CRINGE-WORTHY SO PLEASE READ AT YOUR OWN RISK //Slaps my younger self] I'm not re... 更多

A Guide Before Reading
Hated by Life Itself
Seandainya (IND)
Surprise?
Deceiving and Teasing
Beresin dong!
It's Weekend! Part 1
Setangkai Bunga Untukmu
Café Avec Amour
Gak Peka
It's Weekend! Part 2
IMPORTANT
Menyusuri Kenangan Masa Lalu
Going Down Memory Lane
Made with Love (From Me to You)
My Dear Beloved
Ghosts and Jumpscares (IND)
A Not-So-Lonely Birthday
When There's a Beginning, There's an End (A Thank You Note)
Dari Dulu Hingga Sekarang, Terima Kasih Ku Ucapkan
QnA Session!

Bermula Dari Kesalahpahaman

936 14 16
由 Yukiiro_Luna

Note: Akan ada beberapa OCku nanti untuk melengkapi cerita. Anggap aja teman-temannya dari London

"SUDAHLAH AKU MUAK DENGAN SIKAPMU!!" seorang pria berteriak beriringan dengan sebuah bantingan pintu yang keras

Lawan bicaranya hanya terdiam dan menunjukkan wajah yang datar, seakan-akan apa yang temannya katakan barusan tidak ada hubungannnya dengan dia. Sebelum pintunya sempat tertutup, ia melihat seorang wanita lain yang tersenyum sinis kearahnya dan menyusuli teman prianya

"Baiklah, akan kuturuti kemauanmu dan mengikuti permainanmu. Semoga kau senang...

dengan keputusanmu itu"

Assassination Classroom © Yuusei Matsui

Semua Bermula dari Sebuah Kesalahpahaman

.

.

.

.

"Dok, keadaannya sepertinya memburuk. Bagaimana ini?!" seorang perawat panik

Pasiennya adalah seorang pemudi bersurai kuning gelap yang berumur 24 tahun. Kondisinya yang kemarin membaik tiba-tiba kembali memburuk lagi.

"Sebaiknya kita memberi perawatan sebisa kita untuk sekarang. Perawatan yang berlebihan bisa saja membuat keadaannya lebih buruk lagi" Dokter itu pun keluar ruangan

Di depan pintu terdapat seorang pemudi bersurai biru-pink yang sedang duduk bersama dengan pemuda bersurai kuning-merah. Di sebelahnya, berderet pemuda-pemudi lainnya yang juga ingin menjenguk orang yang sama. Pemudi tersebut tidak sabar menunggu kabar dokter mengenai sahabatnya yang hampir 2 minggu berada di rumah sakit. Suara pintu kamar yang tertutup segera merupakan isyarat untuk bergerak cepat menemui dokter.

"Ah, dokter! Bagaimana keadaan teman saya, Dok? Apa dia akan baik-baik saja?"

Dokter hanya menggeleng, "Kondisinya cukup kritis. Kami sempat berpikir dia akan semakin membaik, mengingat kondisinya kemarin. Namun, yang terjadi malah sebaliknya. Kami telah berusaha sebisa mungkin untuk mempertahankan kondisinya. Berdoalah supaya temanmu dapat pulih secepatnya. Kalian sudah bisa masuk untuk melihatnya. Saya permisi dulu" Dokter membungkuk dan berlalu pergi.

Pemudi itu langsung masuk ke dalam kamar, disusuli para pemuda dan pemudi lainnya. Melihat kondisi sahabat terdekatnya yang dalam keadaan koma membuat pemudi itu langsung menangis.

"Rio, kenapa? P-padahal, kau ti-tidak salah apa-apa" Pemudi itu menangis disebelah kasur dimana temannya terbaring

"Luna sudahlah, para dokter berjanji akan menyembuhkannya. Kau sabar saja, ya?" temannya, Keiko, coba menenangkan

"Sol, apa yang harus kulakukan?" Luna melihat kearah pemuda tadi yang duduk bersamanya

"Berdoa dan bersabarlah" Sol ikut menenangkan

Para pemuda dan pemudi lain yang merupakan teman lamanya Rio saat SMP, hanya melihat dengan iba.

