Cerita Kita

By salsaalfn

655K 41.4K 2K

Mungkin cerita kita hanyalah salah satu dari banyaknya cerita tentang diam-diam menyayangi sahabat sendiri le... More

cerita kita - bagian 01
cerita kita - bagian 02
cerita kita - bagian 03
cerita kita - bagian 04
cerita kita - bagian 06
cerita kita - bagian 07
cerita kita - bagian 08
cerita kita - bagian 09
cerita kita - bagian 10
cerita kita - bagian 11
cerita kita - bagian 12
cerita kita - bagian 13
cerita kita - bagian 14
cerita kita - bagian 15
cerita kita - bagian 16
cerita kita - bagian 17
cerita kita - bagian 18
cerita kita - bagian 19
cerita kita - bagian 20
cerita kita - bagian 21
cerita kita - bagian 22
cerita kita - bagian 23
cerita kita - bagian 24
cerita kita - bagian 25
cerita kita - bagian 26
cerita kita - bagian 27
cerita kita - bagian 28
cerita kita - bagian 29
cerita kita - bagian 30
cerita kita - bagian 31
cerita kita - bagian 32
cerita kita - bagian 33
cerita kita - bagian 34
cerita kita - bagian 35
cerita kita - bagian 36
cerita kita - bagian 37
cerita kita - bagian 38
cerita kita - bagian 39
cerita kita - bagian 40
cerita kita - bagian 41
cerita kita - bagian 42
cerita kita - bagian 43
cerita kita - bagian 44
cerita kita - bagian 45
cerita kita - bagian 46
cerita kita - bagian 47
cerita kita - bagian 48
cerita kita - epilog
cerita kita x joylada

cerita kita - bagian 05

20.8K 1.3K 47
By salsaalfn

"andai kamu sadar bahwa setiap kata dan sikap saya yang saya tunjukan pada kamu adalah sebuah sinyal perasaan yang berasal dari hati saya untuk hatimu."

"Hai Pak Ono! nggak nyetel dangdut Pak?" tanya Darren setelah sampai dirumah. Aileen tertawa mendengar ucapan Darren. Tetangganya yang satu itu memang selalu menyetel lagu dangdut kalau sore-sore jam empatan begini, kadang Darren dan Aileen sampai pusing mendengar musiknya yang menggema besar.

Pak Ono yang sedang menyirami tanaman menoleh. "Ndak dulu, wong spiker saya rusak toh, lagi dibetulkan." Sahutnya.

"Yah Pak, padahal Darren lagi mau joget," timpal Aileen, membuat Darren menjulurkan tangan untuk menjitak kepala Aileen.

"Waduh, maaf toh mas Darren. Nanti yo, kalo udah bener tak setelin lagu dangdut yang baru, ituloh yang gini. Memang lagi syantik tapi bukan—"

"Aduh lo si mancing, udah ayo ah masuk, gatel kuping gue dengernya," ucap Darren berbisik pada Aileen yang menahan tawa, Darren menundukkan kepalanya dan kepala Aileen lalu masuk ke dalam rumah, meninggalkan Pak Ono yang masih bernyanyi sambil memejamkan matanya.

"Hahaha nggak ngerti lagi gue Pak Ono nggak ada bosen-bosennya sama dangdut." ucap Aileen lalu duduk disamping Darren.

"Gue aja sampe apal padahal gue nggak tau juga itu lagu siapa, tapi karena Pak Ono nyetel terus gue jadi apal,"

"Ah lo mah emang sering dengerin kali Ar makanya apal, nggak usah mengkambing hitamkan Pak Ono deh lo!"

"Ngomong ape si lo, bodo nggak jelas,"

"Lo yang nggak jelas wlee,"

"Iya-iya gue emang nggak jelas. Mau mandi lah gue, belom solat juga. Lo mandi juga deh, nanti abis mandi ke kamar gue, solat bareng. Eh biar nggak dosa, ajak Bi Juju, solat bertiga dulu sekarang, berduanya nanti kalo udah halal," ucap Darren lalu melangkah menaiki tangga, meninggalkan Aileen dengan senyuman diwajahnya.

"Dasar cowok! kalo ngomong nggak mikir dulu bikin baper atau enggak! gue baper tau!" ucap Aileen lalu melangkah menuju kamarnya, mandi bersih-bersih. Lalu pergi ke kamar Darren yang sudah ada Bi juju dengan mukenanya.

"Nah ini Non Aileen, hayu sekarang solat," ucap Bi Juju saat melihat Aileen yang datang sudah memakai mukena.

Aileen tersenyum lebar. "Nungguin ya." Sahutnya lalu tatapannya jatuh pada Darren. 

