1 Detak 2 Detik

By ta_taa24

2.2K 1.4K 1K

Saat semua itu terbongkar, ekspresi apa yang cocok untuk mengungkapkan kejadian ini? Ekspresi sedih atau sena... More

prolog
suatu kebetulan atau sudah ditakdirkan?
Kesepakatan
Rambut Nenek
Rindu
mimpi kembali ke masa lalu
Seragam

kena hukum

404 264 220
By ta_taa24

☃️JANGAN PM CERITA DI KOLKOM.
☃️TYPO BERTEBARAN, BANTU KRISAR.
☃️ HAPPY READING.

❄️❄️❄️

"Ra? Ara kamu dimana? Aku ada sesuatu nih buat kamu," teriak Rasel.

"Aku disini, kenapa sih teriak-teriak?" sahut Rahel.

"Eh, sejak kapan kamu ada disofa? Perasaan kamu tadi gak ada disitu?" tanya Rasel.

"Sejak kamu teriak, kamu aja yang gak liat," ucap Rahel malas, "emang kamu bawa apa buat aku?"

Rahel mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.

"Nih Ra, tadi waktu aku main, aku liat bapak-bapak jualan mainan, aku kasian liatnya, jadi aku menghampiri dan membeli barang dagangan, yaitu kalung bulan bintang ini. Bagus kan kalungnya? Nih kamu yang bintang ya, aku yang bulan," papar Rasel dengan menyerahkan kalung bintang ke Rahel

"Wah iya bagus banget." Rahel menyambut kalung pemberian dari Rasel dengan senang.

"Sini aku pakaiin Ra."

Rasel menggambil kalung bintang, lalu memasangkan dileher Rahel. Begitupun sebaliknya, Rahel memasang kalung bintang keleher Rasel.

"Ra, kamu harus harus janji sama aku, kalau kamu akan pakai kalung ini sampai kamu besar nanti, dan jangan pernah sekalipun kamu melepasnya. Janji?" ucap Rasel dengan mengangkat jari kelingking.

Rahel membalasnya dengan mengangkat jari kelingking. "Iya, aku janji. Aku akan pakai kalung ini sampai aku besar."

"Huuu mimpi itu lagi," keluh Rahel, "Sel gue udah nepatin janji gue, kalau bakal pakai kalung ini sampai gue besar. Gue pengen lo tau," sambung Rahel bergumam.

"Ra? Ara ayo bangun, kamu gak sekolah? nanti telat loh," teriak Yana, mama Rahel.

"Iy ma, Ara uda bangun, ini aku mau mandi!" jawab Rahel.

Setelah Rahel mandi dan mengenakan seragam sekolah, Rahel pun turun untuk sarapan pagi dengan mama dan papanya.

"Pagi ma, pa," Sapa Rahel.

"Pagi juga sayang," balas mereka serempak.

Hening menyelimuti mereka, tidak ada yang bicara hanya terdengar suara dentingan sendok dan piring saling bertabrakan.

"Ra mau dianterin siapa? papa atau pak Budi? tanya Pradana, papa Rahel.

"Pak Budi aja Pa," balas Rahel sambil menyuapkan nasi kedalam mulutnya.

"Kenapa sih Ra? semenjak kejadian kecelakaan 12 tahun yang lalu kamu nggak mau dianterin sama papa, kenapa?" tanya Pradana keanaknya lembut. Ada rasa sedih yang mendalam didalam hatinya.

Brakk....

"Stop pa, stop. Jangan ingatkan aku sama kejadian dua belas tahun yang lalu!" teriak Rahel seraya menggebrak meja makan.

Setelah kejadian kecelakaan dua belas tahun yang lalu, Rahel sekarang tidak mau diantarkan oleh papanya, karena dia pikir papanya lah yang membuat kecelakaan itu.

Setelah Rahel berkata seperti itu dia mengambil tasnya di sofa dan keluar menuju mobil untuk berangkat ke sekolahnya.

Sesampai di sekolah Rahel langsung pergi kekelas, dan mendudukkan dirinya dengan kasar.

"Hei, lo kenapa sih? Kok itu muka kusut banget, kayak baju belum disetrika," ejek zela, teman sebangkunya.