Luna berhenti menangis. Raut mukanya yang sedari tadi terlihat menyedihkan tiba-tiba berubah menjadi murka. Ia berjalan kepada seorang pemuda tinggi bersurai merah

"INI SEMUA GARA-GARA KAMU! HANYA SAJA DIA TIDAK BERHUBUNGAN DENGANMU PASTI DIA AKAN BAIK-BAIK SAJA! AKU TAK TAHAN LAGI, DASAR AKABANE SIALAN! BERUNTUNG IA BELUM MATI" Pemuda yang diteriaki serta semua anggota Kelas E yang berada di ruangan itu sangat terkejut. Setahu mereka, Luna merupakan perempuan yang tenang dan biasanya marahnya pun hanya sekedar sebagai candaan.

"Lah, kenapa jadi aku? Aku tidak melakukan apapun!" Karma membantah

"Iya, iya. Mana ada seorang Karma menga-"

Tiba-tiba Luna merasakan sebuah tamparan dari seorang wanita bersurai ungu

"TARIK KEMBALI KATA-KATAMU CEWE TIDAK TAHU DIRI. Jelas-jelas itu salahnya yang mengemudi. Kenapa malah jadi Karma, hah? Kau punya semacam dendam, kan?!"

Luna yang hendak berteriak kembali dihentikan oleh Sol. Ia menyingkirkan tangan Sol dari pundaknya sebagai tanda kalau ia tidak akan berteriak lagi

"Baiklah, kalau begitu keluar. Siapapun disini yang berada disisi Karma dan Okuda, aku harap kalian semua sudah keluar saat aku kembali. Tidak, kalian HARUS sudah keluar saat aku kembali" Luna pun pergi meninggalkan ruangan

"Ok, aku setuju. Ayo Karma, kita keluar dari sini," Okuda menarik lengan Karma

Semua yang berada di dalam ruangan tentu terkejut dengan sikap kedua manusia yang baru saja bertengkar hebat. Luna terkenal cukup tenang dalam menghadapi masalah. Di lain sisi, Okuda adalah orang yang sangat pendiam dalam hal memberi pendapat. Apakah ini adalah masalah yang sangat besar sehingga kedua orang itu harus angkat bicara? pikir mereka

Satu persatu, mereka semua pun keluar. Akari dan Yukiko berjalan bersama Okuda, mencoba menenangkannya. Saat Karma hendak keluar ruangan, Keiko yang mendapat persetujuan Sol, berlari menuju Karma. Keiko mengambil secarik kertas dari kantongnya dan memasukannya ke dalam genggaman tangan Karma. Keiko mengisyaratkan Karma untuk membaca diam-diam dan berpesan untuk merahasiakannya dari semua orang, termasuk Luna. Karma yang terheran hanya mengangguk.

~Time skip~

Karma memasuki apartemennnya. Setelah merapihkan segala sesuatu, Karma pergi ke kamarnya untuk berbaring. Ia mengingat kembali kejadian di rumah sakit tadi siang

"INI SEMUA GARA-GARA KAMU! HANYA SAJA DIA TIDAK BERHUBUNGAN DENGANMU PASTI DIA AKAN BAIK-BAIK SAJA! AKU TAK TAHAN LAGI, DASAR AKABANE SIALAN! BERUNTUNG IA BELUM MATI" kata-kata Luna terngiang di kepala Karma

"ITU BUKAN SALAHKU! Iya, kan?" Karma mengatakan dengan ragu

"Arrgh. Sialan, sekarang aku dibenci oleh Luna" Tiba-tiba Karma mengingat kertas yang diberikan Keiko

Ia merogoh sakunya dan mendapatkan secarik kertas kecil dengan tulisan tangan Keiko yang sedikit berantakan

Karma, tolong maafkan Luna, ya. Dia agak sensi kalau terjadi hal-hal yang menyangkut dengan Rio. Kau tahu kalau dia berhutang banyak sama Rio, kan? Jadi tolong maklumi, okay?

Karma hanya menghela nafas. Perkataan Luna tadi cukup menyakiti hatinya. Jika Luna adalah laki-laki, pasti langsung dia tonjok. Karma kembali membaca isi surat itu

Sebagai balasannya, aku akan membiarkanmu menjenguk Rio, gimana? Kalau ogah jenguk sih juga gak apa-apa. Luna biasanya tidak datang saat malam hari, itu shiftku untuk menjaga Rio. Siang juga boleh, itu gilirannnya Sol. Saat pagi, baru itu gilirannya Luna. Jadi kalau mau menjenguk Rio, aku sarankan untuk datang saat shiftku karena biasanya Luna bisa mendadak menjenguk di siang hari.

