[Book 2] Seoul City ▪ HenXiao...

By Olyzeev

38.5K 6.5K 1.6K

Kota Seoul menjadi saksi bagaimana pertemuan tanpa disengaja mereka perlahan menciptakan letupan afeksi penuh... More

Pt.1 : Xiao Dejun
Pt.2 : Hendery Huang
Pt.3 : The Concept of Destiny
Pt.4 : Here You Are
Pt.5 : Closer to Me
Pt.6 : There is Something Between Us
Pt.8 : An Unwritten Rule
Pt.9 : Step Away
Pt.10 : I'm Nothing But a Mess
Pt.11 : No One is Left by My Side
Pt.12 : Hello Again
Pt.13 : Destiny (END)
Epilogue : Seoul City
(1/2) Special Part
(2/2) Special Part

Pt.7 : Beautiful Mistake

2.1K 434 130
By Olyzeev

"Hei, kau yang disana."

Xiaojun refleks menoleh ketika namanya terpanggil, seketika menghentikan kegiatan pencarian penuh kewaspadaannya.

Dan ia sedikit menyesal dengan perbuatannya begitu mendapati sosok yang ia cari kini justru berdiri di belakangnya dengan gestur santai.

Sial. Lagi-lagi hanya ia yang berlebihan disini.

"Masih mengenaliku?"

Xiaojun meringis setengah hati, "Apa maksudmu?"

Hendery mengangkat bahu, menarik pelan lengan Xiaojun untuk membawanya duduk pada kursi tak jauh dari mereka. Satu kaleng soda disodorkan oleh Hendery. "Seseorang mengatakan padaku tentang kau yang menghindariku seharian. Dia pikir sesuatu terjadi diantara kita."

Xiaojun mengangkat sebelah alis, lalu pada detik berikutnya ia terbayang Cai Xukun yang masih terus bersikap sinis setiap waktu. "Xukun maksudmu?"

Hendery mengiyakan tanpa aksi verbal, ia hanya menunjukkan ekspresi jengah yang seketika dapat Xiaojun pahami.

"Dia memang dipenuhi dengan pemikiran negatif. Kuharap kau memahaminya."

"Sebenarnya, aku tak mempedulikan pemikiran siapapun disini. Poinnya adalah, kenapa kau tiba-tiba menghindariku?"

"Aku tidak."

"Kau terus berada di luar studio dan bahkan tidak mau menatapku."

Xiaojun menghela nafas panjang, ia tahu Hendery tidak akan membiarkannya lolos dengan mudah. Xiaojun kemudian membuka kaleng soda miliknya, meneguk dalam jumlah banyak sebelum menjawab tanpa pemikiran matang. "Bagaimana aku bisa bekerja dengan baik jika kita berada dalam satu ruangan yang sama?"

Dan ia terlalu lamban untuk menyadari langkah yang ia ambil salah besar.

Hendery tersenyum miring mendengarnya, lalu mencondongkan tubuh dengan menopang dagu. Tatapan pemuda itu lurus menatap Xiaojun yang jelas menghindari tatapannya. "Apa kau baru saja mengatakan jika aku membuatmu kehilangan konsentrasi?"

"Aku tidak mengatakannya." Xiaojun berusaha mengatakannya dengan penuh percaya diri, namun itu semua luntur seketika ketika pandangan mereka bertemu. Xiaojun merasa gugup tanpa bisa ia cegah--dan ia tahu ia akan membuatnya begitu kentara.

"Jadi, itu arti tersirat?"

Xiaojun harus menghentikan ini sekarang juga. "Cukup main-mainnya, aku harus pergi sekarang. Bukankah jam istirahat akan berakhir sebentar lagi?"

Namun Hendery dengan cepat menahan tangan Xiaojun yang hendak menghindarinya untuk kesekian kali. Ia memaksa Xiaojun untuk kembali duduk di sampingnya.

"Jam sembilan malam, aku akan mengirimkan lokasinya padamu. Kuharap kau tidak menghindar lagi."

Xiaojun setengah mendengus, "Tidak akan. Kau puas?"

Setelahnya, Hendery membiarkan Xiaojun pergi dengan senyuman begitu lebar sekaligus terlihat sangat konyol di mata Xiaojun.