"Tadi gue abis ketemu kucing rese."

"Hahaha lo ada-ada aja deh."

"Auah."

Kring..kring..

Bel masuk kelas berbunyi, semua murid masuk kekelas, dan menunggu guru masuk.

"Assalamualaikum, selamat pagi," sapa pak Jono, guru fisika.

"Waalaikumsalam pak," jawab semua murid barengan.

"La? Emang sekarang ada pelajaran fisika ya?" bisik Rahel ke Zela.

"Iya ada lah."

"Hah? Serius? Sekarang hari Kamis kan?"

"Lo sakit ya? Sekarang tuh masih hari Rabu," jelas Zela seraya menyentil jidat Rahel.

"Mampus, gue salah bawa jadwal, mana ada tugas lagi."

"Lo salah bawa jadwal? Hahaha terima hukum aja ya, gue bantu dengan doa," ejek Zela.

"Sialan lo," umpat Rahel.

"Ada tugas kan? Keluarkan tugas kalian,  lalu taruh diatas meja masing-masing, saya akan berkeliling untuk menilainya, jika tidak mengerjakan tugas akan saya hukum," perintah Pak Jono mutlak.

"Aduh gimana ini gue nanti kena hukum, tenang Ra tenang. Hadapi hukumannya dengan senang." Batin Rahel mencoba menenangkan hatinya.

Dari bangku ke bangku, telah Pak Jono lewati, dan sekarang ia tepat pada bangku milik Rahel.

"Rahel mana tugas mu? Kamu belum ngerjain ya?" tanya pak Jono.

"Eh, itu pak anu gimana ya? Jadi gini pak saya sudah ngerjain tugas kok pak," jawab Rahel sedikit gugup.

"Lalu?"

"Lalu saya salah menata jadwal," gumam Rahel pelan diakhiri kalimat.

"Baiklah kamu keluar sekarang, dan hormat bendera selama satu jam pelajaran saya, setelah itu kamu kembali kekelas.

"Lah gitu doang hukuman, tumben baik?" Batin Rahel.

Rahel bediri, lalu berjalan menuju ke pintu.

"Tunggu!" cegah Pak Jono.

Rahel berhenti, kemudian berbalik menghadap Pak Jono. 'i..iya pak, ada apa?"

"Sepulang sekolah kamu bersihkan toilet," titah Pak Jono lagi.

"Hah? Serius? Gue? Gue bersihin toilet? Ya Tuhan cobaan apa yang engkau berikan? Kumenangisssss membayangkan betapa baunya toilet," batin Rahel dramatis.

"Iya pak." Kemudian dia melanjutkan perjalanan menuju lapangan.

"Hai kak Rahel," sapa adik kelas.

"Oh ya, hai juga," balasnya ramah.

Ia mulai menjalankan hukumannya dengan hati yang sedikit dongkol, tak luput dari sorotan semua murid

Dua puluh menit sudah berlalu, keringat mulai bercucuran, rasa harus pun melanda diri Rahel.

"Duh gue haus, pergi ke kantin dulu ah, sekalian nongkrong disana sampai jam pertama fisika habis."

Sesampai di kantin.

"Bu Ninik, pesan es teh segelas sama bakso semangkuk ya."

"Iya ambil aja sendiri, kayak biasanya, gue masih sibuk nih," Bu Ninik yang masih sibuk dengan hpnya.

Bu Ninik adalah kedai langganan Rahel.

"Hahaha siap Bu, hpan mulu Bu, hayo pacaran sama brondong ya," goda Rahel.

"Ya enggak lah, gue lagi ngurus orderan kue."

"Oh gitu, semoga laris manis ya Bu."

"Amin."

Setelah meracik bakso dan membuat es teh ala chef Rahel, dia berjalan kemeja yang tak jauh jadi kedai Bu Ninik.

Lima menit untuk Rahel menghabiskan hidangannya, dia kembali kekedai Bu Ninik untuk membayar makanan.

Ia merogoh saku rok dan bajunya, namun tak ada uang sepeser pun didalamnya. "Loh kok gak ada? Wah jangan-jangan ketinggalan di tas."

