𝓒𝓪𝓵𝓵 𝓞𝓾𝓽 𝓜𝔂 𝓝𝓪𝓶𝓮...

De seannelyze

137K 20.2K 5.8K

"Tidak masalah jika diriku tidak dibutuhkan di dunia," - Lim Yoon Ah Since, August 23th, 2018 Mai multe

main cast
blurb
• 1 •
• 2 •
• 3 •
• 4 •
• 5 •
• 6 •
• 7 •
• 8 •
• 9 •
• 10 •
• 11 •
• 12 •
• 14 •
• 15 •
• 16 •
• 17 •
• 18 •
• 19 •
• 20 •
• 21 •
• 22 •
• 23 •
• 24 •
• 25 •
• 26 •
• 27 •
• 28 •
• 29 •
• 30 •
• 31 •
• 32 •
• 33 •
• 34 •
• 35 •
• 36 •
• 37 •
• 38 •
• 38 •
• 39 •
• 40 •
• 41 •
• 42 •
• 43 •
• 44 •
• 45 •
• 46 •
• 47 •
• 48 •

• 13 •

2.3K 455 151
De seannelyze

"Hi!"

Yoona mengangkat wajahnya, dan mendapati seorang pria muda berada di hadapannya.

Saat ini Yoona berada di pos keamanan yang merupakan fasilitas sekolahnya. Ia sedang duduk dan menunggu Sehun menjemputnya. Seperti hari-hari biasa, saat Sehun telat untuk menjemputnya. Yoona akan menunggunya du pos itu, dan sesekali berbicara ringan dengan petugas keamanan sekolah. Ketika sedang menunggu, seorang pria menghampiri dan menyapanya.

Yoona mengetahui pria di hadapannya ini. Saat ia sadar, kakek angkatnya dan juga adik dari Sehun tengah berkunjung. Dengan kata lain, pria yang ada di hadapannya ini adalah adik dari Sehun, Brian Oh.

"Paman?"

Brian meringis pelan mendengar sebutan dari Yoona untuk dirinya. Oh, ayolah! Ia belum setua itu!

Brian tersenyum lembut pada Yoona. Ia mengacak rambut dari puteri angkat kakaknya, "Harus berapa kali kukatakan. Oppa, bukan Paman,"

Yoona tersenyum canggung. Ini pertemuan kedua mereka, dan pertemuan pertama mereka di luar rumah, "Apa hyeong belum datang?"

Yoona melihat kembali ke sekitar, dan tidak menemukan mobil Sehun. Ia menggeleng, "Mungkin sebentar lagi," Yoona masih mengedarkan pandangannya. Entah mengapa, ia tidak nyaman dengan tatapan Pamannya.

"Aku memiliki teman di daerah dekat dari sini. Saat melewati sekolah ini, aku tidak sengaja melihatmu," Brian mencoba menjelaskan pada Yoona, walau Yoona tidak ingin tahu. Semua orang pasti memiliki 'kemungkinan' untuk bertemu satu sama lain. Baik di sengaja, maupun tidak di sengaja, "Ayo! Oppa akan mengantarkanmu pulang,"

Sehun selalu mengatakan padanya, agar tidak mengikuti orang yang tidak di kenal. Tetapi pria di hadapannya ini.. Yoona mengenalnya. Tetapi juga tidak mengenalnya. Pria itu adik dari ayahnya. Tetapi Yoona baru mengenalnya beberapa hari lalu. Haruskah Yoona ikut dengannya, sedangkan ia masih merasa asing dengan Brian?

"Umm.. Kurasa aku akan menunggu daddy," Yoona menolaknya dengan sehalus mungkin.

Brian mengadahkan kepala melihat ke langit, "Sudah mulai menghitam. Sebentar lagi akan turun hujan. Kau akan tetap menunggu hyeong?" Yoona mengangguk ragu, sedangkan Brian menghela nafasnya melihat jawaban tubuh gadis di depannya, "Jika aku menghubungi hyeong, apa kau bersedia kuantarkan pulang?"

