Somniu (Dream)

By DevilRose121

26 8 0

Sedikit info, SOMNIU / SOMNIUM = Mimpi (Bahasa Latin) Genre cerita : Fantasy-Romance *** Mimpi itu lagi. Mim... More

SAMBUTAN
PROLOG
CHAPTER SATU
CHAPTER DUA
CHAPTER TIGA
CHAPTER LIMA

CHAPTER EMPAT

2 1 0
By DevilRose121

Happy reading!
Don't forget to vote and comment!

***

Aku menghela nafas panjang setelah mengunci pintu rumah, berharap Hari ini bisa lebih baik dari hari kemarin. Tapi, apakah ada kenyataan yang sesuai ekspetasi? Tidak.

Setiap aku melalui sebuah rumah yang biasa disebut 'tetangga', justru penolakan yang aku peroleh. Dapat  dengan jelas bagaimana seorang ibu rumah tangga yang sedang menyapu langsung masuk kedalam rumah saat diriku lewat didepan rumahnya. Pengasingan yang terasa jelas. Aku hanya bisa menghela nafas melihat itu. Mau marah pun aku tak tahu pada siapa.

Ku langkahkan kakiku dengan mantap memasuki area kampus. Beberapa pasang mata yang mengiringi langkahku seakan menghunus punggungku. Cibiran dan gunjingan tak dapat dihindari lagi, seakan mereka yang sedang membicarakan itu merasa lebih baik dan tinggi dari diriku.

"Bersabarlah, sweet girl"
"Bersabarlah, Ada aku disini untukmu."

Ucapan laki-laki bermata biru itu terus terputar seperti melodi dalam kepalaku. Melodi yang mampu menenangkan hatiku, meredakan emosi dalam kepalaku yang setiap saat dapat meledak, dan yang menguatkan diriku dalam keputus-asaan yang merundung.

Dengan langkah cepat dan kepala menunduk, aku memasuki kelas. Menyapa Sherry yang sudah lebih dulu tiba, lalu mendudukkan diri dibangku yang hampir 1 tahun ku singgahi.

Baru saja aku menarik nafas yang kedua, salah satu anggota kelompokku menyodorkan tangan.

"Mana tugasnya!" Aku bahkan tak menemukan nada tanya dalam ucapan gadis didepanku itu.

Menghela nafas pelan,  ku ambil flashdisk yang berisi soft file tugas kelompok. Menyerahkan kepada gadis yang menungguku sambil bersidekap dada. Tanpa kata, gadis itu pergi dengan langkah anggun yang dibuat-buat.

Mari ku perkenalkan sedikit tentangnya. Gadis itu, Olivia Wilther. Gadis cantik covernya. Memiliki banyak teman yang panjat sosial karena Olivia masuk golongan atas. Ayahnya adalah donatur terbesar di kampus ini. Berwajah cantik, walau ada beberapa bagian wajahnya--atau bahkan tubuhnya-- yang dibentuk dari uang a.k.a operasi plastik. Dan ada satu hal yang membuat dia digilai pria disini. Pakaiannya. Dia selalu memakai pakaian selayaknya model. Model majalah dewasa tentunya. Mengumbar tubuh moleknya--yang tidak semua asli-- kepada semua orang. Sungguh menjijikan.

Sekitar sepuluh menit kemudian, seorang dosen dengan perawakan tinggi memasuki kelas. Cukup membuat suasana hening.

"Pagi. Silakan mempresentasikan tugas kelompok dari saya minggu lalu!" Ucapnya tanpa berniat menunggu murid didiknya membalas sapaan darinya. Tipikal dosen killer.

Dosen itu terlihat kesal, mungkin karena kondisi kelas yang ricuh.

"Kelompok yang maju pertama akan diberi nilai plus." Katanya.

Kelas menjadi hening. Semua tertarik akan tawaran dosen yang terkenal, pelit nilai itu. Jika tadi mereka berdebat menyuruh kelompok lain untuk maju terlebih dahulu, maka sekarang mereka berebut untuk menjadi yang pertama. Membuat dosen itu semakin geram.

"Tinggalkan kelas jika kalian ingin berdebat!" Hening seketika. "Silakan yang mau mendapatkan nilai plus, maju kedepan."

Suara ketukkan sepatu dengan kerlap-kerlip seperti lampu pasar malam itu memenuhi ruangan hening ini, membuat semua pasang mata mengarah kepadanya. Dia begitu menikmati menjadi pusat perhatian. Siapa lagi jika bukan Olivia.