Darren selalu terlihat tampan jika memakai baju kokoh putih, sarung dan juga peci hitam jika ingin solat, Aileen kalau bisa ingin dihalalin sekarang juga. Ah Aileen ini mikir apa sih!

"Ayuk solat," ucap Darren.

Aileen tersenyum lalu mengangguk.

Mereka bertiga solat berjamaah empat rokaat, hingga salam. Darren menyalami tangan Bi Juju, Aileen spontan menjulurkan tangannya, Darren terdiam.

"Lo mau salim sama gue?" ucap Darren, membuat Aileen tersadar lalu langsung mengarahkan tangannya ke Bi Juju.

"A—apaansi, orang gue mau salim sama Bi Juju," Aileen menyalimi Bi Juju.

Darren tersenyum miring lalu kembali menghadap kiblat untuk berdoa.

Aileen menutup matanya, malu. Kenapa nalurinya menggerakan tangannya untuk menyalimi Darren sih? beruntung ada Bi Juju, Aileen jadi selamat.

××××

"Ai pulang sekolah jangan lupa, jadwal kita ziarah ke makam," ucap Darren setelah Aileen datang ke mejanya sambil membawa semangkuk bakso.

"Iyaa, nggak lupa kok gue. Tapi makasih ya udah diingetin, sekarang makan dulu lo, biar nggak kelaperan kaya kemarin," sahut Aileen seraya menuangkan sambal ke dalam mangkuk baksonya.

Darren menatap mangkuk siomay-nya. "Kayaknya enakan bakso deh daripada siomay." Ucap Darren.

Aileen langsung menoleh, salah satu kebiasan Darren adalah memesan sesuatu yang sebetulnya tidak benar-benar diingininya.

"Yaudah sini tukeran," ucap Aileen, lalu menukar mangkuk baksonya dengan mangkuk siomay milik Darren. 

Darren langsung tersenyum sumringah. "You are the only dah."

"Yee, giliran gini aja lo ngomong gue the only one."

"Hahah! eh tapi emang bener kok, lo the only one dihati gue, kalo nggak percaya, nanti juga lo percaya." Ucap Darren sambil mengaduk kuah bakso.

Aileen menatap Darren, Aileen hanya ingin tahu apakah kalau Darren bicara, dia itu serius ya? 

"Dari kecil bareng sama lo, gue masih ngak bisa bedain lo kalo lagi serius sama lagi bercanda suwer," ucap Aileen, lalu menuangkan bubuk cabai ke mangkuk siomay.

Darren menoleh lalu menaikan kedua alisnya. "Lo mau gue serius ngomong apa emang?"

Aileen menaikan satu alisnya. "Coba ngomong kalo lo sayang sama Mama Leta," 

Darren menelan kuah bakso, lalu membenarkan posisi duduknya. Matanya tepat menatap iris mata Aileen.

Aileen jadi deg-degan sendiri ditatap begitu.

"Gue—gue sayang sama lo Ai," ucap Darren lalu terseyum hangat.

Aileen merasa jantungnya butuh pasukan oksigen sekarang juga, rasanya kupu-kupu yang biasanya berterbangan di taman kini ada diperutnya.

Aileen menelan ludahnya, berusaha terlihat biasa saja. "Lo—lo mah orang gue serius juga, malah bercanda!" sahutnya lalu mengaduk siomay.

Darren tertawa, lalu kembali memakan baksonya. 

Aileen melirik Darren yang hanya tertawa, ternyata benar ya, ucapan Darren tadi hanya candaan semata. Ucapan Darren tadi harusnya tidak masuk ke dalam hati Aileen begitu saja.

Aileen memasukkan sesuap siomay ke dalam mulut, Darren memperhatikannya. Dalam hati Darren berharap bahwa Aileen menangkap sinyal-sinyal perasaan yang selalu dikirimnya. Dalam hati Darren berharap bahwa Aileen selalu menganggap serius setiap kata yang dia ucapkan padanya. Dalam hati Darren berharap bahwa Aileen juga menyayanginya lebih dari seorang sahabat, sama sepertinya. Dalam hati Darren berharap Aileen tahu bahwa yang barusan diucapkan Darren adalah kata yang datang dari hatinya.

Pengecut memang karena Darren hanya bisa berharap tanpa berani mengungkapkan. Tapi tidak kenapa, karena persahabatannya dengan Aileen lebih penting dari perasaannya untuk Aileen.

"Apa lo ngeliatin gue?" ucap Aileen lalu meminum teh kotaknya.

"Geer amat lo, makan ya makan aja, lagian seterah mata gue juga mau ngeliat kemana."

"Yeh sewot,"

"Eh diem."

"Ha?"

Darren menjulurkan tanggannya, dia membersihkan bekas coretan sebuah pulpen ditangan Aileen.

"Bocah banget ya lo? nggak ada buku emang sampe tangan lo yang dicoret-coret?"

