[REVISI] My Boyfriend, Jeong...

By fourteenjae

460K 30.1K 291

❝kamu adalah yang terkhusus dihatiku.❞ - Jeong Jaehyun ©fourteenjae 2019 editor cover : cheerup0214 Sudah tam... More

chapter 1
chapter 2
chapter 3
chapter 4
chapter 5
chapter 6
chapter 7
chapter 8
announce
chapter 9
chapter 10
chapter 11
chapter 12
chapter 13
chapter 14
chapter 15
chapter 16
chapter 17
chapter 18
chapter 19
chapter 20
chapter 21
chapter 22
chapter 23
chapter 24
chapter 25
chapter 26
chapter 27
chapter 28
chapter 29
chapter 30
chapter 31
chapter 32
chapter 33
chapter 34
chapter 35
chapter 36
chapter 37
chapter 38
chapter 40
chapter 41

chapter 39

4.9K 447 8
By fourteenjae

Jangan lupa vote, komen dan share.

Han GoEun memeluk kakinya yang tertekuk rapat. Duduk di hamparan rumput taman Yeouido Hangang setelah memutus sambungan panggilan telepon beberapa saat lalu. Isi pikirannya terlalu penuh tak tertampung.

Selain helaan nafasnya yang terdengar berat, Han GoEun tidak mengeluarkan sepatah katapun. Diam sendirian di keheningan taman. Tatapannya menerawang jauh mengilas balik semua kejadian yang sedang menimpanya.

Ia tau tidak seharusnya bersikap seperti ini. Membiarkan Jaehyun tidak mendapat kabar hingga berkali-kali menghubungi dan pontang-panting mencari. Seharusnya dia mengetahui jelas bahwa kejadian seperti ini pasti akan terjadi. Hubungan yang ingin disembunyikan dari siapapun, pasti terhendus cepat atau lambat.

Sampai beberapa saat tadi, Han GoEun yakin jika dirinya tidak akan gentar terhadap apapun. Hubungan secara sembunyi tanpa diketahui orang banyak pasti tidak akan ketahuan siapapun.

Tetapi seakan belum berkesudahan dari kebencian yang Kim Hana lontarkan, kini dia juga harus mengetahui bahwa rekan kerja Kim Jaehwa berhasil memotretnya.

Han GoEun kembali menghela panjang nafasnya. Bayangan dirinya akan dihujat dan di benci oleh para penggemar kekasihnya membuat keberanian itu menghilang. Itu sudah pasti. Dirinya akan dianggap sebagai pencuri karena sudah bersanding oleh idol kesukaan mereka.

Memangnya dia siapa untuk berharap bahwa semua penggemar itu akan segera menerimanya dengan penuh suka cita? Sosok yang nantinya dikenal sebagai wanita non selebriti tidak boleh berharap bahwa penggemar akan mengucapkan kata-kata bahagia untuk menyambut. Tapi sekarang bagaimana? Dengan cara apa GoEun menghadapi semuanya?

Han GoEun menenggelamkan kepalanya ditumpukan lengan sambil memeluk lutut. Merebahkan penat dan sesak yang menghimpit. Menghiraukan rasa dinginnya malam yang sama sekali tidak dirasakan.

Nyatanya, hanya dengan membayangkan situasi buruk tersebut sudah membuatnya merasa terkucilkan. Rasanya tidak pantas sekali pemilik perasaan buruk ini bersanding di sisi Jaehyun. Tetapi lelaki itu justru memintanya untuk menunggu dengan sirat khawatir.

Sementara itu, langkah Jaehyun sangat tergesa menyusuri taman. Tatapannya berputar ke segala penjuru, menghiraukan pemandangan sungai Han yang tampak cantik. Tanpa memperdulikan penampilan, Jaehyun terus berlari mengitari tanpa lelah. Raut cemasnya tidak dapat terbendung hingga begitu kentara jelas.

Ting.

