Rumah Bangtan | BTS Lokal

By rapsodiary

142K 15.8K 2.7K

Selamat datang di Rumah Bangtan! Tidak ada yang spesial dari rumah nomor 13 ini selain rumah yang dihuni oleh... More

Penghuni Rumah Bangtan
Awal Mula Bangtan
Anak Bangtan IG Profile
Ospek Jungkook
Budak Cinta [JK]
Bukan Friendzone Pt.1 [YG]
Bukan Friendzone pt. 2 [YG]
Kakak Manis Siapa Yang Punya Pt. 1 [JM]
Kakak Manis Siapa yang Punya pt.2 [JM]
Hari Bersamanya [NJ]
Kisah Tentang Nyamuk pt.1 [HS]
Kisah Tentang Nyamuk pt 2 [HS]
Tentang Mas Seokjin pt.1 [SJ]
Tentang Mas Seokjin pt. 2
Sekotak Bekal pt. 1 [TH]
Trailer
Bangtan's Daily Life - Insiden Handuk Basah
Best Man [Bangtan Chat Group]
Ramadan with Bangtan; Iga Penyet
Royal Wedding and Speech of Best Man
vote + give away
Pengumuman Give Away
PEMENANG GIVE AWAY

Sekotak Bekal pt. 2 [TH]

3.4K 513 140
By rapsodiary

[Disarankan untuk membacanya dengan keadaan online karena beberapa isi cerita ada dalam format gambar-chat]

Taehyung menatap layar ponselnya dengan dahi berkerut. Ia merasa bahwa hidupnya terasa baik-baik saja beberapa menit yang lalu. Belum ada tiga menit Taehyung masuk ke kamar setelah nonton liga Inggris di ruang keluarga bersama penghuni Bangtan lain, bagaimana mungkin kini Taehyung merasa dunia yang dipijaknya terbelah dan langit yang menaunginya runtuh hanya dengan tiga kata tersebut.

Taehyung menekan tombol pemanggil. Taehyung bahkan tidak bisa mengetikkan sepatah katapun di kolom balasan karena Taehyung terlalu bingung dengan apa yang terjadi. Taehyung hilang arah.

"Nomor telepon yang anda tuju sedang tidak aktif, silahkan melakukan panggilan sesaat lagi."

Dengan tangan sedikit bergetar dan jantung berdegup keras, Taehyung mengetikkan pesan. Bukan balasan untuk pesan tersebut karena Taehyung sendiri merasa surreal dengan pesan tersebut.

Taehyung meletakkan ponselnya di atas nakas. Mencoba memberi sugesti pada diri sendiri kalau semua akan baik-baik saja. Mungkin Saras hanya salah kirim pesan atau ingin bercanda—meski kalau benar candaan itu sama sekali tidak lucu. Ya, Taehyung secara sadar sedang mencoba melakukan denial terhadap apa yang terjadi.

Kalau sekarang bukan jam dua pagi, mungkin kini Taehyung sudah dalam perjalanannya menuju kostan Saras.

Taehyung tidak bisa tidur sampai adzan subuh yang mulai berkumandang disusul ketukan di pintu kamarnya. Mas Seokjin muncul di ambang pintu, sudah siap dengan pakaiannya untuk shalat Subuh berjamaah di masjid.

"Tae, udah bangun?"

Taehyung mengangguk, tidak berkata jujur kalau dirinya bahkan belum tidur sama sekali sejak mereka selesai menonton pertandingan bola semalam.

"Mau ikut subuhan di masjid, nggak?" tanya Seokjin sambil membuka pintu kamar lebih lebar.

Tanpa berpikir panjang Taehyung mengangguk dan mengganti celana tidurnya dengan celana panjang lalu mengambil wudhu di kamar mandi.

Mas Seokjin sejak dulu selalu menjadi penghuni rumah bangtan yang tidak pernah absen shalat berjamaah di masjid. Hal itu membawa pengaruh yang tentunya sangat positif untuk semua penghuni. Taehyung sendiri masih sering bolong-bolong jamaah di masjidnya. Apalagi Subuh.

***

Selepas shalat, Taehyung tidak tidur lagi seperti biasanya. Tentu saja karena Taehyung harus pergi ke kost Saras sebelum gadis itu berangkat ke kampus.

