The Phone | TXT ✓

De ALO-EVERA

1.4M 337K 146K

❝Pick up the phone or you'll die.❞ Mais

•Prolog•
0.1
0.2
0.3
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
2.0
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
3.0
3.1
3.2
3.3
Epilog

0.4

48.8K 11K 7.4K
De ALO-EVERA

"Kai, lo kenapa? Kok pucet gitu?" Yeonjun yang sedang bersantai di sofa ruang tamu terkejut melihat Kai yang baru saja tiba dengan wajah pucat pasi.

Yang pasti, dia terlihat ketakutan.

"Sini duduk. Tae, tolong bikinin teh, ya," pinta Yeonjun pada Taehyun seraya membantu Kai duduk di sampingnya.

Taehyun yang terlihat khawatir segera pergi ke dapur untuk membuatkan teh hangat.

"Kai, lo kenapa hmm? Lo bisa cerita ke gue," bujuk Yeonjun sambil mengelus pelan pundak Kai yang terlihat gemetar.

"Kak Yeonjun, tadi dia nelpon gue. Gue gak angkat, terus dia ngirim pesan, dia bakal bunuh gue hari ini kalo gue gak angkat telponnya." Sorot mata Kai terlihat sangat ketakutan, hati Yeonjun mencelos melihatnya.

"Lo tenang aja, disini ada gue, ada yang lain juga. Dia gak bakal berani ngelakuin itu. Sekarang lo tenang, ya."

Kai mengangguk. Tak lama kemudian, Taehyun datang dengan secangkir teh hangat.

"Nih, minum dulu." Taehyun memberikan teh tersebut kepada Kai. Setelah itu, dia duduk di samping Kai.

"Soobin sama Beomgyu kemana?" Tanya Yeonjun pada Taehyun karena tidak melihat kedua temannya sejak tadi.

"Katanya Soobin mau benerin listrik, katanya agak korslet. Kalo Beomgyu, dia lagi chatan sama temennya, masalah futsal katanya."

"Ohh, ya udah kalo gitu. Kalian istirahat dulu gih. Tae, lo temenin Kai, ya. Gue mau liat-liat rumah dulu."

Taehyun mengangguk sebagai jawaban, kemudian mengajak Kai untuk ke kamar yang ditempati mereka.

Setelah kepergian mereka, Yeonjun bangun dari duduknya untuk melihat-lihat rumah kakeknya Beomgyu yang menurutnya unik itu.

Unik? Iya, rumahnya terlihat berbeda dari rumah lainnya. Rumah tersebut bergaya klasik dan sederhana. Rumah tersebut juga memberi kesan berbeda ketika ia pertama kali menginjakkan kaki disana.

Tapi ada satu hal yang terus terpikirkan oleh Yeonjun sejak tadi, rumah tersebut agak kotor dan banyak sekali bagian yang rusak.

Awalnya dia sempat mikir kalau rumah tersebut adalah rumah tak berpenghuni, karena dari luar kelihatan begitu.

Tapi setelah mendengar penjelasan Beomgyu saat mereka hendak masuk tadi, dia mengangguk maklum. Kakeknya Beomgyu sudah tua, wajar kalau dia malas mengurus rumahnya, pasti kelelahan.

Saat berjalan-jalan, atensinya berpusat pada sebuah foto besar yang dipajang di dinding. Di foto tersebut, terdapat satu pasangan suami istri yang tersenyum bahagia dengan seorang bayi di gendongan istrinya.

Melihat ada tulisan kecil di sudut kanan bawah, Yeonjun yang penasaran membacanya.

"Hari pertama putra kami lahir. Ohh, jadi foto ini diambil pas anak pertama mereka lahir, cakep juga anaknya."

Yeonjun berdecak kagum melihat wajah sang bayi yang menurutnya memiliki ketampanan yang sama dengan dirinya.

Yeonjun jadi pingin punya anak, eh?

Srek srek

Yeonjun yang baru saja mau pergi, langsung mematung di tempat. Matanya langsung terfokus pada foto di depannya.

Srek srek

Yeonjun berharap kalau itu hanya halusinasinya saja, tapi ternyata tidak. Suara tersebut berasal dari balik foto tersebut.

Yeonjun berusaha untuk tidak takut, pelan-pelan tangannya terjulur ke depan untuk mengintip apa yang ada di balik foto.

Semakin dekat.

Lebih dekat lagi.

Sekarang sudah dekat.



































"Eh ayam ayam!" Jerit Yeonjun kaget.

Sesaat kemudian, dia mengelus dadanya. "Ternyata cuma cicak."

Dengan kesal ,dia pergi dari sana untuk menemui Beomgyu.

Namun tanpa dia sadari, selepas kepergiannya sebuah tangan merayap keluar dan membuat suara yang sama.

Srek srek

























































Hari mulai malam. Hujan deras menemani malam mereka. Dan yang mereka lakukan adalah berkumpul di ruang tamu sambil memeluk lutut masing-masing.

Gelap.

Hanya ada satu lilin sebagai penerangan.

Lampu rumah mati setelah adanya petir yang menyambar. Beruntung mereka masih memiliki satu lilin yang tersisa. Kalau tidak, mereka pasti sudah gelap-gelapan.