Derap Jaehyun terhenti tepat ketika jam tangannya berdenting tanpa alasan pada pukul setengah dua pagi. Dengan jantung yang berpacu cepat dan nafas yang terengah-engah, Jaehyun berhasil menemukan keberadaan Han GoEun. Melenyapkan separuh dari rasa letih dan kekalutan. Hati lelaki itu terenyuh mendapati sorot kesedihan GoEun. Entah hal apa saja yang tengah dipikirkannya tetapi melihat gadis itu bimbang kehilangan arah membuatnya sakit hati.

Jaehyun bergerak lamban. Masker yang sempat terpasang menutup wajah kembali terlepas sembari mengatur deru nafas. Seperti menyadari adanya kehadiran seseorang lain, Han GoEun menoleh untuk sekedar memastikan. Tidak dapat mengelak keterkejutan mendapati keberadaan Jaehyun yang berhasil menemukannya. Jantung berdegup cepat dengan bibir sedikit terbuka saking terperangahnya dia pada sosok tersebut.

GoEun beranjak cepat. Langkah yang diawali dengan rasa takjub berubah menjadi derap lari tergesa-gesa meluapkan kelegaan. Nafas GoEun memburu, emosi yang sejak tadi ditahannya dalam-dalam mendadak pecah ketika dia menabrakkan diri pada Jaehyun yang segera tanggap memeluk. Tanpa kata pembuka dan kalimat panjang dapat menyatukan mereka.

Jaehyun mengerat dekapannya ketika tangis GoEun berderai. Tekanan rasa sakit penuh kekhawatiran menjadi landasan utama air itu mengalir deras. Menemukan Han GoEun di tengah keheningan taman membuatnya bernafas lega. Rasa-rasanya dia belum pernah merasa sangat sebersyukur ini dapat menemukan seseorang.

Beberapa menit setelahnya, tangis GoEun sudah tidak lagi terdengar. Tetapi keduanya masih tetap saling merengkuh seakan tidak berminat ingin melepaskan. Degup jantung yang berdebar kencang saling beradu seiring dengan lekatnya tubuh mereka.

Jaehyun menyusupkan wajah di perpotongan leher Han GoEun. Memeluk kuat sebagai tanda bukti bahwa dirinya tidak akan kemana-mana. Sebagai jawab atas kecemasan yang belum sempat diucapkan melalui kata.

"Han GoEun," panggil Jaehyun rendah.

Gadis itu belum bersuara. Masih sibuk menetralkan diri dari perasaan kalut dan tangis.

"Take your time." imbuh Jaehyun lagi sambil mengelus punggung Han GoEun. Menenangkannya dari perasaan kalut sesudah menangis. "Better?"

Han GoEun mengangguk dalam peluk. Memberi kesempatan bagi Jaehyun melepas peluk untuk bertatap. Jemarinya sudah bersemayam pada wajah GoEun, menyeka halus jejak air mata yang tersisa di pipi.

"Aigoo~ Kenapa memilih sendirian padahal kamu memiliki aku?" Jaehyun berucap lintas sambil merapihkan rambut GoEun. "Aku ini sangat bisa diandalkan."

Han GoEun tak membalas. Lekat menatap Jaehyun yang sibuk menyeka kening dan pipi GoEun secara bergantian. Merasa diperhatikan, Jaehyun pun membalas tatap. "Sudah begini pun kamu masih tampak cantik."

GoEun mengalihkan tatap. "Dan kamu selalu menemukan celah untuk menggodaku."

"Aku mengatakan yang sesungguhnya saja." Jaehyun mengerling goda. Selain karena ucapannya memanglah benar, niat terselubung lainnya adalah lelaki itu ingin menghibur. Tidak ada yang perlu dicemaskan karena Jaehyun akan selalu bersamanya.

Iris mata Jaehyun terhenti dan gerakannya membeku ketika GoEun menempatkan jemari di lehernya. "Padahal kamu sampai berkeringat banyak seperti ini tapi juga tidak melunturkan ketampananmu."

