Bintang

Від fhateiliya

517K 45.2K 1.8K

(COMPLETED) Cover : Uswatun Hasanah Bintang bersinar begitu terang menandakan ada pekat yang menggenggam mala... Більше

Big Bang
Sirius
Canopus
Arcturus
Alpha Centauri A
vega
Rigel
Procyon
Archernar
Betelgeuse
Altair
Aldebaran
Spica
Antares
Pollux
Regulus
Orion
AlNilam
Polaris
Bellatrix
Nebula
Bintang Senja
SEQUEL BINTANG

Alnitak

14.4K 1.7K 77
Від fhateiliya

Alnitak atau Zeta Orionis adalah bintang superraksasa biru yang terletak di kiri asterisma "Sabuk Orion". Jaraknya sekitar 800 tahun cahaya dari Bumi. Alnitak merupakan bintang kelas O dan bintang tercerah ke-33.

Ruangan ini tampak begitu menyilaukan bagi Bintang. Tubuhnya terasa kaku semuanya. Tak ada rasa sakit, Hanya begitu linu yang ia rasakan saat ini.

Matanya bergerak-gerak. Melirik ke seluruh ruangan. Tangannya terasa lemah untuk digerakkan sama sekali. Matanya menangkap perempuan yang begitu dia cari susah payah selama ini. Sedang tertidur di sofa tak jauh dari ranjang tempatnya tertidur.

"Ibuu." Lirihnya.

Mata Bintang kembali menyusuri ruangan ini. Begitu banyak alat yang menempel ditubuhnya. Alat bantu pernafasan menutup sebagian wajahnya.

Bintang kembali mengingat apa yang membuatnya bisa seperti ini. Ya, Kecelakaan saat itu. Ketika hatinya sedang kalut dan semuanya menjadi tidak terkendali.

Bintang hanya diam. Tubuhnya tidak mampu bergerak banyak. Sampai terdengar pintu ruanganya terbuka. Langkah lebar seorang lelaki.

"Pak surya."  Gumamnya dalam hati.

Surya terlihat membangunkan Luna.

"Luna, jika kelelahan pulanglah dulu. Biar aku yang menjaga Bintang." Ujar Surya.

Kening Bintang berkerut. Sudah berapa lama dia tidak sadarkan diri? Sesaat dia tersadar. Luna menggeleng, Dia berdiri dari sofa.

"Aku akan mencuci wajahku dahulu." Ujar Luna.

Saat Luna bangun, dia melihat mata Bintang yang sudah terbuka. Wajah perempuan yang masih cantik itu tampaj begitu terkejut.

Surya menghampirinya.

"Kenapa?"

"Surya, Lihat. Bintang bangun. Bintang." Jerit ibunya langsung menghampiri Bintang.

Surya pun tak kalah senang. Dia langsung memanggil dokter. Dokter pun tidak lama datang. Memeriksa keadaan Bintang.

Setelah alat pernafasan dibuka. Bintang merasakan kelegaan luar biasa.

"Bagaimana perasaanmu? Kamu tertidur begitu lama." Tanya dokter.

"Seberapa lama dokter?" Tanya Bintang untuk pertama kali mengeluarkan suaranya.

"Tiga bulan." Ujarnya sambil tersenyum.

Surya terlihat langsung mengikuti dokter dan Luna duduk di sisi ranjang Bintang. Menggenggam tangannya. Setelah sekian lama tangan ini kembali menggenggam tangannya.

"Maafin ibu nak, Maaf." Lirihnya.

Bintang hanya tersenyum. Berapa banyak kejadian yang dia lewatkan. Hari berlalu begitu banyak saat dia tidak sadarkan diri. Lalu dirinya teringat Senja. Jika ini sudah tiga bulan berlalu. Berarti dia dipastikan sudah menikah.

"Ibu, ada di sini?" Tanya Bintang.

"Iyaa. Menebus segala kesalahan Ibu. Sekarang jangan dulu banyak berpikir apapun. Kamu harus pulih dahulu."

Bintang mengangguk. Surya pun kembali dengan senyum penuh diwajahnya.

"Selamat datang kembali, Bintang. Sungguh kami takut sekali kehilanganmu." Ujar Surya.

Bintang hanya tersenyum. Melihat rangkulan tangan Surya dipundak Mamanya.

Untuk pertama setelah sekian lama Bintang kembali rona Senja yang teramat dia sukai. Setelah itu Senja tenggelam bergantikan pekat di mana Bintang bersinar di sana.

Bintang duduk dikursi roda.

"Tidur ya, Sudah malam." Ujar Luna.