Aileen terdiam, Darren memang sering memegang tangannya. Tapi rasa dihatinya tak pernah berubah, selalu begini.

"Daripada kaya lo coret-coret meja, merusak fasilitas sekolah,"

Darren sudah selesai membersihkan bekas coretan tadi, dia menatap Aileen. "Yang penting cuma fasilitas sekolah yang gue rusak, bukan perempuan."

Aileen tersenyum lebar. "Utuk-utuk anak ciapa ci ini." Aileen menjulurkan tangannya, mengacak-acak rambut Darren dengan gemas.

"Rapihin lagi nggak," ucap Darren saat Aileen hanya tertawa melihat rambutnya yang berantakan.

"Aileen rapihin!" 

"Hahah iya-iya ih galak banget si duren!" 

Aileen berdiri mendekati Darren, lalu mengerakkan tangannya untuk merapikan rambut Darren dengan lembut, Darren tersenyum.

Beberapa mata siswa yang sedang makan langsung tertuju pada mereka. Ada yang ikut tersenyum karena baper, ada yang mengigit sedotan, ada juga yang biasa saja karena Aileen dan Darren sudah biasa berduaan begitu. Mereka malah sampai bingung dan mengira bahwa Darren dan Aileen sebenarnya sudah berpacaran.

"Udah ya mas Paijo," ucap Aileen, lalu kembali duduk ditempatnya.

Darren mengambil ponselnya lalu melihat tatanan rambutnya yang sudah kembali seperti semula.

"Okee, makasih Juminten,"

"Aileen mohon maaf,"

"Eh iya, alien."

"Elah Ar kenapa si lo masih manggil alien! nama gue bagus-bagus juga!"

"HAHA, lagian nama lo mirip-mirip sama alien,"

"Ck! nama lo juga mirip-mirip sama duren!"

"Duren-duren, orang Darren"

"Bodoamat,"

"Alien dasar,"

"Duren dasar!"

××××

"Assalamualaikun Pa, Ma." ucap Aileen, lalu menaruh satu-satu tangkai bunga matahari diatas pusara masing-masing.

"Assalamualaikun Om, Tante. Darren dateng lagi," ucap Darren lalu mengusap kedua nisan orang tersayang Aileen.

Aileen tersenyum, suasana dua belas tahun lalu masih bisa ia rasakan setiap kali datang kemari, bagaimana dia bingung akan kemana perginya kedua orangtuanya, bagaimana Tante Vanka mengusap lembut kepalanya, bagaimana orang-orang yang memasang wajah sedih dan beberapa yang menangis sama sepertinya.

Aileen tanpa sadar menitikkan beberapa air mata, Aileen memang hanya bisa merasakan kasih sayang keduanya dalam waktu yang singkat. Tapi tetap saja, rasa rindu terasa dihatinya.

Darren melihat Aileen, dia mengusap bahu Aileen. "Kita doa yaa." Ucapnya. Aileen tersenyum lalu menganggukan kepala. Darren memimpin doa untuk kedua orang tuanya.

"Aamiin" ucap keduanya setelah selesai berdoa.

"Aileen sama Darren pamit dulu ya Pa, Ma. Assalamualaikum," ucap Aileen, Darren ikut mengucap salam di dalam hati.

Aileen dan Darren berdiri, masih ada satu tangkai bunga matahari digenggaman Aileen.

"Ayuk kita ke makam Om Zain," ajak Aileen, lalu mengambil tangan Darren untuk digenggam, mereka berdua melangkah melewati beberapa gundukan tanah, hingga sampai dipusara Zain.

"Assalamualaikum Pa," ucap Darren, Aileen ikut memberi salam.

"Aku bawain bunga matahari lagi buat Om," ucap Aileen lalu menaruh setangkai bunga matahari tadi di atas nisan Zain.

"Makasih Aileen," sahut Darren, Aileen mengusap bahu Darren.

Mereka berdua berdoa untuk Zain, lalu memutuskan untuk pulang setelahnya.

Darren hanya sedikit berbicara diperjalanan, Aileen paham. Darren memang begitu jika habis berziarah, mungkin perasaaan kehilangan kembali muncul dihati Darren, makanya Darren lebih memilih diam agar rasa sakitnya tidak terasa seperti sekarang.

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 122K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
1.3K 770 18
Berusaha untuk tidak rapuh, namun terlanjur runtuh. 2021 Cerita ini berlatar belakang di salah satu kota di provinsi Jawa tengah, yaitu kota yang kit...
33K 4.2K 33
Dulu Zanna mengidolakan Troy karena suaranya yang merdu. Tapi itu sebelum Zanna tahu kalo Troy pembuat onar sejati. Namanya jadi urutan teratas dalam...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.6M 309K 34
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...