Jaehyun masih tak bergeming. Jakunnya bergerak perlahan kala jari lentik Han GoEun menyusurinya dan terhenti di pipi. Bergerak pelan seakan tengah menyusuri pahat indah itu dalam waktu lama. "Aku ingin tau, apa rahasianya?"

Tatapan Jaehyun tertunduk membalas GoEun. "Jangan."

"Hng?"

"Jangan memancingku." ulang Jaehyun.

"Aku tidak sedang memancing." kerling GoEun berbalik menyerang.

Jaehyun menghela panjang. Bahaya sekali kekasihnya ini. Bisa-bisanya dia berbalik menyerang dan berhasil membuat Jaehyun nyaris tidak berkutik. Wajah lelaki itu kembali mendekat, melintas melewati pipi GoEun yang memerah dan terhenti di sisi telinga.

"Aku jadi ingin membawamu." bisik Jaehyun rendah.

Cengkraman tangan GoEun di sisi pinggang sang lelaki mengerat. Matanya mengerjap selagi Jaehyun tersenyum miring meliriknya dari sisi kanan. "Ke mana?

🍑🍑

GoEun tercengang tidak percaya pada pemandangan yang dilihatnya sekarang. Kakinya berjalan lamban selagi Jaehyun menyalakan semua lampu dan membuka kain yang menutupi furnitur. Benderangnya cahaya lampu membuat luasnya unit apartemen semakin jelas terlihat. Furnitur mewah, perabotan modern, perpaduan warna yang memanjakan mata, semuanya tampak menyilaukan bagi GoEun.

"Ini milikmu?" tanya GoEun memastikan. Menoleh pada Jaehyun yang segera mengangguk sembari ikut berkeliling membuka kain-kain penutup yang tersisa.

"Ternyata, apa yang terlihat di drama itu memang nyata, ya."

"Memangnya apa yang terlihat di drama?"

GoEun menoleh. "Setiap selebriti pasti selalu memiliki rumah pribadi sebagai tempat persembunyian dan tidak diketahui oleh siapapun, termasuk orang-orang terdekat sekalipun."

"Sebagian pernyataanmu benar dan salah." Tawa Jaehyun terdengar renyah. "Ini memang tempat persembunyianku tapi orang terdekatku juga mengetahuinya."

"Oh ya?"

Jaehyun mengangguk. "Kedua manajerku sudah pasti tau mengenai tempat ini."

"Tapi adakah yang tinggal di sini? Atau kamu sering datang menginap?" GoEun lanjut melepaskan kain penutup sambil memanjakan penglihatan mata terhadap ruang besar ini. Karena walau semua barang tertutup kain tetapi apartemen ini tampak bersih seakan seperti ada seseorang yang tinggal menetap.

Jaehyun menggeleng. "Tidak ada. Delapan bulan setelah tinggal di sini, keluargaku memutuskan menjual apartemen dan pindah ke Busan. Tapi setelah lulus sekolah, aku kembali membeli apartemen ini dengan memakai namaku sendiri."

Mulut GoEun terbuka singkat mendengar perkataan Jaehyun barusan. Jika setelah lulus sekolah lelaki itu sanggup membeli apartemen dengan memakain namanya sendiri, memangnya sebanyak apa harta kekayaan yang dia miliki?

Lulus sekolah adalah masa pre-debut Jaehyun dan sedang dalam tahap masa trainee. Astaga, luar biasa! GoEun makin ternganga takjub ketika menyandingkan pencapaian mereka berdua kala usia tersebut.

"Sayang," panggil Jaehyun rendah.

GoEun sampai tersentak mendapati Jaehyun sudah berada di dekatnya dan mengambil alih kain-kain. "Aku jarang menginap. Terakhir kali datang ke sini saat proses serah terima dokumen hunian. Tetapi biasanya ada pegawai rumah yang rutin datang untuk membersihkan." Jaehyun berujar sembari melipat semua kain dan meletakkan asal dalam satu tumpukan.