Bintang kembali mengangguk, Banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam pikirannya. Perihal apa saja yang sudah dia lewatkan.

Bintang pun tertidur, tubuhnya terasa gampang lelah. Dia belum melihat Ibu Panti dan juga anak-anak. Malam semakin larut saat Luna pun masih terjaga dengan airmata basah.

Pintu ruangan terbuka memperlihat seorang lelaki yang terlihat teramat gusar.

"Dia sudah bangun. Kamu bisa bernafas lega."

Lelaki itu adalah Senja. Dia terduduk dikursi samping ranjang rumah sakit. Raut wajahnya terlihat kalut sekali. Luna mengusap bahu lelaki itu.

"Ibu pulanglah, Istirahat. Malam ini Senja yang menjaga Bintang." Ujarnya.

"Baiklah. Kamu pun harus istirahat. Jangan semalaman terjaga."

"Aku takut Bintang kenapa-kenapa."

"Dokter bilang, Dia sudah membaik. Tinggal pemulihan." Jawab Luna.

"Syukurlah."

"Jagalah sampai dia nanti terjaga dan melihatmu."

"Tidak bu, aku belum sanggup melihat binar matanya kembali."

Luna hanya mengerti. Dia pun meninggalkan ruangan putrinya dirawat. Bintang hanya terlelap dengan Senja terus menatapnya tanpa istirahat.

Saat dini hari. Senja baru menggenggam tangan Bintang. Yang kemarin-kemarin terasa begitu dingin tapi sekarang sudah kembali memberi kehangatan.

"Jangan berani menutup matamu kembali. Begitu lama, sampai aku melewati hari pun tanpa sadar sedang menginjak bumi atau tidak."

Senja mengusap pipi Bintang. Setelah itu mencium keningnya. Dirasa sebentar lagi pagi. Senja meninggalkan ruangan tanpa Bintang menyadari kehadirannya sama sekali.

Pagi ini, Bintang kembali membuka mata. Kini, sudah ada Ibu panti dan sebagian anak-anak yang menatapnya berkaca-kaca.

"Ibuu." Lirih Bintang.

Ningsih mengusap air mata yang jatuh dipipinya. Mengusap pipi Bintang.

"Jangan buat kami khawatir lagi ya."

Luna, Ibunya pun kembali datang bersama Surya.

"Ningsih sudah lama?" Tanya Luna.

"Baru saja tiba, sudah aku bawakan pakaian Bintang yang kamu bilang semalam. Kenapa tidak pulang ke panti saja." Ujar Ningsih.

"Takut mengganggumu dan anak-anak." Jawab Luna.

Surya mengintrupsi.

"Kalau gitu aku pamit dulu..Bintang, Om pamit ya. Cepat pulih dan kembalikan berat badanmu seperti sedia kala."

Bintang hanya mengangguk saat melihat Surya mengusap bahu Luna sebelum meninggalkan ruangan. Luna melihat tatapan penuh tanya anaknya itu.

"Sekarang, Sehat dulu saja ya. Ada tahapan untuk pemulihanmu di sini. Harus sabar menjalaninya ya Bintang." Ujar Luna.

Bintang lagi-lagi hanya bisa mengangguk karena tak ada pertanyaan yang menemukan jawabannya hari ini.

Siang ini dia berlatih berjalan. Begitu lama dirinya tertidur. Kakinya menjadi lemas untuk bergerak. Bergetar di saat menopang tubuhnya sendiri.

Dibantu oleh Doker Bintang mulai mengoptimalkan kembali kerja tubuhnya.

"Benturan kemarin cukup keras. Tulang rusukmu patah. Tapi sudah membaik selama kamu tidur. Hanya sekarang tinggal dipulihkan." Ujar Dokter.

Luna selalu berada di sisi Bintang. Saat makan siang sekarang pun dia menyuapi putrinya tersebut.

"Ibu, Boleh Bintang bertanya? Apa yang membuat ibu kembali kepada Bintang."

Luna tersenyum sedih.

"Saat mendengar kamu kecelakaan, Dunia ibu terasa runtuh." Ujarnya.

"Lalu ibu kemana selama ini?"

"Ibu, menghindarimu. Kamu tahu Bintang, hal terberat yang ibu lakukan adalah meninggalkanmu dipanti saat kecil tapi jika tidak begitu. Bersama ibu kamu tidak akan hidup layak."

"Kenapa?"

"Saat mengandungmu sampai kamu melahirkan. Semua tuduhan negatif mengarah kepada ibu. Sampai ibu pulang membawamu ke rumah nenekmu. Tapi tidak ada perlakuan baik."