Aku ikut maju kedepan, menyusul ketiga teman sekelompokku yang sudah terlebih dahulu ada di depan.

Olivia melemparkan flashdisk milikku ke meja tanpa kata, tapi aku cukup tahu untuk mengetahui maksud gadis sombong itu.

Setelah membuka soft file yang kukerjakan semalam, aku menyalakan LCD. Kami berempat mulai mempresentasikan hasil kerja ku.

Baru dua lembar materi yang disampaikan, dosen yang mengajar kami menyela. "Dilihat dari gaya bahasa yang digunakan, sepertinya yang mengerjakan hanya satu orang saja. Apakah benar?" Tanya dosen itu dengan wajah kaku. Menambah ketegangan.

Sebelum aku maupun yang lain berpikir untuk mencari jawaban yang tepat, Olivia sudah terlebih dahulu berkata dengan mantap. "Yes, Sir. Saya yang mengerjakannya. Sendiri." Ucap gadis licik itu dengan bangganya. Cih, dasar munafik.

Tampak dosen itu menaikkan sebelah alisnya, ragu akan jawaban Olivia mungkin. Tapi karena tak ada sanggahan dari yang lain, membuatnya yakin. "Lalu kalian bertiga hanya tau jadi saja?!"

Kami bertiga diam. Tentu saja, jika kami menyanggah, sama saja kami berurusan dengan si munafik Olivia.

"Lanjutkan!" Ucap dosen itu kemudian. Dari nada suaranya, sepertinya dosen itu mau memberi kami bertiga diskon nilai. Sialan memang.

Kami melanjutkan presentasi yang didominasi oleh Olivia. Tentunya dia ingin mendapatkan nilai sempurna atau setidaknya, lebih unggul dari yang lain. Tipikal gadis licik.

Dipertengahan presentasi. Tepatnya saat Olivia mempresentasikan bagiannya, dia berhenti. Mengerutkan kening karena menyadari kata-kata yang sangat melenceng dari materi pembahasan. Olivia memberi lirikan tajam padaku. Aku sendiri bingung, aku tidak merasa menulis kata-kata itu. Walaupun aku tidak sempat me-revisi ulang tugas itu, tapi aku sangat yakin pada ingatanku.

"Olivia Wilther. Bisa jelaskan maksud anda menulis itu? Saya merasa tidak menjelaskan bagian itu, bisa anda jelaskan supaya saya mengerti?" Tanya dosen itu penuh penekanan. Membuat Olivia semakin gelisah. Begitupun aku yang masih memutar otak, mencoba mengingat.

"Emm... Itu, itu sebenarnya... Sebenarnya Carol-ehm maksudku-eh, saya...Bagian itu Carol yang mengerjakan. Iya Carol yang mengerjakan." Aku terkesiap dengan pernyataan itu. Memang benar aku yang mengerjakan semua itu, tapi tidak dengan bagian yang melenceng.

Sebelum aku menjawab, dosen tadi sudah bertanya lagi. Masih untuk Olivia. "Bukankah anda yang berkata sendiri bahwa anda yang mengerjakan ini semua? Lalu kenapa jadi Carol? Atau anda menipu saya dengan mengaku bahwa anda lah yang mengerjakan tugas ini, bukan Carol? Benar begitu Olivia?"

Tampak seluruh pasang mata dalam ruangan ini menatap Olivia geli dan berusaha mati-matian menahan tawa saat melihat Olivia menunduk malu, kehabisan kata.

"Kalian boleh kembali. Dan untuk anda Olivia, segera keruangan saya untuk perbaikan nilai setelah ini." Ucap dosen itu. Menyudahi pertunjukkan memalukan bagi Olivia.

Aku tahu, Olivia sudah merencanakan daftar acara balas dendam dalam kepalanya. Terbukti dari caranya menatapku.

"Silakan kelompok berikutnya, tolong berlaku jujur untuk Kali ini."

Kata dosen itu sambil menambahkan bumbu sindiran andalannya yang dapat membuat beberapa pasang mata melirik Olivia yang mengacungkan jari tengah kearah dosen itu saat dia sedang fokus pada kelompok berikutnya.

***

Aku sudah membayangkan bertemu pangeran bermata biruku dalam Alam mimpi saat sampai dirumah nanti sebelum rambutku ditarik kasar menuju koridor yang jarang dilalui dosen. Justru karena jarang dilalui dosen, koridor ini ramai oleh mahasiswa mahasiswi yang memerlukan kebebasan.