Karma terkekeh. Jadi itu alasannya untuk merahasikan ini dari Luna benak Karma

Mungkin kau tidak akan datang karena tidak mau cari masalah. Tapi, hanya sekedar informasi jika kau datang.

Karma bimbang, apakah dia harus kembali menjenguk, atau melanjutkan hidupnya tanpa Rio. Karma yang pusing memutuskan untuk tidur. Ia tidak ingin membuat dirinya stress hanya karena masalah ini. Karma pun tertidur lelap.

Ping!

Pesan baru dari Sol Kasaikuro

Dia sudah sadar

~Time skip~

Karma merutuki dirinya karena baru membaca pesan Sol tadi. Jam besuk tinggal sejam lagi dan rumah sakitnya cukup jauh dari kantor Karma. Setelah parkir, Karma bergegas masuk ke dalam.

Sejak perintah Luna, tidak ada anak Kelas E yang menjenguk Rio, kecuali Rinka dan Fuwa. Mereka berdua berada disisi netral karena tidak ingin merusak persahabatan antara kedua kubu.

"Kamar 117. Kamar 117. Ah, itu dia!" Karma berjalan menuju kamar yang terdapat tulisan 117. Di depannya, berdiri seorang pemudi bersurai kuning tersebut.

"Kau lama sekali, sih. Sana masuk," Keiko membukakan pintu dan menutupnya kembali setelah Karma masuk

"Nakamura?" Karma memulai

Wanita yang dipanggil hanya terdiam, menatap keluar jendela.

"Nakamura, jawab aku" Karma memulai lagi

"Apa?" Rio menjawab dengan dingin tanpa menengok sedikit pun lawan bicaranya

"Kau membenciku, ya? Padahal aku tidak tahu masalahnya apa," Karma hanya terkekeh

Melihat Rio yang masih saja bersikap dingin, Karma merasa bersalah. Ah, akhirnya dia mengerti. Dia akhirnya telah mengetahui kesalahannya.

"Aku minta maaf atas perkataanku. Aku sungguh tidak bermaksud. Ada banyak hal yang berada di kepalaku saat itu. Maaf jika aku tidak peka terhadap perasaanmu" Karma mencoba untuk menjelaskan semuanya ke Rio

"Terus?" Rio membalas dengan cepat

"Eh?"

"Apa salahku sampai-sampai aku menjadi tempat pelampiasan amarahmu? Aku coba membuatmu kembali ceria tau. Tapi kau malah membalasku dengan bentakan. Sudah bosan denganku? Kalau begitu pergi saja dengan tenang"

"Nakamura, bukan itu maksudku-"

"Hei Karma, mending kau tak usah datang lagi, deh. Sepertinya akan lebih baik jika kita tidak bertemu lagi. Jika ketahuan Luna, bukannya akan menjadi masalah besar bagimu? Lagian, kalau sampai Okuda tahu kau datang menjengukku pasti dia akan melakukan sesuatu yang lebih parah"

Karma terheran dengan kalimat terakhir yang diucapkan Rio, "Okuda? Sesuatu yang lebih parah? Apa maksudmu?"

Rio mengerti situasinya. Jika ia ceritakan, pasti Karma selaku 'sahabat' Okuda tidak akan percaya, "Tidak apa-apa. Cepat pergi, ini sudah larut malam. Kau bisa terlambat besok"

Sebelum Karma bisa menjawab, Keiko memanggilnya untuk segera keluar karena jam besuk sudah selesai. "Baiklah, aku tidak akan datang lagi. Maaf telah menganggumu" Karma keluar kamar

Keiko masuk ke kamar Rio setelah mengantar Karma. "Rio, kau baik-baik saja?" Keiko tanya khawatir.