"Kenapa ibu pergi dari pak Surya? Bintang lihat dia begitu mencintai ibu."

Luna menangis sekarang.

"Memang seharusnya ibu pergi nak, lari kembali ke sisinya hanya untuk membuat diri ibu aman tanpa tahu bahwa ada seorang isteri yang ibu sakiti."

"Kenapa ibu melakukan itu? Sehingga aku terlahir dan memiliki ayah yang sama dengan seorang lelaki yang Bintang kasihi." Ujar Bintang akhirnya.

Luna menangis, dia tidak lagi bersuara. Suara pintu terbuka menghentikan percakapan itu. Awan dan Bulan datang dengan wajah sendu mereka. Luna langsung beringsut ke kamar mandi saat Bulan langsung menghambur memeluk Bintang.

"Akhirnya, Bisa melihat binar matamu lagi. Bintang, jangan lagi-lagi kayak gini. Bikin jantungan tahu gak." Ujar Bulan setelah melepaskan pelukannya.

Bulan duduk, menggenggam tangan Bintang. Awan menatap Bintang yang kini bergantian menatap Bulan.

"Kalian bersama?" Tanya Bintang.

"Dari mana kamu tahu? Iya, kami memutuskan untuk menjalin hubungan. Kok kamu tahu kami bersama?"

Bintang mengkerutkan keningnya.

"Padahal aku hanya menanyakan, kalian bersama ke sini. Eh, ada berita bagus rupanya. Syukurlah." Kekeh Bintang.

Bulan memanyunkan bibirnya. Awan tersenyum.

"Cepet pulih, kamu tahu. Dunia ini tak indah tanpa ada Bintang." Ujar Awan.

"Aku tidak memiliki keindahan itu Awan."

"Kamu memiliki keindahan yang pernah aku lihat juga keistimewaan yang selalu lelaki itu pertahankan."

"Siapa?" Tanya Bintang.

"Senja Pratama." Jawab Awan.

Bintang tertawa.

"Kalian becanda, kami tidak mungkin bersama. Dia pasti sudah menikah."

"Dia tidak menikah." Ujar Bulan.

Bintang semakin penasaran.

"Kenapa tidak menikah?"

"Ya, kamu menjadi alasan untuk itu." Ujar Awan lagi.

"Aku sudah tidak lagi menjadi alasan dihidupnya saat kenyataan menyadarkan kami."

"Perihal kalian adalah adik kakak?" Tanya Bulan.

Bintang menghela, terlihat raut wajahnya sedih.

"Dia bukan kakakmu Bintang, kalian tidak memiliki ikatan darah sedikit pun." Jelas Awan.

Bintang terkejut. Ada sorakan tak percaya dihatinya.

"Kata siapa?" Tanya Bintang.

Luna kembali datang, dia menengahi pembicaraan.

"Sudah, Ibu ingin Bintang pulih dahulu. Nanti akan dijelaskan sedari awal sampai akhir."

"Ibu, apa benar Bintang dan Senja bukan sodara?"

"Bukan, nak."

"Tapi kata ibu waktu itu. Photo itu."

"Ibu kira waktu itu kamu tidak menanggapi dengan serius."

"Lalu tes DNA?"

"Sudahh, denger kata ibu. Kamu harus benar-benar istirahat. Masalah ini memang terlalu rumit jika hanya dijelaskan satu sisi saja." Tutup Luna tidak mau dibantah.

Ucapan itu tetap saja membuat Bintang kepikiran saat sore sedang berlatih berjalan ditaman rumah sakit.

Luna selalu ada di sisinya. Setelah itu menyuruhnya tidur. Dan Bintang pun akan tidur.

Tapi malam ini, Dia tidak bisa tidur hanya memejamkan matanya seolah tidur. Saat suata yang dia rindukan terdengar.

"Tadi. Sahabatnya cerita lebih awal." Jelas Luna.

"Bagaimana tanggapannya?"

"Dia masih terlihat bingung."

"Hmmm, Senja yang menjaga Bintang malam ini."

"Kata Papamu, kamu sering memporsir tubuhmu. Tidur hanya beberapa jam. Sekarang, Bintang sudah baik-baik saja, jangan khawatir."

"Senja tidak apa-apa Bu." Hanya itu jawaban Senja.

Luna berlalu meninggalkan ruangan ini. Bintang tidak lagi mendengar suara. Hanya mendengar bahwa Senja duduk di sisi ranjangnya.

Apa yang dia lakukan, tertidur? Bintang ingin membuka matanya dan melihat tapi tak kuasa.