Karena takut, mereka memutuskan untuk berkumpul bersama disana.

"Sshh, dingin," gumam Kai yang dapat didengar oleh mereka semua.

"Gue juga kedinginan, tapi gue takut ambil selimut di kamar," sahut Beomgyu.

"Ho oh, gue gak suka gelap," sambung Taehyun. "Pake jaket gue aja, daripada lo masuk angin."

"Gak usah, gue bisa tahan, kok. Makasih," ucap Kai sambil tersenyum.

"Eh, sebenernya gue mau bilang sesuatu ke kalian," kata Beomgyu tiba-tiba.

"Apa?" Tanya Taehyun penasaran.

"Sebenernya, rumah ini ada hantunya."

"Eh, lo kalo ngomong jangan sembarangan dong. Situasinya gak bagus buat bercanda," sahut Yeonjun, marah karena ucapan Beomgyu berhasil membuat Kai takut.

"Gue serius, kalo gak percaya tanya Kak Taehyung. Dia kan bisa ngeliat."

"Gue tau lo penakut, Gyu. Jangan cerita yang aneh-aneh," tegur Yeonjun yang dibalas sungutan sebal dari Beomgyu.

Merasa tidak ada pergerakan di sampingnya, Yeonjun menolehkan kepalanya, melihat Soobin yang hanya diam tak bersuara.

"Bin, jangan diem aja, dong. Serem sumpah," kata Yeonjun sambil bergidik ngeri.

Wajah pucat Soobin yang hanya diterangi cahaya lilin terlihat persis seperti hantu di film horor. Udah gitu dia tidak bersuara sedikit pun.

"Lo kenapa, sih? Sakit?" Tanya Kai khawatir.

Soobin menggeleng, tapi tetap tidak bersuara. Membuat yang lain heran bercampur merinding.

"J-jangan diem aja dong, g-gue takut," cicit Beomgyu ketakutan. "Kak, lakuin sesuatu kek."

"Gue kedinginan, lo aja yang ajak ngobrol," balas Yeonjun cuek.

"Kak, lo kalo ada masalah cerita ke kita. Jangan diem doang kayak gini, muka lo kayak hantu," bujuk Taehyun yang sama takutnya dengan Beomgyu dan Kai.

"Gue gak apa-apa."

Yeonjun, Beomgyu, Taehyun, dan Kai saling melempar pandang. Suara Soobin yang berat dan serak mampu membuat mereka semakin merinding.

Apalagi hujan di luar semakin deras. Petir pun semakin keras bunyinya. Cahayanya bahkan sampai menerangi ruang tamu mereka.

"Lo Soobin, kan?"




JEDAR!





"Iya, kenapa?" Soobin mendongakkan kepala, menatap teman-temannya satu persatu.

"L-lo jangan senyum begitu ah, g-gak lucu."

Soobin beralih menatap Yeonjun. "Loh, bukannya tadi lo mau gue ngomong?" Tanyanya dengan senyum yang semakin lebar.

"Tapi gak usah senyum kayak gitu juga!"



Klik!



"AAAAAA!"

Tepat saat itu juga, mereka semua refleks berteriak dan saling berpelukan. Sementara itu, orang yang baru saja menekan saklar lampu berseru kesal.

"Aduh kuping gue, lo pada kenapa teriak-teriak, sih?!"

"Gue gak mau liat, gue gak mau liat!" Teriak Beomgyu histeris sambil memeluk Taehyun yang ada di sampingnya.

Taehyun yang merasa risih mendorong Beomgyu untuk menjauh. Sedetik kemudian, dia tersadar.

"Loh, kok lampunya nyala?!"

Kai dan Yeonjun yang bersembunyi di belakang Taehyun langsung membuka mata.

Ternyata benar, ruangan yang awalnya gelap kini sudah terang benderang.

"Habis gue benerin, ada korslet sedikit tadi."

"Lah, kok lo bisa disana?!" Tanya Yeonjun terkejut. "B-bukannya tadi lo duduk di samping gue?"

"Tadi sore kan gue bilang mau ngecek listrik, kalian lupa? Udah ah, gue mau mandi dulu, badan gue basah semua."

Yeonjun, Beomgyu, Taehyun, dan Kai sontak terdiam. Seketika mereka ingat, tadi sore dia memang bilang kalau dia ingin memeriksa listrik.

Lalu, Soobin yang bersama mereka tadi siapa?

"Nah." Beomgyu berkata sambil mengatur nafasnya. "Itu baru satu contohnya, gue harap kalian gak berbuat hal yang buat mereka marah."

Continue lendo

Você também vai gostar

374K 102K 45
❝ Kak, kita bakal tetap hidup kan? ❞
27.7K 2.2K 30
~Bayangan Mafia di Balik Kerudung~ Semua bermula ketika seorang pria tampan yang terluka di sekujur tubuhnya, di temukan tidak berdaya di belakang...
586K 144K 27
❝ Sesuai peraturan, cuma ada dua pilihan. Dibunuh atau membunuh. ❞
23.7K 2.3K 29
Semalam yang membekas di ingatan😋 #POOHPAVEL ONLY OKE💋