Pesan yang Taehyung kirim semalam hanya menunjukkan satu tanda centang dan sampai pagi ini pun tidak berubah. Foto Saras juga hilang dari profilnya dan Taehyung tidak lagi bisa menghubungi gadis itu.

Sesampainya Taehyung di kost Saras, keadaan di depan kost putri itu tampak normal. Beberapa penghuni kost terlihat keluar dari kostan satu persatu tetapi sampai jam menunjukkan pukul delapan kurang sepuluh, Saras belum juga menampakkan batang hidungnya.

Gadis itu punya kelas jam delapan hari ini. Dan Saras punya kebiasaan untuk selalu berangkat lebih pagi meskipun letak kostannya tepat berada di belakang kampus dan hanya memakan waktu sekitar 5-7 menit saja. Bahkan tidak sekali dua kali Saras ikut membantu petugas kebersihan kampus menyalakan lampu koridor lantai ruang kelasnya.

Taehyung mencoba mendekati gerbang kost. Kostan putri tersebut tidak mengizinkan orang luar masuk sembarangan, terutama laki-laki. Kalaupun mereka datang bersama penghuni kost, batas maksimal mereka hanya sampai teras.

Taehyung pikir ia sudah kehilangan harapannya pagi itu untuk bertemu Saras sampai seorang gadis bernama Dewi yang Taehyung kenal sebagai teman dekat Saras keluar dari kostan. Sepertinya gadis itu baru akan berangkat kuliah. Taehyung langsung melambaikan tangannya.

Ekspresi Dewi tampak terkejut, gadis itu menganggukkan kepala dan tersenyum canggung. Taehyung pikir hari ini dirinya hanya bisa melihat Dewi yang akan menjadi satu-satunya harapan untuk Taehyung bisa mencari tahu apa yang salah di sini. Tetapi ternyata Saras muncul di belakang gadis itu dan tatapan mereka langsung bertemu.

Anehnya, Saras seperti sudah tidak kaget dengan keberadaan Taehyung. Gadis itu sepertinya sudah menduga kalau pagi itu Taehyung akan muncul. Dewi tampak canggung dan kikuk ketika Saras melewati Taehyung begitu saja seperti makhluk tak kasat mata.

"Sa?" Taehyung mencoba mengejar langkah Saras. Tentu saja Taehyung kebingungan dengan sikap Saras. Setelah tiba-tiba minta putus kini gadis itu menganggapnya tidak ada. Apa salahnya sampai harus menerima perlakuan ini?

Saras berhenti berjalan. Matanya memejam, mencoba mengenyahkan rasa sakit yang menghampirinya. Taehyung adalah satu-satunya yang memanggilnya dengan 'Sa' di saat semua orang lebih sering memanggilnya 'Ras'.

"Gue udah telat, sorry."

"Gue?" Taehyung seolah meyakinkan bahwa dirinya tidak salah dengar. Bahkan sejak mereka masih berteman di sekolah menengah dulu mereka tidak menggunakan kata itu untuk menyebut diri masing-masing. "Kenapa kamu block nomor aku? Kamu marah? Kenapa?"

Saras memilih tidak menjawab dan kembali berjalan meninggalkan Taehyung.

"Sa, kita pacaran bukan sebulan-dua bulan. Kalau ada masalah tuh kita omongin bukan kayak gini!" Taehyung akhirnya menarik sedikit paksa lengan Saras membuat gadis itu terlonjak kaget. Entah itu genggaman Taehyung atau perasaannya tetapi itu menyakitkan.

Saras menepis tangan Taehyung. "Gue mau putus. Alasannya? Nggak ada. Seperti halnya orang yang bisa jatuh cinta tanpa alasan, orang juga bisa berhenti mencintai tanpa 'karena'." Setelah mengatakan itu, Saras berbalik badan dan menarik Dewi lalu berjalan cepat meninggalkan Taehyung tanpa apapun selain rasa sakit.

***

"Ras, lo keterlaluan nggak sih kalau kayak gini? Minimal lo jelasin ke dia harusnya, kalaupun lo nggak mau bilang yang sebenarnya tapi nggak gitu caranya. Itu namanya lo lari."

"Gue harus gimana, Dew? Gue nggak tau harus apa. Gue cuma nggak mau Taehyung jadi ngerasa bersalah padahal di sini semuanya murni salah gue."

