[REVISI] My Boyfriend, Jeong...

By fourteenjae

460K 30.1K 291

❝kamu adalah yang terkhusus dihatiku.❞ - Jeong Jaehyun ©fourteenjae 2019 editor cover : cheerup0214 Sudah tam... More

chapter 1
chapter 2
chapter 3
chapter 4
chapter 5
chapter 6
chapter 7
chapter 8
announce
chapter 9
chapter 10
chapter 11
chapter 12
chapter 13
chapter 14
chapter 15
chapter 16
chapter 17
chapter 18
chapter 19
chapter 20
chapter 21
chapter 22
chapter 23
chapter 24
chapter 26
chapter 27
chapter 28
chapter 29
chapter 30
chapter 31
chapter 32
chapter 33
chapter 34
chapter 35
chapter 36
chapter 37
chapter 38
chapter 39
chapter 40
chapter 41

chapter 25

5.9K 623 3
By fourteenjae

Jangan diem-diem aja.
ayo tekan vote terlebih dulu.
Pembaca bijak selalu tau cara menghargai karya :)

"Haven't i made it clear? Want me to spell it out for you? F-R-I-E-N-D."
-
Marshmello & Anne Marie (Friend)

-

Pagi ini, GoEun kembali datang ke Universitas untuk menghadap Ketua Prodi. Semalam setelah menghabiskan seharian penuh bersama Jaehyun, tiba-tiba dia mendapat email resmi dari kampus.

Tidak. Tolong jangan berpikiran yang macam-macam. Setelah ciuman itu, GoEun dan Jaehyun menghabiskan waktu dengan menonton siaran televisi dan menikmati pizza serta soda cola bersama member.

Lalu sekarang, di sinilah GoEun berada. Di dalam ruang berukuran lebar 9meter yang dipenuhi lemari buku di sebagian dinding. Karpet tebal membentang di seluruh penjuru ruang. Berbagai piagam penghargaan dan figura berwajah sang dosen juga turut terpajang di dalam ruang. Di atas meja kerja terdapat bunga anggrek putih nan cantik sebagai hias. Kesan hangat dan berilmu tinggi begitu terasa. Namun dominasi ketegasan tetap tercipta dari pemilik ruang.

Soo Jin Young yang sibuk menelaah berbagai berkas tugas makalah mahasiswa. "Kamu serius tidak berminat untuk melanjutkan S2?" tanya Soo Jin Young memulai.

Tebakan Han GoEun benar. Sejak pemagangan belum dimulai, wanita paruh baya ini sudah sering menawarkan kelanjutan studinya ke jenjang S2. Nilai mata kuliah Han GoEun membuat wanita ini menimbang bahwa mahasiswanya layak meneruskan studi. Saat pembicaraan pertama, Han GoEun sudah menolak tegas. Bukan tanpa sebab, saat itu pemagangannya saja belum di mulai. Tugas akhir pun masih dalam tahap rencana.

"Kenapa tidak berminat?" tanya Soo Jin Young, menarik diri Han GoEun untuk kembali pada realita.

"Bukan tidak berminat. Hanya saja mungkin beberapa tahun lagi— kyosu." Jawaban ragu itu mengambang lama di keheningan ruang. Matanya terus memperhatikan gerik Soo Jin Young yang kini melepas kaca mata dan meletakkannya bersama berkas-berkas di atas meja.

GoEun mengerjap ketika pandang mereka bertemu.

"Kamu mau mengambil kontrak dengan SM?"

"Eh?" GoEun berdeham. "Saya belum pernah mendengar hal semacam itu di sana, kyosu. Saya hanya merasa bahwa saya perlu membantu perekonomian keluarga. Selama ini yang saya selalu mementingkan pendidikan. Untuk itu, ada beberapa rencana yang akan dilakukan setelah lulus nanti."

"Jelaskan lebih rinci,"

GoEun membetulkan posisi duduk. "Poin utama saya saat ini adalah lulus S1 dan bekerja di agensi tersebut. Berpenghasilan tinggi, memiliki kelas tata rias sendiri dan setelah itu akan saya pertimbangkan mengenai S2."

"Cukup menarik," Soo Jin Young merebahkan punggung. "Tapi kamu pun bisa mengambil pendidikan S2 sembari bekerja di sana, Han GoEun." ucapnya tetap berusaha membujuk.

Han GoEun belum menjawab. Memijat pelipis dan diam-diam menghela nafas pelan.

"Beasiswa ini hanya akan didapatkan jika kamu segera meneruskan pendidikan setelah lulus S1 nanti. Tidak bisa dijeda untuk beberapa tahun ke depan, GoEun. Kamu harus memikirkannya kembali." tegas Soo Jin Young lagi.