Han GoEun mengerjap grogi ketika Jaehyun tiba-tiba beralih memandanginya. "Apa?"

"Kamu perempuan pertama yang aku ajak ke sini." Jaehyun meraih pinggang GoEun dalam sekali gapaian. Mendekatkan tubuh hingga wajah GoEun merona manis. Melunturkan perasaan cemas yang sebelumnya menguasai pikiran sang kekasih. Menghilang saat sentuhan menguasai.

"Bisakah kamu jelaskan, mengapa kamu berada di Sungai Han?" tanya Jaehyun kembali pada inti topik pembicaraan.

Mendapat pertanyaan serius seperti ini membuat tatapan GoEun tak terarah. Enggan berkontak mata dengan iris pekat kecoklatan milik Jaehyun.

Memilih mengisi kekosongan sofa dengan duduk di sana. Jaehyun pun mengikuti tanpa tuntut, memberi waktu pada GoEun untuk menjawab pertanyaan.

"Tadi aku terlalu marah." Jawab GoEun tanpa bertatap. "Pikiranku juga kacau sekali. Pergi tanpa pamit dan meminta untuk tidak diganggu. Tiba-tiba saja aku sudah ada di sana."

"Marah?"

Han GoEun mengangguk. Garis bibirnya melengkungkan senyum samar.

"Pada siapa?"

"Diriku sendiri." ujarnya.

"Kenapa?"

Gadisnya sempat terdiam. Tampak menyusun kata sebelum kemudian bersuara. "Aku adalah seorang mahasiswi. Anak kedua dari sebuah keluarga biasa. Menjadi penata rias seorang selebriti hanyalah salah satu dari sekian banyak impianku. Tempatku selalu berada di belakang atau di bawah panggung."

Jaehyun tak bersuara.

"Sementara kamu adalah seorang selebriti. Anak tunggal keluarga terpandang. Bertemu penggemar dan teman-teman selebriti. Pencapaianmu sangat luar biasa. Dan tempatmu di atas panggung. Terlihat sekali perbedaannya, kan?" Han GoEun menoleh dengan memperlihatkan seulas senyum getir.

"GoEun—"

Han GoEun kembali membuang pandang. Menatap kedua tangannya yang bertaut gelisah di atas pangkuan. "Aku marah sekali, kenapa aku harus bertemu denganmu dengan keadaanku yang sekarang? Seseorang yang tidak ada apa-apanya dibanding para idol yang disandingkan oleh penggemar untukmu."

"Han GoEun—"

"Izinkan aku bicara lebih dulu, Jaehyun." sergah Han GoEun.

Jaehyun terdiam. Keningnya berkerut cemas mendapati gadisnya mengelak tidak ingin digenggam.

"Sepertinya aku yang salah, mengharap dapat memeluk bintang padahal sinarnya bukan hanya untukku. Begitulah isi pikiranku ketika melihat foto-foto itu. Jika tersebar pun, sinarmu tetap akan berpijar. Sementara aku semakin terbelakang tak terlihat karena dikucilkan."

"Han GoEun, hentikan. Aku tidak akan membiarkanmu mengalami hal seperti itu." sela Jaehyun.

"Aku tau." jawabnya pelan. "Kekalutanku sangat buruk. Aku paham bahwa kejadian seperti ini akan datang seiring dengan berjalannya hubungan kita. Ini adalah sebagian resiko yang musti aku tanggung. Tetapi aku sangat menyayangimu, Jaehyun. Kamu tau itu, kan?"

Keduanya bertatap hening sebelum GoEun kembali memalingkan wajah. "Pikiran dan hatiku berselisih paham mengenai dampak atas perasaan. Aku takut tapi aku mencintaimu. Aku khawatir pada hal-hal buruk tetapi aku selalu ingin bersamamu."