Dewi menepuk lembut punggung sahabatnya. "Semuanya bisa diomongin, Ras."

Saras tidak menanggapi ucapan Dewi karena Saras yakin kalau dia bicara dengan Taehyung tentu saja Taehyung tidak akan menerima alasannya untuk putus.

Sebut Saras kekanakan, egois dan sebutan lainnya. Saras akui kalau dirinya memang demikian. Tetapi tidak seperti kalimat yang Saras lemparkan pada Taehyung, sesungguhnya Saras punya alasan kenapa dirinya sampai harus memutuskan Taehyung secara sepihak.

***

Beberapa hari yang lalu sebelum putus, Saras pergi ke kampus Taehyung karena hari itu ada acara festival korean food yang mana Taehyung ikut terlibat sebagai panitia di sana. Kebetulan hari itu Saras menyelesaikan kuliahnya lebih cepat dan Saras sengaja tidak memberi kabar ke Taehyung kalau dirinya akan datang. Kejutan niatnya.

Saras sampai di kampus Taehyung berdekatan dengan jam makan siang. Stand makanan yang berjejer mengelilingi tugu kampus tampak penuh sesak dengan para mahasiswa baik mahasiswa kampus tersebut atau dari luar kampus yang ingin membeli dan menikmati makanan-makanan yang dijajakan di sana.

Saras seharusnya mengajak Dewi atau teman-temannya yang lain ikut serta karena dengan begitu dirinya tidak perlu sendirian di lingkungan yang asing tersebut. Karena selama berpacaran dengan Taehyung, ini pertama kali bagi Saras menginjakan kaki di kampusnya.

Saras dan Taehyung berpacaran ketika mereka duduk di kelas tiga SMA. Sebetulnya Taehyung sudah menyatakan cinta pada Saras sejak di akhir kelas dua, tetapi mereka baru memutuskan untuk meresmikan hubungan di kelas tiga. Saras juga masih ingat bagaimana Taehyung saat menembaknya saat itu.

Menggunakan kotak bekal. Kotak bekal Saras, maksudnya. Waktu itu kotak bekal Saras memang ada di Taehyung setelah gadis itu memberinya bekal. Di dalamnya ada mie goreng yang sudah mengembang dan tercetak mengikuti bentuk kotak bekalnya. Lalu di kotak kecil di sebelahnya yang kosong terisi sebuah surat. Tidak panjang, hanya tertulis,

Ras tolong translate dong, 'Aku tresno kamu'.

Cringe abis. Tapi gimana ya, buat anak remaja seusia Saras hatinya tetap berbunga-bunga. Apalagi ini pertama kalinya Saras merasakan glenyar aneh di dada.

Kembali ke Saras yang sedang memandangi hiruk-pikuk di hadapannya, gadis itu memutuskan untuk duduk di undakan tangga Masjid kampus. Niatnya gadis itu ingin mengabari Taehyung kalau dirinya ada di sana. Sampai ketika di gedung yang letaknya bersebrangan dengan tempat Saras berada dia bisa melihat sosok Taehyung melintas dengan tergesa ke arah stand makanan dan menghilang di tengah kerumunan. Tetapi hal yang membuat Saras menyadari adanya sosok Taehyung tadi adalah karena beberapa orang gadis di sebelahnya menyebut nama Taehyung.

"Ya Allah abis shalat lihat Kak Taehyung lewat, cakep amaaaat! Inikah rezeki anak saleh?"

"Iya buset makin hari makin tak tergapai aja kayaknya, cakepnya kelewatan! Padahal dulu pas MABA tuh kak Taehyung cungkring, eh pas udah jadi senior kok cakep amat."

"Hih, gapai-gapai, tau kita 'ada' aja enggak." Seorang gadis menimpali dengan nyinyir. Yang lainnya menyoraki gadis itu karena sudah berhasil merusak kesenangan.

Saras hanya bisa terdiam sampai gadis-gadis itu selesai mengenakan sepatunya dan pergi dari tempat mereka duduk tadi. Meninggalkan Saras dengan pemikiran yang berkelana.

Saras adalah tipe yang seringnya overthinking terhadap sesuatu. Dan pemikiran itu cenderungnya pesimis dan negatif. Jelas berbeda dengan Taehyung yang selalu berpikiran positif dan free spirit. Bebas. Tidak pernah peduli pandangan orang lain terhadapnya selama itu tidak menyakiti orang-orang yang ia sayangi.