🔸️Seoul City🔸️

Xiaojun hanya bisa ternganga saat melihat alamat pada pesan yang Hendery kirim kepadanya. Ia bahkan membacanya ulang untuk memastikan jika penglihatannya tak salah, dengan alis bertaut dan dengusan kesal keluar tanpa bisa ia cegah.

Penglihatannya memang tak salah, pola pikir Huang Hendery yang salah.

Lalu dengan langkah panjang, Xiaojun beranjak dari kamar hotelnya menuju lantai bawah. Xiaojun telah repot-repot memilih dan mengenakan baju kasual terbaik yang ia bawa. Xiaojun juga telah menata surainya serapi yang ia bisa. Setidaknya, Xiaojun sedikit bersemangat sebelum ini. Berekspektasi lebih kepada Hendery yang memberinya beberapa permainan tebakan--membuat janji mereka malam ini terasa spesial.

Namun, yang ia dapati hanyalah dirinya yang kini berdiri dengan jengah menghadap Hendery pada salah satu meja di restoran hotel yang ia tempati.

"Bersikap akan mengirim alamat padaku. Kenapa kau tak mengatakan dari awal jika kau mengajakku kesini?"

Hendery terkekeh mendapati rentet protes tersebut sebagai sapaan salam. Ia menyandarkan tubuh pada punggung kursi sembari menatap Xiaojun tanpa gentar. "Jika aku mengatakannya, kau mungkin hanya akan datang dengan kaus dan celana training. Mana mungkin aku membiarkannya."

Xiaojun mendengus, Hendery menebak tepat sasaran. Ia mana mungkin repot berdandan sampai seperti ini jika tujuannya adalah hotel yang ia singgahi.

Dengan kesal, Xiaojun menarik kursi di depan Hendery dan mendudukinya. "Kalau begitu ajak aku ke tempat lain."

"Aku tahu makanan di sini enak. Ayolah, jangan bertindak seperti tuan putri."

Xiaojun mencebik, "Bagaimana jika kita batalkan saja sekarang?"

Hendery tertawa, berhasil membuat Xiaojun terpaku selama beberapa saat untuk menyadari betapa manisnya senyuman pria itu. "Bagaimana mungkin aku membatalkannya setelah melihat penampilanmu seperti ini?"

Xiaojun semakin merasa dipermainkan, ia berniat beranjak sebelum perkataan selanjutnya dari Hendery menghentikan pergerakannya.

"Kupikir hanya aku yang mempedulikan penampilan disini."

Mereka kembali bersitatap. Tanpa bisa dicegah oleh pihak manapun. Seolah dua pasang obsidian itu memiliki daya tarik begitu besar yang tak berpenghalang.

Xiaojun sepenuhnya sadar jika apa yang ia rasakan terhadap Hendery salah. Ia pun mengerti jika Hendery tak seharusnya memperlakukannya seolah ia memiliki perasaan lain.

Namun, entah darimana datangnya, pemikiran Xiaojun tak bisa berhenti merapal  jika apapun kesalahan yang tengah mereka lakukan merupakan kesalahan indah yang mampu menghipnotis mereka untuk terjerumus semakin dalam. Mereka menjadi buta dan bahkan tidak memiliki pemikiran untuk berhenti.

🔸️Seoul City🔸️

Tidak ada yang berani sekadar berharap jika makan malam kala itu akan membuka jalan bagi keduanya untuk menjadi lebih dekat satu sama lain dalam waktu singkat. Namun, hal itu lah yang menjadi realita.

Pada hari berikutnya, Hendery berdiri dengan raut santai ketika menghadang langkah Xukun dan juga Xiaojun. Menawari mereka untuk makan siang bersamanya tanpa peduli jika Xukun menunjukkan raut penolakan yang kentara. Toh, Hendery pikir bukan pria itu yang menjadi target ajakannya saat ini.

“Kenapa?" Hendery bertanya heran, dia belum mendapatkan respon apapun sejak detik dimana dia mengutarakan ajakannya. “Kalian telah memesan menu makan siang?”

Xiaojun melirik Xukun sejenak, yang dibalas dengan sorot malas dari pria satu tahun di bawahnya tersebut. Lalu ia kembali menatap Hendery dengan pertimbangan. “Tidak kami belum memesan apapun.”

“Kalau begitu, jawabanmu adalah... iya?”

“Keberatan jika aku mengajak beberapa orang lain?”

