My Ice Senior [Complete]

By DilaWahidatu

1.4M 107K 3.7K

[Masih Lengkap] Ini tentang bagaimana Adira menyukai Febby-kakak kelasnya yang mempunyai sifat dingin seperti... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62
Part 63
Part 64
Part 65 (End)
Extra Part
Annoucement

Part 35

19.4K 1.4K 78
By DilaWahidatu

Bel pulang sudah berbunyi, Adira berdiri dari kursinya, mengambil tasnya lalu menyampirkan di sebelah bahunya.

Gadis itu berjalan keluar kelas, sesekali dia membuka kamera di ponsel nya untuk sekedar berkaca melihat penampilannya.

Saat ini Dia akan menemui Febby di parkiran, kira kira ada apa ya? Begitulah hal yang menjadi sebuah pertanyaan di kepalanya.

Saat sudah sampai di parkiran, Adira mendadak gugup, jantungnya berdegup cepat. Dia melihat Febby tengah bersandar di motor sport miliknya dengan telinga dipasang earphone. Mau bagaimana pun juga Febby tetep terlihat istimewa dimatanya

Adira menarik napasnya lalu menghembuskan, dia mencoba bersikap biasa saja. Cewek itu melanjutkan langkah kakinya menuju tempat Febby berada.

"Kak Feb..." panggilan Adira, membuat Febby mendongak lalu melepas earphone nya.

"Oh, udah dari tadi?"

"Enggak kok barusan" mendengar itu Febby hanya mengangguk sambil menyimpan kembali ponsel dan earphone nya di dalam tas. "Oh iya kak, ada apa ya nyuruh aku kesini?"

"Pulang bareng, apalagi?"

"Ha?"

"Mulai sekarang sampai seterusnya-" sampai keaadaan membaik lanjut Febby dalam hati. "Lo berangkat dan pulang bareng gue"

"Ba-bareng kakak?"

"Iya"

"Tapi hari ini aku gak bisa"

"Kenapa?"

"Aku udah minta jemput bang Faiz"

"Faiz gak bakal jemput lo. Karena gue udah bilang ke dia"

"Tapi, bang Faiz kan udah janji bakal nganterin ke gramed"

"Yaudah, gue anterin"

"Serius kak?"

"Hmm" gumam Febby, lalu menyerahkan sebuah helm kepada Adira yang dia pinjam dari Farhan. Bukan minjem, lebih tepatnya memalak.

Adira menerima helm tersebut lalu mamakainya. Dirinya bertanya tanya apakah Febby membawakan khusus helm untuk dirinya.

"Perasaan tadi pagi gak ada helm ini deh dimotor kak Febby" gumam Adira

Febby menganggkat sebelah alisnya, gumaman gadis itu terdengar ditelinganya, membuat Febby tersenyum tipis. "Helmnya tadi gue pinjem sama Farhan"

Lha kak Febby denger omongan gue? Tanya Adira dalam hati. Gadis itu merutuki dirinya, dia benar benar malu.

Dengan ragu, Adira mendongakkan kepalanya, matanya bertemu dengan mata tajam Febby ternyata cowok itu sedang memperhatikannya. Saat itu juga jantungnya berpacu dengan cepat, segera mungkin Adira memalingkan wajahnya, dia yakin pipinya sudah bersemu merah. Disaat Adira ingin memakai helmnya, tiba tiba dia ingat sesuatu.

Kalo ini helm diambil dari kak Farhan berarti, Amira-pulang pake helm siapa?.

"Kak, berarti ini helmnya-"

Seakan tau arah pembicaraan Adira, Febby pun memotong cepat ucapan gadis itu. "Tenang aja, itu urusan Farhan"

Adira mengangguk, tapi hatinya merasa tak enak dengan Amira. "Berarti besok aku bawa helm sendiri dari rumah aja kak," ujar Adira sambil memasangkan helm tersebut ke kepalanya.

"Hmm"

Kali ini banyak sepasang mata murid murid SMA Starla yang berlalu lalang, sedang memperhatikan mereka berdua sambil berbisik.

"Udah jangan di dengerin," ucap Febby, membuat Adira menoleh sepenuhnya ke arah cowok itu lalu mengangguk singkat.

Setelah itu, dengan bantuan tangan Febby, dirinya naik ke atas motor sport itu. Dengan tas Febby sebagai penghalang antara mereka berdua.