Terbukti ketika awal menjadi MABA Taehyung sering mendapat ledekan 'lemah' karena tubuhnya yang terlalu kurus dan kulitnya yang agak coklat karena sering terpapar sinar matahari saat membantu kakek di kebun. Ketika liburan semester satu yang cukup panjang, Taehyung secara ajaib mulai bertambah berat badan. Mungkin karena selama liburan kerjanya hanya makan dan tidur, apalagi setelah merasakan kehidupan keras di perantauan ibukota selama satu semester dan akhirnya bisa kembali ke kampung halaman seolah menjadi ajang balas dendam untuknya menikmati masakan Ibu dan Nenek.

Tidak hanya bobot yang bertambah, otot-otot Taehyung ikut terbentuk hasil numpang ngegym di fakultas ilmu keolahragaan. Padahal Taehyung sendiri adalah anak fakultas teknik, tetapi dengan personality Taehyung yang ramah dan sociable, dengan cepat lelaki itu punya teman dari berbagai penjuru kampus. Sebut saja namanya di setiap jurusan atau fakultas, pasti setidaknya Taehyung punya satu atau dua teman di sana.

Masuk ke semester empat, followers Taehyung di sosial media bertambah pesat sejak masuk akun instagram kampus sebagai mahasiswa tertampan di angkatannya. Ketika masuk ke akun tersebut, Jimin dan Jungkook meledek Taehyung habis-habisan. Sedangkan Mas Seokjin memberikan selamat karena dirinya juga pernah mendapatkan predikat yang sama seperti Taehyung saat masih jadi mahasiswa dulu.

Awalnya, Saras tidak merasa apapun selain rasa bangga karena pacarnya dianggap memiliki paras yang tampan. Tentu saja itu adalah hal yang bagus, kan? Tetapi seiring waktu berjalan dan followers Taehyung yang kian bertambah, semakin juga banyak gadis-gadis yang meninggalkan komentar di kolom instagram Taehyung. Komentar yang awalnya hanya memuji paras lalu semakin lama semakin bergeser menjadi komentar yang tidak enak untuk dilihat.

Contohnya:

Ya ampun ganteng banget masa depanku

Coba jomblo, gue gebet dehhh

Ganteng sih, tapi udah ada anjing penjaganya

Mungkin komentar-komentar itu diketik sebagai bahan bercanda atau memang Saras yang terlau perasa sehingga merasa tidak nyaman dengan komentar demikian. Sejak itu, Saras mulai meminta Taehyung mengurangi untuk mengupload foto kebersamaan mereka. Tentunya tanpa memberi tahu Taehyung alasan sebenarnya. Ya, Saras mulai ditelan rasa ketidak percayaan dirinya. Her insecurities are eating her alive.

Saras mencoba bertahan dengan rasa insecure dan pesimis yang mencoba menelannya setiap detik. Rasa khawatir, cemas dan cemburu setiap kali Taehyung pergi dan memiliki acara tanpa dirinya. Tetapi hal itu tidak membuat Saras menjadi posesif melainkan justru merasa kian jauh dari Taehyung.

Kepala yang menunduk setiap kali Saras mendapati seorang gadis diam-diam mencuri lirik pada Taehyung. Hela napas berat yang tercipta setiap kali gerombolan gadis berbisik-bisik akan keberadaan kekasihnya. Dan perasaan tidak nyaman saat dirinya ikut menjadi pusat perhatian hanya karena seorang Taehyung adalah kekasihnya.

Saras sampai di puncak rasa ketidak percayaan dirinya. Ia lelah menjadi insecure, ia lelah menjadi seorang yang pesimistik dan selalu berpikiran negatif. Hal itu membuat Saras mengambil keputusan terbaik menurutnya yaitu meninggalkan Taehyung.

***

Taehyung jelas bukan orang yang mudah menyerah. Apalagi menyerah atas hubungannya yang sudah berjalan sekian tahun tanpa kejelasan apa-apa. Mungkin akan lebih masuk akal kalau Saras meminta putus setelah mereka bertengkar seperti beberapa waktu silam. Seingat Taehyung saat itu kecemburuannya yang menjadi pemantik pertengkaran mereka. Tetapi pertengkaran itu tidak berlangsung lama, baik Saras dan Taehyung sudah sama-sama saling mengenal untuk dapat mengetahui hal apa yang harus dilakukan agar mereka bisa kembali damai. Bahkan saat itu Saras sama sekali tidak mengucapkan kata putus.