"Tidak, aku tidak apa-apa, Kei. Terima kasih telah mendengar permintaanku" Rio tersenyum

"Ah, Luna pasti membunuhku jika dia tahu. Tapi aku juga berhutang budi padamu" Keiko membalas senyumannya

"Siapa yang membunuh?" Pemudi yang sedang dibahas tiba-tiba masuk ruangan

"Hii, Luna! I-itu bukan maksudku. Aku hanya-" Luna menepuk pundak Keiko dan berlalu menghampiri Rio

"Membantu Rio, iya kan?" Luna tersenyum. Keiko dan Sol yang baru saja masuk, terheran.

"Sudahlah, jika itu memang permintaannya. Bisakah aku berbicara dengan Rio sebentar?" 

Mereka berdua mengangguk, "Kalau gitu kami pulang duluan ya, Rio, Luna. Jangan malam-malam pulangnya. Sampai besok!" Setelah Sol dan Keiko keluar, raut wajah Luna berubah menjadi khawatir.

"Apa kau yakin?" tanya Luna dengan hati-hati

"Ya, ini keputusanku. Ini juga yang terbaik. Iya, kan?"

"Terserah kamulah. Aku sudah cukup merepotkanmu. Jika kau memang mau menyelesaikan masalah ini sendirian, tidak apa-apa. Hubungi saja kami kalau kau ada masalah" Luna pun berlalu pergi untuk menyusul temannya.

~5 Tahun Kemudian~

Sejak kejadian 5 tahun lalu, Rio dan teman-temannya tidak pernah terlihat lagi. Banyak yang menduga kalau mereka semua sudah balik ke London. Hari-hari berjalan seperti biasa, sama seperti saat mereka semua lost-contact dengan Rio saat tahun pertamanya di London.

Karma telat bangun. Ia seharusnya sudah berada di sekolah untuk mengikuti reuni yang rutin diadakan oleh mereka. Karma bergegas masuk ke mobilnya dan mulai menginjak gas. Hari ini adalah hari yang ia sudah lama nantikan. Ia ingin mengumumkan keberhasilannya selama sebulan ini. Sungguh hari ini adalah hari yang paling bahagia. Karma sampai di tempatnya Okuda. Ia sudah berjanji akan menjemputnya dan jalan bareng.

Selama satu tahun terakhir, Karma menjadi salah satu orang yang berpengaruh di Jepang. Bisa disimpulkan kalau dia sekarang adalah orang yang paling diincar untuk dipekerjakan atau, dibunuh.

"Ah, Karma. Maaf aku datang telat," Okuda datang dengan terengah-engah

"Tidak apa-apa. Aku juga baru datang, naiklah"

Namun, tiba-tiba firasat Karma buruk. Ia merasa ada sesuatu yang akan menimpanya. Dugaan Karma benar. Dalam kedipan mata, sebuah mobil truk menabrak Karma. Banyak orang yang berdatangan. Ada yang memasang wajah ketakutan, kesedihan, kemarahan, dan kemenangan.

"Karma! KARMA!"

Karma sudah tidak tahu lagi, semuanya terasa samar. Dalam sekejap segala sesuatu menjadi gelap. Padahal ini adalah hari  kebahagiaannya. Sekarang, dia hanya merasakan dirinya melayang di suatu tempat yang sangat gelap. Sama sekali tidak ada tanda-tanda kehidupan. Apakah aku mati?

Dug!

Karma merasa ada seseorang yang mendorongnya dari belakang. Tetapi saat dia menengok, dia tidak melihat siapa-siapa.

"Hei, siapa yang-" Karma tiba-tiba mendengar suara tawa yang begitu familiar

"Ayo cari aku~" kata seseorang

Ruang kosong tadi tiba-tiba berubah menjadi lahan sekolahnya. Karma yang merasa tubuhnya sudah dapat menyentuh tanah, dengan gesit berlari menuju arahnya suara.

"Hei, dimana kau?!" Karma lari menyusuri hutan di belakang sekolah.

"Hahaha, kau payah sekali, Karma. Ayolah, seharusnya kau lebih cepat dariku," 

Tawa itu terdengar lagi, tapi sekarang menjadi lebih jelas. Tawa yang sering ia dengar saat masih SMP. Tawa yang sering terdengar setelah ia sukses melakukan kejahilannya.

Dimana? dimana? Ah, di pohon!

Karma berlari mendekati sebuah pohon yang ia kenal lama, yang masih ia rawat dengan baik hingga sekarang.

"Tunggu, pohon ini... Kenapa?"