Hendery jelas keberatan, tetapi ia tak mungkin dengan gamblang mengatakannya. Terlebih ia tahu dirinya hanya akan mendapatkan penolakan jika sampai ia melakukannya. “Oh, tentu tidak,”

Hendery tidak pernah menyangka ajakannya akan memberikan hasil buruk; setidaknya itu yang ada dalam pikiran Hendery. Tiba-tiba saja, Johnny, Ten, Winwin dan juga pria asing yang sebelumnya bahkan belum pernah ia temui bernama Doyoung telah bergabung tanpa malu. Membuat restoran tradisional itu seketika penuh dengan rombongan mereka.

Yang Hendery permasalahkan adalah, sosok Xiaojun kini berjarak begitu jauh dengannya. Hendery melirik Johnny dan Xukun secara bergantian dengan tajam, merekalah yang menjadi jarak sialan antara dirinya dengan Xiaojun. Tanpa kepekaan apapun memakan menu samgyupsal dengan lahap, mengabaikan tatapannya sepenuhnya.

Oh ya, kau tak suka daging babi kan?" Johnny bertanya setengah menggumam ketika melihat Hendery sama sekali tak menyentuh daging pada atas pemanggang. "Haruskah aku memesan daging sapi untukmu?"

Hendery meliriknya, dengan dengusan ia menjawab. "Tak perlu."

Hendery lalu beranjak dari duduknya, menyebabkan suara derit kursi yang mengalihkan perhatian beberapa orang disana; termasuk di dalamnya Xiao Dejun.

"Kemana?"

"Merokok."

Lalu dengan menghiraukan Johnny yang seperti ingin menahannya, Hendery pergi keluar dari rumah makan tersebut. Tujuannya bukan lain adalah halaman depan. Ia perlu beberapa batang nikotin untuk mengalihkan perhatiannya barang sejenak.

Johnny menggelengkan kepala tak habis pikir, lalu ia hendak kembali pada makanannya ketika derit lain terdengar dari arah kanan.

Xiaojun ikut berdiri, tersenyum canggung pada beberapa yang menatapnya lalu dengan bahasa mandarin ia berujar, "aku akan kebelakang."

Tak ada yang cukup peduli dengan kepergian pria itu. Pengecualian untuk Cai Xukun dan Seo Johnny. Mereka mengawasi kepergian Xiaojun dengan sorot berbeda. Johnny sedikit bingung, namun berakhir dengan bahu yang diangkat tanpa rasa peduli.

Sementara Xukun terlihat penuh arti, sarat akan kecurigaan meski ia tak lantas melakukan apapun. Xiaojun terlihat menyembunyikan banyak hal darinya, dan hal itu membuat Xukun sedikit tersinggung. Ia kira Xiaojun akan jujur setidaknya pada dirinya. Mereka dekat selama hampir lima tahun belakangan, namun sikap Xiaojun seolah tak membuatnya memiliki perubahan apapun.

"Arah kamar mandi tidak disana.."

Gumaman dari Yangyang-salah seorang staf dari agensinya- menyadarkan Xukun. Ia kemudian beralih dengan getaran pada bola mata.

Jelas, rasa kecewa bercampur kekesalan itu ada.

🔸️Seoul City🔸️

"Apa suasana hatimu memburuk?"

Hendery menoleh, seketika menegakkan tubuh saat visual dari orang yang tengah bersemayam di pikirannya telah berada di hadapannya dengan senyuman tipis.

"Xiaojun," ujarannya tertahan, kemudian ia menggulirkan sejenak pandangannya untuk menetralkan diri. "Kau... sudah selesai dengan makananmu?"

Xiaojun terkekeh kecil, "Dari awal aku tidak datang untuk makan siang."

"Lalu?"

Xiaojun tak menjawab, ia hanya menatap Hendery dengan tatapan dalam seolah ingin menyampaikan sesuatu. Yang membuat pria di hadapannya sejenak melupakan cara untuk menarik oksigen. Terlalu larut dalam sorot itu, menuliskan beberapa skenario konyol pada pemikirannya karena ucapan pria itu.

Ia tak ingin bersikap terlalu fiktif, tapi tindakan Xiaojun ini seolah menghantarkan arti lain.

Bahwa Xiaojun datang karena ajakannya. Karena dirinya.

"Kau mau?" Hendery pada akhirnya mengulurkan sebungkus rokok yang telah terbuka kepada Xiaojun. Pikirannya terlalu kacau untuk sekadar menimang perbuatannya.