Jelas saja saat ini Taehyung kebingungan setengah mati. Mereka bahkan baik-baik saja sehari sebelum Saras mengirimkan pesan itu. Mereka masih kencan di tukang nasi goreng dekat kost Saras. Mereka masih tertawa gemas saat bermain dengan kuncing milik pemilik kostan. Bahkan malam itu Saras mencubit pinggang Taehyung dengan pipi bersemu saat dirinya mencuri sebuah kecupan di pipi. Wajar kan kalau Taehyung bertanya-tanya apa yang salah saat ini?

Gerimis baru saja berhenti saat akhirnya manik Taehyung menemukan Saras sedang berjalan pelan dari arah kampus ke kostan. Gadis itu terlihat lelah dengan rambut yang dikuncir asal namun tetap nampak manis di mata Taehyung. Taehyung sengaja memarkir motornya di indomaret depan komplek kostan Saras agar gadis itu tidak tahu bahwa Taehyung sejak pagi duduk di warkop yang ada di dekat kostnya. Tentu saja agar gadis itu tidak bisa kabur saat Taehyung menghadangnya untuk kembali meminta penjelasan.

"Sa!" Taehyung berteriak dan bergegas berlarian dari warkop mengejar Saras, "Tunggu!"

Saras tersentak ketika mendengar namanya dipanggil. Sepertinya gadis itu tidak menyangka kali ini kalau Taehyung masih setia bertengger menunggunya di depan kostan. Namun bukannya berhenti, Saras bergegas melangkah untuk masuk ke dalam kostnya.

Sayangnya tangan Taehyung lebih cepat menahan lengannya. "Kamu pikir kamu bisa seenaknya mutusin hubungan kita tanpa kejelasan?" Taehyung menarik pintu pagar yang sudah Saras buka hingga tertutup. Tatapannya menatap tajam, rahangnya mengeras menunjukkan bahwa emosinya sedang tidak baik-baik saja.

Saras tidak suka saat Taehyung marah. Tidak ada mata yang mengerut saat tersenyum, tidak ada senyuman kotak lucu, tidak ada colekan gemas di dagu dan tidak ada sepasang alis yang naik turun menggodanya. Taehyung yang marah sangat menyeramkan. Meski tidak pernah berbuat kasar, tatapan tajam menusuk miliknya selalu membuat siapapun yang ada di hadapan Taehyung terintimidasi termasuk Saras.

Tetapi saat ini Saras tidak bisa mengeluh. Taehyung marah karenanya. Saras lah penyebab lelaki itu menatapnya tajam saat ini dengan mulut terkatup rapat dan alis tertaut.

"Aku udah bilang, Taehyung, nggak ada alasan. Aku cuma mau putus, udah."

"Bullshit, Saras." Taehyung meremas rambutnya, frustasi. "I know something wasn't right. We were fine until last night, Sa. Tapi kenapa? Tell me!" Suara Taehyung memelas, penuh penderitaan.

Saras bisa lihat kesedihan Taehyung di sana. Gadis itu menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan kristal bening yang sudah mulai mengembun di pelupuk mata. Menyakiti Taehyung adalah hal terakhir yang ingin Saras lakukan. Saras tahu dia egois karena memutuskan Taehyung tanpa alasan, tetapi Saras akan menjadi lebih egois kalau menahan Taehyung di sisinya. Karena Saras bukanlah orang yang pantas menjadi kekasih seorang Taehyung Adinata.

"You deserve someone better, Tae." Finally, Saras mengatakannya, "Tempat di samping kamu bukan buat aku."

Mata Taehyung membulat, tentu saja kata-kata Saras mengejutkannya. "Sa, apaan sih?" Bahkan Taehyung kehabisan kata-kata. "After all this time?"

"Kamu tuh bersinar, Tae. Kamu dicintai banyak orang, kamu supel, kamu ramah, kamu punya banyak bakat dan temen, kamu baik... tapi aku?" Saras menunjuk dirinya sendiri. "Look at me, aku cuma Saras. Nothing."