"Hei, kenapa lama sekali? Ada masalah?" Karma menengok ke atas dan mencari arah datangnya suara.

"Nakamura? Ha, sudah kuduga itu suaramu" Karma hanya tertawa geli

"Pfft~ Apaan sih, Kar. Ayo cepetan naik ke atas," kata Rio sambil memanjat ke dahan pohon yang lebih tinggi

Karma merasa aneh. Rio yang ini, bukanlah Rio yang terakhir ia temui. Rio yang ini jauh lebih ceria dan... lebih muda?

"Kau, kenapa bisa disini?"

Rio hanya memasang muka cemberut, "Kenapa? Kau tidak senang, ya? Yaudah kalau gitu aku pergi, deh"

"Bukan itu yang aku maksud, Nakamura. Lagian kau terlihat lebih muda, tidak seperti yang terakhir ku lihat. Seperti saat kau masih SMP"

Sungguh tidak dipercaya, Rio memang memakai seragam SMP Kunigigaokanya. Ia terlihat seperti anak remaja biasa.

"Ehehe~ Makasih," Rio hanya tertawa

"Nakamura, ayo kita serius" Karma mulai memasang muka seriusnya

"Serius apanya~"

"NAKAMURA!" Kesabaran Karma sudah sampai batasnya

Rio yang tadinya ceria kembali terdiam, "Baiklah, baiklah. Aku akan mulai serius. Kau mau tahu apa? Waktu kita tidak banyak, jadi bijaksanalah dalam bertanya"

Lah, yang ngabisin waktu dari tadi siapa, hah? benak Karma

Tapi, dari pada memikirkan hal itu, Karma memutuskan untuk berpikir mengenai hal-hal yang akan ia tanyakan. Banyak sekali pertanyaan yang muncul, namun tidak semuanya akan kejawab. Lebih baik memilih yang lebih penting dan berguna dulu.

''Kau-" Karma menunjuk diri Rio

"Ya? Aku kenapa?"

"Apakah kamu Rio Nakamura yang asli?"

"Aku, ya?" Rio coba memaksa sebuah senyuman

"Aku hanyalah jiwanya, setengah lebih tepatnya. Anggap saja aku ini siluman"

"Siliuman, ya? Berarti aku sudah mati. Ya, pasti aku sudah mati" 

"Tidak. Kau belum mati. Mungkin masih ada kesempatan untukmu hidup. Lihat saja nanti"

"Apa maksud-"

"Sudah, sudah. Pertanyaan berikutnya?" Rio muda coba menahan tangisannya. Ia sebenarnya tahu akhir cerita ini akan seperti apa. Namun ia memutuskan untuk bungkam.

"Baiklah, jika kau setengah dari jiwanya Nakamura, mana setengahnya lagi?"

"Soal itu..." Rio terdiam

"Aku- tidak tahu. Mungkin dia ada di luar?"

"Ha? Jangan bercan- Apa itu?!"

"A-aku sepertinya harus kembali," Rio melompat turun

"Hei, masa aku ditinggalkan sendiri?!" Karma juga ikut turun dari pohon

"Tugasku sudah selesai. Sampai ketemu lagi, Karma" Rio muda berlari ke arah hutan yang lebih dalam dan menghilang.

"Tugas?" Tiba-tiba sekeliling Karma berubah menjadi sebuah kamar

Hmm, aku dimana? Karma melihat sekelilingnya. Ini, di rumah sakit, ya?

"Sepertinya ada yang berencana untuk membunuhmu disaat kau lengah," kata seorang wanita yang sedang duduk menghadap jendela.

"Siapa kamu? Aku tidak pernah lengah, ok? Itu pasti hanya kecelakaan biasa" Karma membangkang

"Ngeyel banget sih kamu!" wanita itu menarik selimut yang dipakai sang pria bersurai merah. Terdapat banyak perban dan luka disekujur tubuhnya.

"Jika memang orang itu tidak punya niat membunuh, mengapa lukanya sampai separah ini? Kecelakaan normal biasanya tidak separah ini. Bisa dibilang luka mereka biasanya hanya 40% dari lukamu ini"

"Nakamura, bagaimana kau bisa menyimpulkan bahwa-"

Mungkin dia ada di luar?

"Jangan-jangan, kau ini setengah jiwanya Nakamura yang lain, ya?"