Sementara itu, dibalik pohon dekat parkiran ada empat orang cowok yang tengah mengintip sekaligus menguping percakapan Febby dan Adira tadi, mereka berbentuk seperti tingkat, Brian paling bawah dengan posisi jongkok, disusul Derwin, Farel dan terakhir Farhan.

"Pantes tuh cowok ngebet banget pinjem helm khusus buat Amira," ucap Farhan yang berada paling atas.

"Win, lo denger gak kayak ada suara orang diantara kita," ucap Brian merasa aneh. Bagaimana tidak aneh? Setaunya tadi hanya ada mereka bertiga disini.

"Farel mungkin," ucap Derwin yang masih fokus mengintip.

"Kok gue, gue daritadi gak ngomong apa apa. Eh, eh tapi punggung gue pegel." Farel menyaut yang berada di atas Derwin

"Jangan jangan-"

"Kalian bertiga ngomongin apa sih? Orang ini gue-Farhan." ketiganya menengok ke belakang dan terjatuh karena kaget.

"Heh bangke! Sejak kapan lo disini? Ngagetin aja!" ucap Brian yang terjatuh paling bawah dan tertimpa kedua temannya. "Kalian berdua bangun, badan gue sakit!"

Mendengar ucapan Brian, kedua temannya pun bangkit.

"Tadi gue liat lo bertiga disini kayak ngintipin seseorang, ya gue yang penasaran ikutan." ucap Farhan santai.

"Kita lagi ngintipin Febby, tau gak!" kata Derwin sewot.

"Ternyata niat kita sama."

"Sama apaan dah."

"Tadi helm yang biasa dipake cewek gue, dirampas gitu aja sama tuh papan triplek. Gara gara gak ada helm, ujung ujungnya gue gak pulang bareng Amira, dia malah pulang naik angkot." curhan Farhan.

"Cewek lo marah gak?" tanya Brian sambil memegangi punggungnya.

"Enggak sih."

"Nah yaudah, ikhlasin aja. Sekali kali baik sama abangnya sendiri."

"Serah!" ucap Farhan jengah. "Eh betewe, abang gue beneran punya pacar ya?"

"Ya lo liat sendiri kan tadi?"

"Akhirnya ada yang mau juga sama abang gue." Farel terlihat kegirangan, membuat ketiga teman Febby itu menatapnya aneh sekaligus ngeri.

"Dah lah gue mau pulang, badan gue sakit semua," ucap Brian lalu berjalan menuju parkiran.

"Bri, gue nebeng lo ya!" ucap Derwin menyusul langkah Brian.

Setelah sadar dari kelakuannya, Farhan menatap Farel "Lo juga mau pulang?"

"Iya," jawab Farel seadanya.

"Yaudah bareng ke parkirannya." akhirnya mereka berdua menyusul Brian dan Derein ke parkiran.

***

Ketika sampai di gramedia, Adira dengan antusias, langsung menuju rak buku yang berisi novel karya penulis favoritnya sampai sampai dia tak sadar jika masih ada Febby yang berada di belakangnya.

"Lo sebegitu sukanya sama novel?" tanya Febby yang kini berada di samping Adira sambil memegang sebuah novel.

"Iya kak. Kadang aku kepengen bisa nulis cerita dari imajinasi ku sendiri, tapi masih suka ragu," curhat Adira. Gadis itu mengambil novel yang akan dibelinya lalu dia berjalan mengelilingi rak rak buku bersama Febby. "Kak Febby suka baca novel juga?"

"Enggak."

"Yah gak seru." di sela sela langkah mereka, dengan tiba tiba Febby berhenti, begitu juga Adira.

Cowok itu mengambil sebuah buku yang Adira yakin di dalamnya berisi tulisan bahasa inggris. Terlihat dari covernya.

"Masih mau disini?" tanya nya setelah mengambil buku tersebut.

"Enggak kok, udah selesai."

"Siniin novel lo. Biar sekalian gue bayar."

"Gak usah kak, aku bawa uangnya kok."

"Gak ada penolakan!" akhirnya Adira menyerahkan novel tersebut.

Setelah membayar buku, mereka kembali menaiki motor untuk bergegas pulang, langit juga sudah terlihat mendung, sebentar lagi pasti akan turun hujan.

Sepanjang jalan hanya keheningan melanda sampai terasa air dari langit mulai berjatuhan ke bumi. Hujan telah turun. Tapi, jarak rumah masih lumayan jauh.

Lama kelamaan, gerimis itu menjadi hujan yang lebat, mau tak mau membuat Febby menepikan motornya ke sebuah ruko pinggir jalan yang sudah tutup.