Han GoEun menunduk. Perasaan tidak enaknya ini begitu mengganggu. Dipikirkan berapa kali pun jawabannya akan tetap sama. Han GoEun tidak akan segera melanjutkan studi dan memilih untuk segera bekerja. Bukan tanpa alasan, keluarga sederhana Han GoEun hanya berpegang pada penghasilan restoran. Sementara ia masih punya satu adik yang memerlukan biaya pendidikan sampai beberapa tahun ke depan. Dibanding melanjutkan studi, lebih bagus untuk segera bekerja dan berpenghasilan.

Jika dirinya harus kembali mengenyam pendidikan lantas kapan akan menghasilkan uang? Melakukan pekerjaan dan pendidikan dalam satu waktu bukan perkara mudah. Pemagangan seperti ini saja sudah cukup sulit untuk mengatur jadwal antara kampus dan pekerjaan. Keraguan dan keyakinan terhadap diri sendiri menjadi sering dipertanyakan saat berbagai hal datang serempak.

"Bagaimana, GoEun?" tanya Soo Jin Young memecah hening.

Han GoEun tak sanggup menerima. Namun tak pula memiliki keberanian untuk menolak lagi. Lantas ia pun berujar, "Saya akan memikirkannya, Kyosu."

Soo Jin Young mengangguk puas. "Kamu memang harus memikirkannya lagi. Kuharap keputusanmu tepat." Lawan bicaranya tak bergeming. Hingga Soo Jin Young kembali bicara, "Itu saja yang ingin saya bahas. Kamu bisa pergi."

Han GoEun beranjak pamit. Memundur perlahan sebelum keluar dari ruangan. Suara hening itu segera berubah kasak-kusuk ramai di sepanjang koridor. Banyak mahasiswa berlalu-lalang mendahului langkah pelan Han GoEun. Pikirannya terlalu bercabang memikirkan banyak hal, salah satunya adalah perihal keluarga. Seharusnya Ayah dan Ibunya tidak perlu lagi bekerja melayani pelanggan yang memiliki suasana hati berbeda-beda itu. Cukup memantau dan beristirahat sambil menikmati hari tua yang sejahtera. Sudah sepantasnya restoran itu memiliki beberapa pegawai untuk menangani situasi. Memiliki pekerjaan tetap di usia muda, berpenghasilan tinggi, membiayai sekolah sang adik dan restoran yang tumbuh pesat. Perencanaan hidup yang terdengar biasa dan sepele ini tetap menjadi poin utama bagi Han GoEun.

Drrrtt!

Getar ponselnya menarik Han GoEun kembali pada kenyataan. Merogoh isi tas untuk mengambil ponsel. Bibirnya mengulas senyum kala nama 'Jaehyun' tertera pada layar.

"Han GoEun," suara baritone Jaehyun terdengar di telinga. Menimbulkan rasa menggelitik di tengkuk lehernya yang merinding. Masih tidak terbiasa mendengar sang kekasih memanggil namanya.

"Iya, Jaehyun."

"Aku sudah sampai di luar gedung. Bersama Jaemin hyung di mobil."

"Benarkah?" Ulas senyum Han GoEun semakin melebar mendengar nada riang lawan bicaranya. Langkah besar pun terus bergerak melintasi ruang-ruang menuju luar gedung. "Tunggu sebentar. Aku sedang ke sana."

"Pertemuanmu sudah selesai?"

"Sudah. Seharusnya kamu jangan menjemputku ke sini. Bagaimana jika kamu terlambat datang ke tempat pemotretan?!" omel GoEun buru-buru. Keningnya berkerut dalam mendengar kekehan lawan bicaranya. "Aku tidak melucu, Jaehyun."

Sinar terang matahari segera menerpa ketika kaki Han GoEun berpijak pada pelataran gedung. Satu tangannya terangkat menutupi wajah di atas kening. Matanya menyipit mencari keberadaan mobil sang kekasih.

"Aku di sini. Sisi kananmu." imbuh Jaehyun.

Rupanya lelaki itu sudah lebih dulu menemukan keberadaan Han GoEun. Mata sang gadis mengikuti petunjuk dan segera mendapati satu tangan Jaehyun sudah melambai di luar jendela. Hanya tangan tanpa wujud rupa pemilik badan.

Han GoEun terkekeh. "Kamu sedang apa?"

"Menyapamu. Apalagi yang bisa kulakukan selain ini? Kamu berharap aku turun dan memelukmu di sana?"

Gadis itu menggeram. Bola matanya merotasi malas mendengar kalimat usil itu. Jaehyun selalu bisa menggodainya di setiap kesempatan. "Kamu serius memintaku turun dan memelukmu di sana, ya?"