"Kalau begitu tetaplah bersamaku." imbuh Jaehyun menarik dagu sang gadis untuk tetap bersitatap dengannya. "Aku menyukaimu dari awal perjumpaan kita. Sosokmu yang menjadi penata riasku."

Pandangan mata mereka semakin lekat.

"Kita berdua adalah bintang yang bersinar sesuai orbit masing-masing. Pencapaianmu juga sangat baik, GoEun. Tidak ada yang perlu kamu bandingkan denganku. Keutuhanmu adalah yang terpenting untukku." papar Jaehyun lagi melanjutkan.

"Berjalanlah di sisiku dalam waktu yang lama, GoEun. Melewati hal menakutkan dan menautkan kebahagiaan. Melintasi hari-hari penuh tantangan untuk membumi bersamaku."

Mata GoEun menggenangkan air. Memburam penglihatan sosok tampan yang sedang berorasi perihal hubungan.

"Aku tidak bisa berjanji jika bersamaku hanya ada kesenangan tanpa kesedihan tetapi aku bisa berjanji bahwa aku tidak akan pernah meninggalkanmu." ucap Jaehyun lugas. Sirat keyakinan itu begitu menguar dalam sorot yang bertatap langsung pada inti mata Han GoEun.

Setetes air mata meloloskan diri membasahi pipi. Sejak tadi, jantungnya berdebar sangat kencang. Bibirnya mendadak kelu tak dapat mengeluarkan kata-kata balasan. Di mana letak kekhawatirannya jika Jaehyun begitu yakin mengucapkan pernyataan manis seperti ini?

"Pencapaian paling membahagiakan adalah ketika kamu bersedia menjadi kekasihku. Sejak saat itu, kamu adalah tanggung jawabku." imbuh Jaehyun lagi.

"Jadi, apapun yang kamu cemaskan mari kita hadapi bersama-sama. Jangan simpan dan lari sendirian. Bicarakan saja padaku sejelas-jelasnya, aku akan mendengarkan walau tersendat-sendat sekalipun." Jemari Jaehyun menyeka aliran tangis haru Han GoEun.

"Aku akan selalu ada untukmu sebagai kekasihmu, milikmu, hidupmu. Kamu dapat sepuasnya mencurahkan segala gundah dan keluh padaku. Memiliki akses sepuasnya untuk menyentuhku, memelukku dan menciumku."

Han GoEun terkekeh kala sudut hidung Jaehyun mengusel halus pipinya. Kedua tangan GoEun berlabuh pada dada bidang Jaehyun selagi tangan lelaki itu melingkar di pinggangnya. Jaehyun selalu memiliki cara untuk menghentikan tangis sang kekasih.

Kekehan GoEun terhenti ketika Jaehyun menempatkan wajah di ceruk lehernya. "Aku ingin kamu percaya padaku."

"Aku percaya padamu." katanya.

"Jangan melarikan diri lagi seperti tadi."

"Iya."

"Jangan mengabaikan telepon dan pesanku."

"Iya." Han GoEun melirik. "Tapi Jaehyun, saat aku berbicara mengenai foto, kamu tidak terlihat terkejut. Sudah tau, ya?"

"Iya." Jaehyun melepas dekap. Memunggungi untuk merogoh saku jaketnya yang tergeletak di sisi sofa. "Temanmu yang menjelaskannya padaku setelah aku tiba di sana."

Han GoEun menunduk menatap dua foto yang Jaehyun ambil dari saku jaket. "Ah, pantas saja."

"Aku memang mengatakan tidak masalah jika terungkap publik tetapi bukan berarti dengan cara seperti ini. Kim Jaehwa sudah keterlaluan. Dia tidak mengatakan apapun padahal kita sempat bertemu di rumahmu." terang Jaehyun.

"Aku selalu menahan diri untuk tidak mengungkapkanmu karena menghargai keputusanmu jika memang tidak ingin diketahui publik. Jadi, walau sudah ketahuan oleh tim mereka, kupastikan itu tidak akan tersebar. Kamu tidak perlu khawatir." lanjutnya.