Dan Rahel berpikir membayarnya dengan apa, mengambil uang ditasnya? Tidak mungkin, apa kata Pak Jono nanti. Ia masih berfikir keras.

Setelah sekian lama berpikir keras, akhirnya dia menemukan ide. "Oh ya gue bisa bayar dengan kalung bintang ini sebagai jaminan.

Ketika ingin melepas kalung itu, dirinya teringat suatu janji kepada sang kakak.

"Ra, kamu harus harus janji sama aku, kalau kamu akan pakai kalung ini sampai kamu besar nanti, dan jangan pernah sekalipun kamu melepasnya. Janji?"

"Ah tidak-tidak, ini tidak mungkin. Gue gak bisa ngelepasin kalung ini."

Rahel mulai berpikir keras lagi, ia melihat kebawah mencoba mencari ide yang bagus.

"Oke sudah dipastikan bahwa sepatu gue yang akan jadi jaminannya!" Seru Rahel mantap.

Rahel melepas sepatunya dan dibawah ke kedai Bu Ninik.

"Bu Ninik, Rahel gak bawah uang buat bayar, jadi Rahel serahkan sepatu ini sebagai jaminannya, nanti Rahel tebus waktu istirahat," papar Rahel.

"Oh oke, taruh aja disitu."

Kemudian Rahel berjalan kelapangan tanpa sepatu, sisa waktu lima belas menit untuk melanjutkan hukumannya.

Hukumannya dijalani Rahel sudah selesai, ia kemudian kembali kekelas.

"Pak saya boleh masuk? Saya sudah menjalankan hukumannya." Ijin Rahel

"Silakan, dan mana sepatu kamu?" Tanya Pak Jono.

"Oh itu Pak, anu tadi.."

"Sudah gak usah dijalankan, kamu silakan duduk dan kerjakan buku paket halaman lima puluh sampai lima puluh tujuh, besok harus sudah di meja saya bareng teman-teman mu," suruh dan jelas Pak Jono.

Kring..kring..

Bel istirahat pertama berbunyi, suara yang di nantikan oleh semua murid.

"Ra kantin yuk?" ajak Zela.

"Kuy."

"Lah sepatu lo kemana?" tanya Zela kebingungan melihat Rahel tidak memakai sepatu.

"Gua gadaiin" jawab Rahel singkat.

"Hah?"

Sesampai dikantin, nampak kendai Bu Ninik ramai dengan manusia yang kelaparan.

"Misi woy, orang imut sedunia mau lewat kasih jalan dikit," teriak Rahel sedikit mendorong kesamping orang yang berada dihadapannya.

"Weh antri dong."

"Sok imut lo, padahal mah kagak."

"Tau tuh."

"Eh siapa sih ini main nyerobot aja?"

Itulah protes mereka.

"Apa hah? Sirik aja kang iri, gue gak ada urusan Ama kalian," cemooh Rahel.

"Bu Ninik mana sepatu Rahel, ini uangnya."

"Taruh aja diloker."

Rahel menaruh uangnya diloker, ia keluar dari kedai Bu Ninik

"Zela kemana ya? Perasaan tadi ada dibelakang, ngilang mulu tuh pemain figuran," gerutu Rahel.

"Woi Rahel sini lo."panggil Zela, yang sudah duduk dikursi bersama makanan yang ia pesan entah kapan.

Rahel yang mendengar teriakkan Zela langsung menuji ke dia.

"Oh lo disitu, kirain lo di culik ama gadun," canda Rahel.

"Hahaha ya kali ah disini ada gadun, btw lo gak pesen makanan?"

"Nggak, gue udah makan waktu di hukum tadi."

❄️❄️❄️

Ketika diksi tak lagi berguna, maka hatilah satu-satunya perantara.

(Quote hanya untuk pajangan)

❄️❄️❄️



Segini aja ya. Maaf kalau adanya typo author khilaf.
Jan lupa vote dan komen☃️⛄

Continue Reading

You'll Also Like

3M 148K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
841K 63.8K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
5.9M 389K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
258K 11.8K 17
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓵𝓲𝓼𝓪𝓷�...