Mengusap wajahnya dengan tangan, lalu menatap Saras tepat di manik. "Siapa Sa yang bilang kamu nothing? Kamu sendiri! Kamu sendiri yang biarin insecurity kamu nelen kamu perlahan. Coba lihat ke sekeliling, Sa! Banyak orang muji kamu tapi kamu selalu pesimis dan menganggap pujian itu nggak tulis, banyak orang nyemangatin kamu setiap kamu down atau merasa useless tapi kamu lebih sering tutup mata dan menganggap itu semua hanya basa-basi,

"Dan sekarang kamu seenaknya bilang i deserve someone better hanya karena kamu merasa insecure dan nggak pantas buat aku? Kamu pikir aku cuma pacarin orang yang aku anggap 'pantas' buat aku? Who are you to judge, Saras?"

Saras terhenyak saat Taehyung tidak lagi memanggilnya dengan 'Sa'. Pun dengan kalimat yang Taehyung lontarkan. Taehyung bukan hanya sekedar marah tetapi ia terluka dengan kata-kata Saras.

"Aku..." Kata-kata Saras terputus saat dirinya tidak bisa lagi menahan air mata. Di depannya Taehyung terlihat memejamkan mata, ikut tersakiti sama sepertinya. Atau mungkin lebih?

"Seperti kata kamu, orang bisa jatuh cinta tanpa alasan. Aku nggak perlu alasan untuk sayang sama kamu, Sa, sama seperti kenapa aku milih kamu. Kalau kamu tanya sekarang alasannya apa sampai sekarang aku nggak tau. It's just you. Nggak ada takaran kepantasan untuk menyayangi seseorang, setidaknya itu menurutku. Tapi kalau kamu memang berpikir hal yang sebaliknya, aku nggak bisa bilang apa-apa." Taehyung melayangkan tangannya untuk mengelap air mata di pipi Saras dengan lembut. "Aku ikutin mau kamu, kita putus. Tapi please jangan nangis. Kamu tau kan aku paling nggak suka lihat kamu nangis? Setidaknya beri aku kemudahan buat relain kamu dengan melihat kamu bahagia."

Dan sejak hari itu, Saras kehilangan Taehyungnya. Karena Taehyung pada akhirnya menyerah seperti keinginan Saras.

***

Apa Saras menyesal? Tentu saja. Apa Saras melakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan? Tidak juga.

Dua bulan sudah berlalu sejak hubungannya dan Taehyung berakhir. Rasa sakitnya masih sama. Mungkin karena Saras melepas Taehyung saat sesungguhnya dirinya masih sangat menyayangi lelaki itu. Keadaan Taehyung? Saras tidak tahu, setidaknya sampai saat tadi pagi sebuah pesan masuk ke ponselnya.

Dari Taehyung? Bukan. Saras sudah memblockir semua akses yang bisa menghubungkan dirinya dengan Taehyung. Karena menurut Saras itu cara tercepat untuk bisa move on meskipun terdengar menggelikan.

Pesan itu dari Jimin. Satu-satunya teman Saras dan juga Taehyung yang ada sejak awal hubungan mereka hingga detik ini. Saras bahkan sudah menduga cepat atau lambat Jimin akan turut andil. Dan setelah dua bulan lamanya, akhirnya Jimin muncul.

Saras tahu sejak dulu Jimin selalu menjadi pendengar dan pemberi nasihat yang baik. Lelaki itu selalu mendengarkan dengan seksama dan juga berbicara hanya saat diperlukan. Jimin tidak pernah mengatakan yang bukan menjadi porsinya dan itu kenapa Saras selalu nyaman apabila berkeluh kesah pada lelaki itu.

Maka ketika Jimin memutuskan mengirimkan Saras pesan demikian, Saras tahu Jimin merasa hal itu sudah sangat diperlukan. Mungkin efek yang Saras tinggalkan terlalu besar pada Taehyung sehingga Jimin mau tidak mau mengiriminya pesan?

Ada apa? Apa yang terjadi dengan Taehyung? Kenapa laki-laki itu harus tidak baik-baik saja tanpanya?