Rio hanya terdiam, "Bagaimana aku bisa menyimpulkannya? Ya, ada orang yang mendonor jantung dan-"

"Intinya kau ini juga siluman? Tapi kayaknya nggak, deh"

Rio berdecak kesal, "Jangan memotong seenaknya"

"Oke, sekarang tolong dengarkan aku Karma, sekali ini saja"

"Baiklah, aku mendengarkan. Aku harap kau juga bisa menjelaskan semua ini"

"Ini cerita aneh, sih. Aku juga tidak berharap kau akan mempercayainya," kata Rio terkekeh

"Apa itu?"

"Janji kau tak akan marah?"

"Iya, janji"

"Ada seseorang yang sangat dekat denganmu dan, memanfaatkanmu. Dia meracuni seseorang, mungkin kau kenal. Dia juga teman dekatmu soalnya. Sebenarnya si peracun iri sama temanmu, iri karena kamu dekat sama dia. Singkatnya, si peracun berhasil menyudutinya diam-diam sehingga kau memarahi temanmu yang tak bersalah. Kau masih mengikuti?"

Karma mengangguk, tanda bahwa Rio bisa melanjutkan ceritanya

"Si peracun itu berpura-pura baik kepadanya dan berusaha menghiburnya. Tetapi, ternyata dia malah menaruh racun di makanannya saat mereka lagi makan bersama. Racun itu membuatnya koma selama kurang lebih 2 minggu. Tapi kau tahu, karena tindakannya itu, dia menyelamatkanmu dari bahaya yang lebih parah"

"Apa orang itu selamat? Jika iya, aku ingin menemuinya dan berterima kasih kepadanya," kata Karma

"Sayangnya orang itu tidak selamat. Awalnya, keadaannya sudah membaik, tapi memburuk setelahnya, malah makin parah. Mungkin kau tidak akan percaya-"

"Siapa yang meracuninya?!"

"Manami Okuda," kata Rio dengan tegas. Karma membeku

"Tidak, kau pasti salah. Dia bukanlah orang jahat. Ini pasti sebuah kesalahpahaman," 

"Ya, tidak apa-apa kalau kau tidak percaya. Toh dari awal aku tidak pernah berharap kau percaya"

"Tapi, itu bukan alasanku untuk berbicara kepadamu sekarang, sih"

"Jadi tujuanmu adalah?"

Rio menarik nafas dalam-dalam, "Kar, aku minta maaf. Maaf atas perilaku aku kepadamu selama ini. Seharusnya semua ini tidak terjadi kepadamu. Kau tidak bersalah. Jadi, sebagai misi terakhirku, aku ingin menolongmu. Oh ya, mulai sekarang panggil aku Rio aja. Jika kamu mengetahui detail ceritanya, tolong jangan salahkan dirimu ya, Karma? Kasihan kalau dia sudah membantumu tapi kamu malah depresian, tersenyumlah. Hidup baik-baik ya, Karma" Rio hanya tersenyum

"Selamat tinggal, Karma Akabane"

"Eh? Nakamura.. Nakamura?!" Tubuh Rio perlahan-lahan mulai menghilang

"Aishteru, Karma-kun," air mata Rio tak bisa ditahan lagi

"RIO!!"

Semuanya terjadi begitu saja, bagaikan mimpi

---------------------------------------

"Karma, Karma? Semuanya, dia sudah sadar!" seorang pria bersurai biru berteriak

"Benarkah?"

"Ah, syukurlah"

"Kau baik-baik saja?"

"Ah, kalian berisik sekali, sih. Memangnya berapa lama aku disini?" Karma melihat ke arah jam

"Umm, sekitar setengah bulan," kata Akari dengan ragu

"Ha?!" Tiba-tiba Karma mendengar suara isakan tangis dari ujung ruangan, lebih tepatnya dari seorang pemudi bersurai biru-pink

"Apa yang-"

"Singkatnya, kau kecelakaan, mendapat donor jantung, tapi tentunya pendonor itu mati," Maehara coba mempersingkat kejadiannya

Sebenarnya, mereka semua ingin menahan tangisan. Tapi, mereka tidak sanggup. Karma yang kebingungan tiba-tiba teringat sesuatu...