"Tapi dia akan terus mengikutimu sampai berhasil mendapatkan foto kita, Jaehyun."

"Ya, aku tau. Temanmu sudah memberitahuku."

"Lalu?"

"Biarkan saja."

"Biarkan saja?"

Jaehyun mengangguk sambil membawa gadisnya dalam dekapan. Hendak merebahkan kepala di bahu Han GoEun yang bersikeras enggan.

"Jaehyun, jelaskan dulu. Apa yang ingin kamu lakukan?"

"Apa?" Keduanya bertatap. "Aku hanya ingin memelukmu." ungkap Jaehyun kembali merapatkan jarak.

"Bukan ini maksudku. Sebelumnya kita sedang membicarakan Jaehwa, Jaehyun." protes Han GoEun. Menahan diri ketika surai lebat rambut Jaehyun kembali menggelitik ceruk lehernya. Bahkan sebagian kulit saling bersentuh seiring merekatnya mereka. Meremangkan tengkuk ketika terkena hembusan nafas Jaehyun.

"Jaehyun!" pekik GoEun mendorong paksa tubuh Jaehyun hingga berjarak ketika bibir lelakinya mengenai leher.

Jaehyun menghembus pasrah. "Akan kutangani sendiri jika dia berani memotret."

"Ditangani dengan cara apa?"

Bukannya menjawab, Jaehyun justru terdiam menitik wajah Han GoEun lamat-lamat hingga gadis itu mengerjap salah tingkah.

"Kenapa?" tanya GoEun menyentuh wajahnya sendiri.

"Sekarang aku lelah sekali, bolehkah aku memelukmu saja?" rajuknya merengutkan bibir.

Han GoEun meringis saat teringat bahwa kekasihnya baru saja menyelesaikan tour konser dan setibanya di Korea harus pontang-panting mencarinya ke berbagai tempat hingga belum sempat beristirahat.

Sebagai balasannya, Han GoEun diam saja ketika Jaehyun bergerak lebih dulu membawanya merebahkan diri di sofa sambil berpeluk erat.

"Daripada tidur di sini, bukankah lebih baik tidur di kamar?"

"Kamu sedang mengajakku tidur bersama?"

Wajah Han GoEun sontak memerah pekat. "Bukan itu maksudku!" ocehnya menjalarkan rasa panas membara hingga jantungnya semakin berdegup cepat. Ia hanya menggulirkan kalimat pertanyaan selintas tanpa memiliki sirat makna. Matanya mengerjap cepat dalam pelukan Jaehyun.

Jaehyun tertawa. Tanpa mengurangi jarak, lelaki itu berujar ringkas. "Di sini saja. Aku tidak yakin kita akan tidur jika masuk ke dalam kamar."

Pipi Han GoEun semakin matang mendengar pernyataan sirat Jaehyun. Bahkan telinga lelaki itu juga ikut memerah salah tingkah.

Keduanya diam-diam saling mengulum senyum menahan gejolak rasa. Membunuh hening dengan deburan rasa yang melingkupi hati.

Sesekali Han GoEun mendongak hanya untuk menilik wajah Jaehyun dari jarak sangat dekat. Lelakinya sudah terlelap tanpa melepas dekap.

Sosok yang biasanya hanya terlihat di layar kaca, kini berada tepat di hadapan. Manusia yang selalu tampil memukau di atas panggung, kini sedang memeluknya erat. Menangkis ketidakmungkinan yang berubah menjadi mungkin. 

🍑🍑🍑

Ayo follow akun wattpad authornya!
Instagram: @1497_tjae
Twitter: @fourteenjae
Tiktok: @fourteenjae

2020 - fourteenjae

Continue Reading

You'll Also Like

89.9K 6.1K 26
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK 1YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ M...
74.3K 6.8K 50
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
200K 9.9K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
57.7K 8.8K 55
Rahasia dibalik semuanya