Apa benar ini yang Saras inginkan? Apa benar ini yang terbaik? Saras mulai bertanya-tanya di dalam hati. Kalau memang ini yang terbaik mengapa terasa sesak? Kenapa terasa menyiksa dan tidak ada kelegaan setelahnya?

Sebuah notifikasi masuk ke ponsel Saras. Sebuah e-mail. Dahi Saras mengernyit saat melihat nama si pengirim.

From: taehyungadinata

To: sarasatianisa

Hai, Sa, apa kabar?
Aku tau kamu udah blockir semua kontak aku. Kecuali email ini karena mungkin kamu lupa kalau masih ada satu dari sekian cara aku bisa hubungin kamu lagi. Sebetulnya sejak hari itu, bohong kalau aku bilang aku nggak pingin ketemu kamu lagi. Bahkan waktu aku baru sampai parkiran indomart, hal yang pingin banget aku lakuin adalah berbalik lari ke kost kamu dan bilang kalau aku nggak mau putus.

Tapi aku cuma mau menghargai keinginan kamu, Sa. Meskipun sejujurnya aku nggak mau menyerah, tapi aku nggak bisa memaksakan keinginanku kan?

Dua bulan aku hidup tanpa kamu di hari-hariku. Rasanya masih sama, sama menyakitkannya sejak hari pertama kita pisah. Mungkin aku yang udah terbiasa sama kamu ini terlalu lebay, ya? Cemen banget cuma nggak ada kamu aja rasanya hidup aku hampa.

Temen-temen di bangtan selalu ngatain kalau aku ini bucin. Awalnya aku kesel, tapi lama kelamaan aku pikir so what? Aku begini karena sayang sama kamu. Semua orang punya cara sendiri-sendiri buat ngungkapin rasa sayangnya, mungkin caraku dengan jadi bucin? Tapi aku nggak pernah sih merasa dibudakin sama kamu haha. Kalau dengan anter-jemput kamu setiap ada kelas malem walau jarak kostan aku ke kampus kamu jauh, rela nunggu kamu ikut seminar jurusan sampai lima jam lamanya, atau nganterin kamu beli mcd jam sebelas malem cuma karena kamu mau coffee float yang mereka sebut dengan bucin, mereka salah. Ini hanya cara aku menyayangimu, Sa.

Haha, email ini panjang ya? Intinya sih aku mau berterima kasih untuk waktu yang udah kamu habiskan bareng aku. Saat kita masih temenan sampai kita pacaran dan putus. Aku nggak sempet bilang ini karena selama dua bulan belakangan aku sedang berusaha ikhlas. Apa sekarang aku udah ikhlas? Mungkin belum, tapi aku juga nggak mau hidup dengan perasaan mengganjal. Dua bulan ini nyadarin aku kalau kamu berarti banget di hidupku, Sa. Kamu bilang kamu nggak pantes, kan buat aku? Kamu salah. Cuma kamu yang aku mau untuk ada di sisiku, Sa. Tapi kalau menurut kamu itu memang bukan tempatmu, aku mencoba ikhlas.

Terlepas dari semuanya, aku cuma mau bilang aku masih di sini. Jadi Taehyung Adinata yang kamu kenal. Aku memang udah nggak cungkring kayak pas pertama kali kita ketemu, tinggiku juga udah naik beberapa centi. Tapi aku masih Taehyung yang sama. Yang suka sama Sarasati Anisa sejak dia menitipkan bekalnya lewat Jimin. Yang peduli sama orang lain tanpa pandang bulu. Yang selalu mendahulukan orang lain tanpa memikirkan dirinya sendiri. Yang selalu ada di samping Taehyung susah dan senang.

Mungkin kini kamu memilih jalan berbeda, tapi aku masih di tempat yang sama kalau kamu ingin kembali.

Terima kasih untuk semuanya, Saras, be happy.

Sincerely, the one who love you so much.

Tanpa pikir panjang, Saras memasukkan ponselnya ke dalam kantung celana. Setengah tergesa saat ia mengetuk pintu kamar Dewi. "Dew! Dewiii!"

Dewi membuka pintu dengan mata sehabis bangun tidur. Hari libur membuat gadis itu sengaja tidur hingga siang hari setelah lima hari dihabiskan berkutat dengan perkuliahan yang menjemukan. "Apaan sih, Ras? Kenapa?" tanyanya kesal. Mungkin karena Saras sudah mengganggu waktu tidurnya.