Yoona terlihat berfikir. Namun, ia tidak memberikan jawaban. Ia hanya diam tanpa menjawab dengan bahasa tubuh, ataupun dengan kata-kata. Ia hanya ragu. Tidak sopan jika ia menganggap adik dari ayahnya ini adalah orang asing. Tetapi itulah kenyataan. Brian masih asing untuknya.

Brian mengeluarkan ponselnya dan terlihat sedang mengetik sesuatu. Yoona memang sengaja tidak membawa ponselnya agar terfokus untuk belajar. Nilainya yang menjadi tertinggi di sekolahnya, tidak boleh turun hanya karena benda pipih yang bernama 'ponsel'.

"Aku sudah menghubungi hyeong. Kau pulang denganku,"

Yoona mengernyitkan alisnya. Itu bukan seperti permintaan. Tetapi seperti sebuah perintah. Ia melihat tangan Brian terulur, tetapi Yoona tidak menyambutnya seperti ketika ia menyambut tangan ayahnya. Yoona hanya berdiri. Seakan tau maksud Yoona, Brian menarik kembali tangannya dan berjalan lebih dulu dari Yoona. Sedangkan Yoona mengekori pria yang menjabat sebagai 'adik dari ayahnya'.

Brian membukakan pintu penumpang pada Yoona. Saat Yoona hendak masuk, sebuah tarikan di lengan atasnya membuat Yoona kembali keluar. Yoona melihat Sehun dengan tangan yang masih berada di lengannya. Saat Yoona sudah berdiri di samping Sehun, ia melepaskan cengkramannya dari lengan Yoona.

"Hyeong?"

Sehun menatap Yoona yang berada di sampingnya dengan wajah tertunduk, "Bukankah daddy sudah mengatakan padamu berkali-kali, agar menunggu daddy menjemputmu?"

"Hyeong, ini bukan salah Yoona. Aku hanya berkunjung ke tempat temanku yang dekat dari sekolah ini. Dan tidak sengaja bertemu dengan Yoona. Aku hanya menawarkan tumpangan," Sehun beralih menatap Brian dengan wajah datarnya, "Hyeong, aku sudah mengirimkan pesan teks padamu. Memberitahumu jika aku yang akan mengantarkan Yoona pulan—"

"Brian," Sehun berbicara dengan nada dinginnya, "Kau tidak perlu menawarkan tumpangan pada Yoona. Aku hanya telat menjemputnya lima belas menit. Dan tidak pernah lebih dari itu,"

Yoona masih menunduk, menjadi pendengar pecakapan antara Sehun dan Brian.

"Aku hanya berusaha menjadi Paman yang baik, hyeong," Brian mencoba menjelaskan pada Sehun.

Sehun menaikkan satu sudut bibirnya, "Paman yang baik, huh? Terima kasih atas kebaikanmu, Paman," Sehun menatap Yoona, "Ayo, pulang!" Yoona hanya mengangguk. Sehun menggenggam tangan Yoona, menuntunnya hingga ke dalam mobil, dan memastikan seatbelt terpasang sempurna di tubuh gadisnya.

Sehun berputar ke pintu kemudi. Sebelum ia masuk ke dalam mobilnya, Sehun menyempatkan diri untuk melihat Brian. Pria yang menyandang sebagai adiknya itu memasang ekspresi dingin, dan dalam waktu singkat, ia tersenyum dan melambaikan tangannya pada Sehun untuk mengantarkan kepergian Yoona dan Sehun.



"Aku sudah menolaknya, dad. Tetapi aku percaya ketika ia mengatakan, jika ia sudah menghubungi untuk memberitahu, bahwa aku akan pulang dengannya," Yoona menceritakan kejadian tadi, karena sedari tadi, ayahnya memilih bungkam.

Sehun menghela nafasnya, "Maaf, jika daddy telalu lama menjemputmu. Ada beberapa hal yang harus daddy selesaikan,"

Langit mulai mengeluarkan rintikan kecil yang menemani perjalanannya, "Tidak apa, dad," Yoona memperhatikan rintikan air hujan yang terhalang kaca dari mobil.