"Sorry ya lo harus kehujanan gini. Gue tadi lupa bawa jas hujan," ucap Febby kepada Adira yang bajunya basah dan rambutnya yang lepek karena air hujan.

"Gak apa kak." cewek itu tersenyum. Untung saja tas yang ia pakai anti air, jadi buku buku didalamnya tetap aman.

"Gue gak biasa pake mobil ke sekolah karena takut macet di jalan, makanya gue pake motor," ucap Febby menjelaskan. Padahal Adira tidak nanya.

Febby melirik Adira yang berdiri disampingnya, cewek itu mengusap usap kedua tangannya karena kedinginan. Tapi ada satu hal yang membuat Febby dengan cepat menghadap ke depan lagi.

"L-lo bawa jaket gak?" kata Febby "Soalnya gue gak bawa."

"Ha? Aku bawa jaketnya kak Febby kok. Mau pulangin tapi lupa terus." Adira segera mengeluarkan jaket tersebut dan memberikannya kepada Febby.

"Lo aja yang make, cepetan!" cowok itu enggan menoleh kearah Adira.

"Tadikan kakak yang nanyain jaket." Febby gemas sendiri, cewek itu ternyata tidak peka.

Dengan ragu, Febby pun mengatakannya "Baju lo."

Dua kata itu langsung membuat Adira tersadar dan cepat cepat memakai jaket tersebut. Pipinya memerah malu, pasti Febby melihat-ah sudahlah.

"Udah jangan dibahas!" kata Febby membuat Adira yang ingin bertanya kini kembali bungkan.

Lalu hening kembali, cuaca semakin dingin, hujan juga semakin deras. Febby sekali lagi melirik gadis yang tampak kebesaran memakai jaket miliknya itu, seperti orang orangan sawah, hanya melengkungkan senyuman tipis.

Adira yang tidak suka suasana canggung, kini bingung ingin membuka topik pembicaraan. Begitu juga Febby yang mengetahui bahwa gadis itu tidak suka kecanggungan mencari cara membuka percakapan.

Keheningan itu terus berlanjut, sampai seorang pedagang jagung rebus ikut meneduh di sana.

Melihat pedagang itu Febby jadi punya ide. "Ada jagung, lo mau?" tawar Febby tiba tiba yang langsung membuat Adira menoleh ke arahnya lalu ikut melihat arah pedagang yang ditunjuk Febby dengan dagu.

"Bo-boleh." Febby pun berjalan mendekati pedagang tersebut dan diikuti Adira dibelakangnya.

"Pak, jagung nya dua." pesannya, lalu tak lama penjual jagung yang tampak berusia paruh baya tersebut langsung memeberikan pesanan Febby.

"Ini buat lo." Febby menyerahkan sebuah jagung rebus kepada gadis itu.

Adira pun menerimanya. "Makasih kak."

"Hmm." setelah dapat jawaban dari Febby, cewek itu mulai menikmati jagung miliknya.

"Adek berdua ini kehujanan daritadi ya?" tanya si abang penjual jagung.

"Iya pak," jawab Febby.

"Ntar pacarnya pas pulang langsung disuruh mandi air hangat, takutnya demam kayak anak saya. Sekarang ini cuacanya lagi gak tentu, kadang panas terik, kadang tiba tiba hujan" ujarnya sambil menyusun jagung jagung tersebut di gerobaknya.

"Iya pak." kali ini Adira yang menjawab.

Lalu mereka kembali menikmati jagung tersebut, sambil menunggu suara rintik air yang turun ke bumi mereda.

TBC

Jadi gimana sama part ini? Semoga suka ya ehe...

Jangan lupa vote dan comment... See you

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 109K 55
Ketika 2 orang bermusuhan disatukan karna perjodohan. Bagaimana kelanjutannya? ⚠️WARNING!!⚠️ cerita ini banyak mengandung kata-kata kasar, umpatan da...
97.4K 8.4K 59
Tentang Aksa Gibran Pratama yang dipertemukan dengan orang yang selalu mengejar cintanya, tak lain adalah Sherina Aliesa Alexandra. Namun, hatinya ju...
2.6M 138K 55
"Status doang pacaran, tapi dianya lebih asik sama sahabatnya sendiri. Sebenarnya pacar dia tuh gue atau cewek itu sih? Kesal banget!" sewot Alissa y...
294K 14K 50
[ COMPLETED ] hanya butuh kamu untuk menemani malam yang kian semakin semu. copyright 2017 ©heyours