"Pinjem motor, please?"

Dewi mengernyit. "Hah? Mau ke mana? Nggak ah, lo bawa motor ke indomart aja gemeter kok."

Saras menggeleng. "Insya Allah bisa, Dew, pleaseee!"

Dewi menatap Saras ragu. "Ya mau ke mana dulu?"

"Kontrakan Taehyung."

"Gila ya lo? Nggak!" Dewi melipat tangan di dada. "Gue pesenin gojek, lo tunggu sini diem tenangin diri." Lalu Dewi masuk ke kamarnya untuk mengambil ponsel dan memesankan ojek online untuk sahabatnya itu.

Sambil menunggu ojek menjemput, Dewi menyenggol Saras dengan siku. "Jadi udah sadar, nih?"

Saras mendengus. "Diem, deh."

Dewi tertawa. "Gitu dong! Sadar nggak sih, setiap kalian berantem selalu Taehyung yang nyamperin buat minta maaf. Bahkan ketika lo yang salah, selalu Taehyung duluan yang berusaha memperbaiki hubungan karena lo terlalu pesimis dan gengsian?" tanya Dewi yang hanya ditanggapi Saras dengan deheman.

Karena Saras tidak bisa membantah semua yang Dewi katakan. Dewi benar, selama ini selalu Taehyung yang berjuang di hubungan mereka. Maka kini Saras setidaknya ingin mencoba meskipun dia tidak percaya diri. Well, Saras bukan Saras tanpa keinsecure­annya.

Ojek yang Dewi pesankan datang tidak lama kemudian. Dengan semangat yang diberikan Dewi, Saras berangkat dengan hati berdegup cemas. Mungkin memang Taehyung bilang bahwa dirinya masih ada di tempat yang sama. Tetapi bukan berarti Saras bisa kembali ke tempat itu dengan mudah, kan?

Saat Saras sampai di depan home sharing yang Taehyung sebut dengan rumah bangtan itu ada seorang lelaki tampan berbahu lebar yang Saras kenal sebagai Mas Seokjin sedang menyirami tanaman. Lelaki itu sepertinya tidak menyadari kehadiran Saras karena sedang berbincang dengan seseorang yang posisinya tidak bisa Saras lihat dari luar pagar.

Sampai ketika Saras bisa melihat jelas dengan siapa Mas Seokjin berbincang ketika orang itu berdiri dari posisinya sambil merentangkan tangan. "Ah Mas, udahan ah peg—Sa?"

Mata mereka bertemu. Sepersekian detik, dunia seolah berhenti berotasi. Tatapan mata itu serta senyum kotak yang perlahan terkembang. Saras tahu untuk saat ini seperti kata Taehyung, lelaki itu masih di sana.

Maka Saras tidak ingin melepaskan kesempatannya. Saras harus berhenti membiarkan rasa insecure menelannya. Saras sudah pernah menyia-nyiakan apa yang dia miliki dan Tuhan memberi Saras satu kesempatan lagi untuk Saras memperbaiki. Mungkin ini cara Tuhan memberitahu Saras bahwa di sanalah tempatnya. Di sisi seorang Taehyung Adinata.

***

bonus!

FINALLY!!!! Selesai juga dan superrrr panjang! Tadinya mau dicut sampai mereka putus tapi nanggung jadi sikat aja lah. FYI ini 3,9k words ya belum lagi teks message jimin-saras yang panjang.

YANG SUKA BACA AU DENGAN CAST TAEHYUNG MAMPIR YUK KE AUKU DI TWITTER; universugars

Versi wattpadnya bisa dibaca juga;

Continue Reading

You'll Also Like

943K 58.6K 29
Jika kalian berfikir semua berakhir bahagia, kalian salah.. Justru badai yang paling besar datang setelah Seokjin meninggalkan Bangtan.. Jungkook...
370K 25.6K 15
[ᴇɴᴅ] Book ini menceritakan tentang kisah seorang anak pengusaha, bernama Kim Taehyung, yang pindah ke Seoul dan mencari pekerjaannya. Namun ia malah...
7.2M 660K 76
Dia Kayla Lavanya Ainsley, sosok gadis remaja berusia 18 tahun yang harus terpaksa menikah dengan Rakadenza Zayn Haiden sang saudara tiri akibat wasi...