...Aku ingin menolongmu

"Siapa? Siapa pendonornya?"

"Tolong baca sendiri, aku tidak sanggup," Akari memberinya selembar kertas. Data pendonor

Nama: Rio Nakamura

Umur: 24 tahun 1 bulan 17 hari

Rio, tidak mungkin. Karma masih tidak menerima kenyataan bahwa temannya, kekasihnya sudah pergi selamanya. Semua ini, hanya karena sebuah kesalahpahaman.

"Maaf, maafkan aku, Rio"

Ruangan yang harusnya penuh kegembiraan, dipenuhi kesedihan yang mendalam. Karma menyadari sesuatu, ada yang hilang.

"Okuda, mana dia?"

"Kau mencariku, Karma" Okuda tersenyum, sifatnya sangat berkebalikan dengan situasi kamar saat ini.

"Kau, DASAR PEMBUNUH!!"

"E-eh? Apa maksudmu, Kar-" Okuda membeku

"Cukup dengan sandiwaramu, Nenek Sihir" Okuda membalikan badannya dan seketika 2 orang polisi sudah berada disampingnya.

"Aku, Luna Yukiiro, menggugatmu, atas kasus pembunuhan berencana"

"Apa?! Bukti apa yang kau punya, aku jelas tidak bersalah," Okuda melihat ke arah Karma

"Karma, aku tidak bersalah. Iya, kan?"

"Polisi bawa dia. Jika kau butuh informasi tambahan, aku akan sebisa mungkin mengisi detailnya," kata Karma dingin

"Kalau mau bukti, yuk kita ke kantor polisi. Jika tidak mau dipanggil Nenek Sihir, jadilah anak manis dan ikut kami," Keiko tersenyum manis, namun auranya sangat menyeramkan.

"He-hei! Tolong jangan bawa aku. Hei, Karma!" Okuda pun dibawa ke kantor polisi untuk diinterogasi lebih lanjut.

"Luna, maaf, aku yang salah. Rio tidak akan begini jika aku mempercayaimu dan dia-"

Luna hanya tersenyum. Ia sudah lelah menangis. Lagi pula, Rio sudah berpesan untuk menjaga Karma dengan baik. Karma walaupun sudah dewasa, dia sama sepertiku, masih memiliki jiwa anak kecil. Tolong jaga dia baik-baik, begitu katanya.

"Justru kalau Rio tidak menolongmu, kau yang kena masalah. Dia akan menderita karena perasaan bersalahnya itu. Sudahlah, aku ikhlas kok!"

.

.

.

.

.

Omake

Hei Rio, bagaimana kau disana? Disini aku baik-baik saja. Okuda di penjara, dan orang-orang yang coba menjatuhkanku, bahkan membunuhku, juga di penjara dan dicopot dari jabatannya.

Kita semua kangen kamu, Ri. Terutama aku.

Aku minta maaf dan berterima kasih kepadamu. Hidupku sudah kembali normal, gak sepenuhnya, sih. Tanpamu, reuni menjadi tidak semenyenangkan dulu. Tidak ada yang bisa diajak untuk "bermain" (Kau tau maksudku 'kan)

Hei Rio, aku harap kita akan bertemu lagi. Sudah itu saja, aku bukan orang nolep yang hanya mengirim surat setiap hari.

Sampai nanti, di kehidupan selanjutnya

.

.

.

Author's Note

Ah, cerita kali ini OOC, ya? (Apalagi Karmanya) Maaf  jika iya :'). Jujur, Okuda adalah salah satu karakter yang tidak ku sukai, jadi kubuat jahat agar lebih gampang dibayangin.

Pertanyaan:

Kalau aku taruh OCku, apa mengganggu atau tidak?

OK. FYI, 2981 kata adalah High Scoreku.

继续阅读

You'll Also Like

16.3K 495 28
A reimagining of the Pokemon XY with an older and more mature Ash. It will play out similarly to the anime but with a more coherent plotline and comp...
6.9K 86 13
*Completed* To make Marinette life miserable the 'cunning' Lila lies and also takes her friends away except Adrien and Alya. Lila's lies get exposed...
14.2K 180 8
After the ending of Darling in The FRANXX when Hiro and Zero Two return to earth I do not own Darling in the Franxx.
141K 931 19
Lemons about Fairy Tail, booyah!