"Astaga, Jaehyun." Buru-buru GoEun mematikan sambungan telepon. Lelakinya ini bisa segera meledakkan hati Han GoEun jika terus menggoda tiap bertemu. Wajahnya semakin memerah kala jemari Jaehyun membentuk finger heart sebelum menghilang ke balik jendela. Membuatnya tertawa kecil sembari mengipasi wajah yang memanas.

"Manisnya!"

GoEun terperajat mendengar suara familiar di telinganya. Matanya membesar menemukan keberadaan sosok itu. Begitu terkejut serasa terciduk sesuatu. "Kim Jaehwa!"

"Senyum pada siapa, sih?" Ia menoleh ke kanan-kiri memperhatikan sekitar.

"Siapa yang tersenyum?" tanya GoEun panik.

Kim Jaehwa tertawa. "Jelas sekali bahwa kamu sedang tersenyum tadi. Siapa-siapa? Katakan padaku."

Han GoEun ikut tertawa. Namun mendorong tubuh Kim Jaehwa yang tiba-tiba mendekat untuk mengintip layar ponselnya. "Hei-hei, hentikan."

Tawa Jaehwa berganti senyum. "Baiklah." Namun ia sudah menghentikan keusilannya. "Kamu sedang apa di sini? Bukankah sedang pemagangan?"

"Biasa, bertemu Soo Jin Young Kyosu."

"Yeoksi, mahasiswa kebanggaan prodi." ucap Jaehwa dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Tubuhnya sedikit membungkuk dengan mata menilisik memperhatikan Han GoEun yang segera tersipu.

"Apaaa?!" GoEun kembali mendorong Jaehwa untuk mencipta jarak. "Lalu kamu sendiri sedang apa di sini? Pemagangan jurusanmu juga sudah di mulai, kan?"

"Iya, benar." Satu tangan Jaehwa berada di dalam saku. "Aku ke sini untuk mengembalikan beberapa buku perpustakaan. Bagaimana pemaganganmu? Pasti banyak artis di sekitarmu."

GoEun terkekeh panjang. "Tepat sekali. Pemaganganku sungguh luar biasa, banyak sekali yang bisa kupelajari selama ada di sana. Oh!" Mata GoEun membesar saat mengingat sesuatu. "Kamu magang di mana?"

"Eh, aku?" Jaehwa menunjuk dirinya sendiri. "Kamu tidak tau tempat pemaganganku di mana?"

Han GoEun menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Eunji sempat ingin memberitahukannya padaku. Tapi aku dan dia tidak memiliki waku luang yang sama. Jadi, belum sempat—"

Tin! Tin!

Suara klakson memekik panjang hingga Han GoEun menoleh kejut. Termasuk Kim Jaehwa dan beberapa mahasiswa lain yang berada di sana. "Aku lupa!"

"Hah?" Kim Jaehwa melirik Han GoEun yang sudah menuruni anak tangga. "Mobil itu memanggilmu?"

"Iya!" GoEun berbalik sekilas. "Kita bicara lagi nanti, ya!"

Kim Jaehwa mengerjap memandangi tubuh Han GoEun yang berlari buru-buru. "Hati-hati!" teriaknya kemudian.

Han GoEun kembali menoleh cepat. Senyumnya terukir dengan sebuah ibu jari teracung tinggi. "Sampai nanti, Jaehwa!"

Usai mengucapkan itu, pintu mobil van hitam terbuka setengah. Sosok tangan kokoh tanpa menampakkan sang pemilik tubuh mengulurkan tangan membantu Han GoEun untuk masuk ke dalam mobil. Lalu setelah pintu tertutup, dengan sangat bergegas mobil bergerak meninggalkan pelataran kampus.

Kim Jaehwa memperhatikan itu semua. Nafas yang sempat tertahan pun mulai menghembus pelan. Kesiur angin menerpa wajah datar Kim Jaehwa di atas pelataran kampus. Tetap berada di sana sampai ponsel di saku jaketnya berdenting singkat.

Lelaki itu merogoh saku dan menatap layar ponsel yang menyala. Degup jantungnya segera berdebar. Ibu jarinya mengetuk pelan pop up itu hingga pesan panjang segera mengisi layar. Lamat-lamat ia mencerna tiap kalimat dengan keyakinan diri. Notifikasi singkat itu berisi tugas terbaru dari tempat pemagangannya. Project yang harus dia lakukan dengan atau tanpa rasa suka. 


🍑🍑🍑

[2019 - fourteenjae]
-
Ayo follow akun authornya!
Instagram: @1497_tjae
Twitter: @fourteenjae
Tiktok: @fourteenjae

baca ceritaku yang lain, ya :)

Continue Reading

You'll Also Like

459K 8.5K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.
126K 9.1K 57
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
236K 35.4K 64
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
44.8K 6.1K 38
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...