Kesunyian menyapa perjalanan mereka. Sehun hanya sedang berkutat dengan fikirannya sendiri. Perasaannya kalut, ketika Brian menatap Yoona yang sudah siuman dengan tatapan intens. Ia tidak menyukai jika pria lain menatap puterinya seperti itu. Tatapannya seakan menelanjangi puterinya. Bukan sekali, atau dua kali Yoona mendapatkan tatapan seperti itu. Relasi bisnisnya yang berkunjung ke rumahnya, pernah menatap Yoona dengan tatapan seperti itu. Tatapan lapar dan menginginkan sesuatu.

Bukan hanya relasi bisnisya, tetapi saat angakatan universitasnya menggelar acara pesta reuni, beberapa pasang mata menatap Yoona dengan tatapan ingin memiliki. Dan itu sangat menganggu Sehun. Apakah seperti ini rasanya menjadi seorang ayah yang overprotektif pada puterinya?

Sehun melirik Yoona dari sudut matanya. Puterinya itu tertidur dengan tangan yang melingkar di tas sekolahnya. Sehun tersenyum melihatnya. Apa sekolah semelelahkan itu?

Ketika rambu hijau berubah menjadi merah, Sehun mengambil tas dari pelukan Yoona. Ia menyimpannya di kursi pengemudi belakang, dan mengambil selimut yang memang disediakan untuk Yoona ketika hal-hal seperti ini terjadi. Sehun menyelimuti Yoona, dan terakhir ia mengusap puncak kepala Yoona. Membiarkan puterinya yang sudah beranjak dewasa itu tertidur pulas.

Sehun memperhatikan garis wajah Yoona. Ia baru kali ini memandang Yoona dengan sedetail ini. Yoona mempunya garis rahang yang halus. Hidung kecilnya mancung. Pipinya berisi dan sedikit memunculkan rona pink. Bibir tipisnya yang sedikit kemerahan. Keningnya yang telihat lucu. Untuk keseluruhan, kulitnya seperti porselen. Putih pucat dan halus. Memiliki tinggi badan yang normal seperti anak seumurannya. Seragamnya yang fit, menunjukkan tubuh yang ramping tanpa lemak tak berguna.

Ah, kini ia menyadari. Puterinya telah tumbuh menjadi gadis yang cantik dan manis. Ia teringat ketika Yoona memohon sesuatu, matanya yang bulat akan semakin bulat.

Sehun dengan cepat menggelengkan kepalanya menghapus fikiran kotor pada puterinya sendiri. Secara tidak sadar, ia sudah melakukan pelecehan dengan membayangkan betapa cantik puterinya.

Sehun kembali fokus pada kemudi, agar membawa Yoona pulang dalam keadaan selamat.



Yoona menerjapkan matanya beberapa kali untuk mengumpulkan kesadarannya. Sehun membangunkannya dari mimpi indah sang puteri tidur.

Setelah kesadarannya berkumpul, Yoona sudah di sambut oleh Ver yang memegang tasnya. Ia membungkukkan tubuhnya sebagai sambutan, "Selamat datang, Nona," Ver masih setia menahan pintu mobil, menunggu Yoona keluar. Sedangkan Sehun sudah berjalan memasuki rumah dengan sedikit berbicara pada San.

Yoona keluar dari mobil Sehun, Ver menutupnya dan berjalan mengekori Yoona. Saat masuk ke ruang tengah, Sehun tengah berdiri menatap ke luar jendela besar yang ada di ruang tengah. Yoona menghampiri Sehun, dan karena tahu majikan kecilnya ingin berbicara dengan Tuannya, Ver memilih masuk lebih dulu setelah membungkuk singkat.

Sehun membelakangi Yoona, dan mungkin tidak menyadari kehadiran Yoona. Dengan tiba-tiba, Yoona memeluk Sehun dari belakang, menyadarkan pipi kanannya pada punggung lebar milik Sehun, "Dad, kau marah padaku?"