"Aku tidak merokok,"

Jawaban itu membuat Hendery menarik tangan dengan gerakan kaku. Lalu mengusap tengkuk dan membiarkan Xiaojun hanya berdiri di sampingnya dengan pandangan menerawang kearah jalan raya di depan mereka. Dalam sebuah keheningan menyiksa namun dalam satu waktu ia merasa ringan; nyaman dan menyenangkan.

"Besok hari terakhir, bukan?" Hendery menoleh, menatap Xiaojun yang juga menatapnya dengan alis terangkat. "Maksudku, pekerjaanmu."

"Ya." Xiaojun menjawab ringan, mengembalikan pandangannya ke depan--namun tidak untuk pria di sampingnya yang masih mengamati wajah Xiaojun dengan lekat. "Tapi perusahaan memberi waktu tiga hari lebih untuk berlibur."

"Benarkah?"

Xiaojun kembali mengarahkan atensi pada Hendery dan mendapati sepasang netra pria itu berbinar. Ia terkekeh kecil. "Kau terdengar seolah ingin mengajakku ke suatu tempat."

"Tidak buruk,"

"Kenapa?" Xiaojun tersenyum mendengus, "Kau ingin membawaku ke pantai itu lagi?"

Hendery tak lantas menjawab, ia melipat kedua tangannya di depan dada dengan tarikan pada sudut bibir. "Kau ingin kesana?"

"Aku tidak."

"Bukankah tempat itu membawamu pada sebuah kenangan?" Hendery berujar dengan nada ditarik-tarik; sengaja menggoda Xiaojun yang mulai gusar. "Seperti ciuma-"

"Kau tidak berpikir jika ciuman itu pertama untukku 'kan?"

Hendery mengerjap dua kali dengan pandangan polos. "Memangnya bukan?"

"Kau pikir aku senaif itu?"

"Padahal itu pertama untukku."

"Jangan bercanda. Katakan hal itu ketika statusmu bukanlah seseorang yang telah memiliki kekasih."

"Apa bahkan kau percaya.." Hendery mengambil satu langkah mendekat. Xiaojun seketika merasakan seolah ia berada dalam sebuah deja vu. "..jika hal terjauh yang aku dan Jaemin lakukan hanya sebatas bergandengan tangan?"

"Kenapa aku harus percaya?"

"Apa yang harus kulakukan untuk membuatmu percaya?" Jarak mereka terlalu dekat, deru nafas saling bersahutan dalam suasana tegang. "Haruskah aku mereka ulang kejadian di pantai satu tahun lalu?"

Mengembalikan kesadarannya, Xiaojun mengalihkan wajah dengan dorongan pada bibir Hendery. "Berhenti, oke? Aku percaya, aku akan percaya jika itu yang kau inginkan."

Hendery tersenyum penuh akan rasa puas, lalu menarik diri. Ia membuang putung rokok yang masih setengah lalu menginjaknya.

"Aku serius tentang mengajakmu kembali kesana." Ia kembali menatap Xiaojun yang masih tak bergeming di tempatnya. Hendery tersenyum tipis.

"Hubungi aku kalau kau mempunyai waktu luang."

Hendery berlalu kembali memasuki rumah makan itu. Dan Xiaojun hanya termenung di tempatnya sembari memejamkan matanya dan membuang napas.

Tidak, ini salah.

To Be Continue

Soundtrack : The Virgin - Cinta Terlarang

WKWKWK

Continue Reading

You'll Also Like

15.6K 1.3K 35
Huang Renjun, anak pindahan bertemu Guanlin bocah yang sangat nakal sampai" hanya beberapa orang yang ingin berteman dengannya? Dan sebenarnya apa al...
73.8K 8.4K 18
Gw nggak pinter bikin deskripsi:) Sungchan adalah pangeran alpha darah murni alias Sang Elder yg dingin,datar dan tidak kenal belas kasihan yg harus...
40.3K 5.9K 21
Tentang Jennie Aruna, Si kakak kelas yang menyukai Alisa si adik kelas baru dengan brutal, ugal-ugalan, pokoknya trobos ajalah GXG
16.4K 2.4K 7
"Kini, musim dingin tidak sedingin dahulu, karena aku memilikimu." Here's to bring you back to the winter. Inspired by Miracle - Got7 and Hari Tokei...