Baru tangan hangat itu, menggenggam tangannya.

"Begitu banyak ketakutan dihidupku saat ini. Takut saat aku terlelap kamu pun tak ada lagi di sisiku." Lirihnya.

Kecupan hangat mendarat dikening Bintang.

"Aku pikir, kita akan menjadi dua orang gila karena tidak bisa bersama. Saat tahu kita bukan saudara lalu mendapati keadaanmu entah kembali menatap dunia lagi atau tidak. Aku pikir, akan menjadi gila sendirian." Kekeh Senja.

Bintang pun mendengarkan karena sekarang kembali hening. Hanya tangan Senja yang senantiasa menggenggam tangannya.

Bintang membuka mata perlahan. Saat melirik ke tempat Senja lelaki itu terpaku menatapnya.

"Kamu terbangun?" Tanya Senja kikuk.

Bintang pura-pura menguap lalu kembali menutup matanya.

"Hey, kamu pura-pura tidur." Tanya Senja.

Bintang tidak bersuara. Hanya menutup matanya rapat-rapat.

"Apa tadi pun kamu mendengar curahanku?"

"Kamu sering melakukan ini, berbicara seorang diri?" Tanya Bintang akhirnya.

"Ya. Karena saat aku bercerita ketika kamu tidak sadarkan diri. Tanganmu ini selalu memberikan reaksi. Menggenggam tanganku erat."

Bintang mengkerutkan keningnya.

"Apa yang tidak aku ketahui? Selama aku tidak sadarkan diri."

"Banyak hal, Satu yang pasti. Aku tahu Bintang Senja itu ada. Aku melihatnya sendiri. Bintang paling terang yang terlihat karena di saat langit masih berona Senja dia sudah bersinar."

Mata Bintang berkaca-kaca.

"Aku dengar dari Bulan. Katanya..." Ucapan Bintang terhenti saat Senja mengecup bibir Bintang.

"Sekarang. Kita berdosa melakukan ini. Kamu tidak memiliki ikatan darah denganku. Maka caranya agar bisa saling melampiaskan rindu, menikahlah denganku." Ujar Senja diiringi senyuman usil diwajahnya.

"Aku masih belum tahu apapun."

"Nanti akan dijelaskan, Bahwa kamu memiliki seorang Ayah yang keren. Jauh-jauh hari sudah melukis bahwasannya Bintang dan Senja bisa bersisian dilangit sana."

Bintang menatap Senja tidak mengerti. Senja tersenyum kecil lalu mencium pipi Bintang lagi dan lagi.

"Cepatlah sembuh. Aku butuh partner untuk menemani langkahku mengarungi masa depan."

"Mba Jingga?" Tanya Bintang penasaran.

"Dia melakukan sebuah kesalahan, dia mengakuinya dengan gamblang. Lalu aku memaafkannya."

"Kesalahan apa?" Tanya Bintang lagi.

"Kesalahan karena memalsukan hasil tes DNA."

Bintang tercenung. Melihat itu Senja tertawa.

"Tak menyangka, anak kecil yang sering menangis ini. Benar-benar yang dipilihkan untukku." Ujar Senja.

"Apa?" Tanya Bintang.

Senja hanya tersenyum sambil menatap wajah Bintang yang begitu penasaran atas segala hal yang tidak dia ketahui.

Sebentar lagi Bintang akan tahu. Serpihan cerita akan utuh dan Bintang Senja tak lagi mempunyai alasan untuk saling menahan cinta yang ada.

***

(*) belajarsemesta.blogspot.com

Продовжити читання

Вам також сподобається

KESAYANGAN || MARKNO Від nano_nao

Наукова фантастика

24.4K 1K 23
Tentang anak berandalan yang di jodohkan dengan CEO yang sangat amat terkenal di kota nya. Ini tentang MARKNO ‼️ Jangan salah lapak‼️ BXB‼️ BL‼️ ga s...
22.4K 1.4K 37
(G A B U T) ditulis dengan hati, diciptakan dengan kegabutan, dan dirasakan dengan kenyataan bertemu dengan'mu adalah takdir, tapi jatuh cinta dengan...
28.1K 3.4K 23
[ON GOING - SEMI THRILLER] #6 on nctmark #24 on nctlokal Keinginan Dira untuk menjadi penyiar di Comers Radio tampak berjalan mulus pada awalnya, tap...
27.5K 1.8K 31
[antologi puisi] duduklah, kan ku suguhkan kidung-kidung yang terasingkan. mi-casa, 2018 [] start : 2018/11/11 finish : 2019/08/25 pict from Pinterest