Sehun tak bergeming. Tetapi tubuhnya sempat mengejan sesaat ketika Yoona memeluknya dengan tiba-tiba. Namun, Sehun kembali merilekskan tubuhnya.

Sehun tidak menjawab pertanyaan Yoona. Entahlah, perasaan apa yang sedang ia rasakan saat ini. Terlalu sulit untuk di jelaskan. Fikirannya saling berkecamuk di dalam kepalanya.

Yoona mencengkeram sedikit kemeja Sehun bagian belakang. Hal yang paling ia takuti di dunia adalah Sehun yang akan membuangnya. Ia hanya sebatangkara. Jika tidak ada Sehun, siapa yang akan memberinya tempat berteduh?

Yoona menitikkan air mata. Ia menangis dalam diam. Ia takut. Sangat takut membuat Sehun marah. Lalu, dengan mudahnya membuang Yoona. Ok, anggaplah itu hanya fikiran Yoona yang berlebihan. Tetapi sebagai 'orang asing' yang tiba-tiba di anggap sebagai anak angkat, walau tidak mempunyai ikatan kekeluargaan atau darah yang sama dengan Sehun, Yoona menjadi gadis yang mudah merasa segan.

Yoona melepas isakan pertamanya. Saat itu Sehun tahu, bahwa Yoona menangis. Ia membalik tubuhnya dengan paksa dan berhadapan dengan Yoona.

Keningnya menekuk, saat melihat pipi Yoona sudah basah dengan air mata. Sehun mengulurkan tangannya dan menyentuk pipi Yoona dengan telapak tangannya. Menghapus air mata dengan ibu jarinya.

"Kenapa kau menangis?" Sehun bertanya dengan tatapan sendu, seakan mengerti kesedihan Yoona.

Tangan Yoona membuku di punggung tangan Sehun yang masih setia hinggap di pipinya. Ia menutup matanya, "Aku takut, dad,"

"Takut?"

Yoona mengangguk, "Akhir-akhir ini, aku takut jika aku membuat kesalahan, kau akan membuangku. Aku berusaha sekuat tenaga agar nilaiku tidak mempermalukanmu. Aku berusaha mempelajari etika dan tata krama untuk menjadi gadis terhormat. Aku tidak ingin mempermalukanmu, dad," Yoona melepaskan isakannya, "Jika suatu saat aku melakukan kesalahan, aku mohon, dad. Jangan membuangku. Aku berjanji tidak akan melakukannya untuk kedua kali,"

Sehun menarik salah satu pipi Yoona dengan ibu jari dan jari telunjuknya, "Apa daddy pernah mengancam akan membuangmu?" wajah Yoona saat ini terlihat lucu. Dengan hidung yang memerah dan satu sisi pipinya yang di cubit pelan oleh Sehun, "Kau akan tetap disini. Daddy tidak akan membuangmu. Lakukanlah kesalahan yang banyak. Tetapi jika kau sudah berjanji tidak akan melakukannya lagi, maka jangan lakukan lagi,"

Yoona mengangguk patuh. Sehun membawa Yoona dalam pelukannya. Entah hanya perasaan, Sehun merasa terancam dengan kehadiran Brian. Walau adik tirinya itu selama ini bersikap baik, Sehun tidak pernah tahu apa yang ada di fikiran Brian.

Fikirannya melayang ketika ia menjemput Yoona, dan adik tirinya itu menatapnya dengan tatapan dingin. Itu membuat perasaan Sehun tidak tenang.

Sehun mengeratkan pelukannya, dan Yoona di buat bingung karena tingkah Sehun. Seperti seorang yang takut dengan sesuatu yang disebut 'kehilangan'.

Continuă lectura

O să-ți placă și

64.9K 117 11
Just a horny girl with a normal life 🙄
66.5K 3.1K 73
❤️
193K 4.5K 54
❝ i loved you so hard for a time, i've tried to ration it out all my life. ❞ kate martin x fem! oc
247K 7.8K 175
What if a Pokémon Trainer found herself in the world of One Piece? What if she found herself with the Strawhat Pirates? What if she finds herself get...