War is started.

"Hello, bitch!" Walaupun menyapa, tapi  itu tidak seperti sapaan ditelingaku. Tidak sadarkah dia siapa yang bitcy disini?!

"Le-lepas" Ucapku sambil berusaha melepaskan tangan sialan milik Olivia yang ada dirambutku.

"Hahaha, setelah apa yang kau lakukan tadi?! Mustahil, bitch!"

"Ta-tapi bukan aku yang melakukan itu, Oliv" masih dengan berusaha melepaskan tarikan dirambutku yang semakin menguat, aku melanjutkan. "Bukankah kau sendiri yang memilih bagian itu?"

Si sialan Olivia semakin menguatkan tarikannya. "Sudah berani denganku, hah?!" Gertaknya, membuat kami menjadi pusat perhatian.

Aku meringis, merasakan sakit yang membuat kepalaku berdenyut. Rasanya aku ingin menangis dan pingsan diwaktu yang bersamaan.

Melalui isyarat matanya, Olivia menyuruh salah satu temannya--yang lebih mirip babu-- dibelakangnya, Stela. Stela langsung membawakan botol berwana hitam, yang entah berisi apa.

"Kau sudah membuatku malu, bitch! Jadi rasakan akibatnya sekarang!" Olivia mulai mengangkat botol itu di atas kepala ku setelah membuka penutup botolnya, dan mulai menyiram kepalaku dengan cairan berwarna hitam pekat dan berbau menyengat.

Refleks, aku menutup mata. Merasakan cairan itu bergerak mengalir dari rambut hingga meresap ke bajuku. Merubah warna biru pada baju yang ku pakai menjadi berwarna hitam.

"WOW, What a beautiful bitch! Hahaha" dengan tawa yang diiringi tepuk tangan oleh ketiga orang didepan ku itu, membuat mereka terlihat seperti orang gila. Ah ya, mereka memang sudah gila.

"Oh ya, bitch. Hampir saja aku melupakan sesuatu." Gadis itu melangkah maju, meraih tas milikku yang tergeletak dilantai lalu membuang semua isinya. Mengambil sesuatu yang dicarinya dengan jari jempol dan telunjuk, seolah benda itu sangat Kotor. Diangkatnya benda itu tinggi-tinggi, Dan dihempaskan lagi kelantai dengan keras lalu menginjaknya dengan sepatu tajamnya. Membuat benda itu hancur berkeping keping.

"Oopss, hancur. Poor  Carolyn." seolah kasian, gadis itu melanjutkan "Kau tidak bisa meminta bantuan untuk menjemputmu yah?" "Oh ya aku lupa! Bukankah seorang Carolyn tidak mempunyai keluarga? Anak haram yang dibuang ibunya karena malu, hahaha. Aku kasihan dengan orang yang sudi mengadopsimu, mereka mati karena mengangkat anak pembawa sial sepertimu, bitch!" Ucap Olivia diiringi tawa beberapa pasang mata yang ada disana.

Setelah puas tertawa, mereka melangkah pergi setelah mengucapkan kata-kata selamat tinggal yang menjijikan.

Bertepatan dengan itu, Sebutir air bening luruh membasahi pipiku yang ikut menghitam karena cairan tadi. Aku tak kuat menahannya hingga rumah. Setidaknya, aku masih bersyukur tidak meneteskan air mata didepan Olivia.  Ku masukkan kembali barang-barangku kedalam tas, mengabaikan ponselku yang rusak akibat ulah biadab Olivia, lalu mulai berlari menuju rumah.

Aku sangat ingin bertemu dengan pangeran bermata biruku.

***







12/4/19

Hi!
"Aku dibully!" Carol said.
Any questions?

Love,
Dev

Continue Reading

You'll Also Like

204K 282 17
Kumpulan cerita dewasa part 2 Anak kecil dilarang baca
2M 295K 77
The Another World Series (1) - Anstia Cerita berdiri sendiri. Dia terbangun dengan tangan mungil dan badan yang tidak dapat di gerakkan seperti bia...
329K 19.1K 21
Tak pernah terbayang olehku akan bertransmigrasi ke dalam novel yang baru aku baca apalagi aku menempati tubuh tokoh yang paling aku benci yang palin...
126K 16K 23
Sang Tiran tampan dikhianati oleh Pujaan hatinya sendiri. Dia dibunuh oleh suami dari kekasihnya secara tak terduga. Sementara itu di sisi lain, dal...