Kozles

By grasindostoryinc

98.7K 15.2K 1.1K

Update setiap KAMIS More

Perkenalan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
14
15
16

13

6.2K 1.2K 232
By grasindostoryinc

Kesibukan dimulai, selain belajar Kimi juga tengah menyelesaikan naskahnya yang sudah dilirik salah satu penerbit. Sore ini Kimi kembali menyambangi Coffeetime, melewatkan latihan Mua Thay demi menyelesaikan naskah. Akhirnya dia mengorbankan sesuatu untuk meraih cita-citanya. Hidup penuh pilihan, dan inilah pilihan yang akhirnya Kimi ambil.

Karena sudah mengorbankan Mua Thay, Kimi tak ingin semuanya jadi sia-sia. Dia pun totalitas dalam menyelesaikan naskahnya. Terlihat saat ini dengan earphone di telinga, Macbook di depan, dan tangan yang bergerak lincah di atas keyboard, Kimi berusaha membuat cerita yang dia tulis semakin menarik.

Matanya melirik Varo di hadapannya yang juga sibuk di depan Macbook, tengah membantunya membuat banner untuk bahan promosi di media sosial. Senyumnya mengembang, bersyukur Varo mau membantunya. Meskipun dia sendiri mampu melakukannya sendiri tapi kini dia mau mengakui bahwa dia butuh bantuan seseorang. Sekarang apapun akan dia lakukan untuk menggapai impiannya, termasuk meminta bantuan.

Mimpi yang orang lain pikir mudah tapi tidak baginya. Dia butuh usaha untuk mencapainya karena dia tipikal cewek yang selalu memiliki pemikiran beberapa tahun ke depan. Baginya segalanya butuh strategi bukan hanya sekadar menulis.

"Apa lihat-lihat? Naksir?"

Kimi memberikan tatapan malas mendengar omong kosong Varo.

"Atau lo mau ngajak gue nikah setelah nggak mau putus?" Varo berbisik, mencondongkan kepalanya.

"Besar kepala banget lo."

"Kenyataan. Lo suka kan sama gue?"

"Enggak."

"Enggak kenapa nggak mau putus?"

"Karena gue nggak rela lo bahagia. Sesimple itu."

"Sayangnya gue bahagia." Senyum licik terbesit di wajah Varo. "Kali ini lo yang mau jadi pacar gue. Jadi jangan salahin gue nantinya."

"Diem lo, ganggu konsentrasi gue aja," ucap Kimi mengalihkan pembicaraan dan pandangan karena tatapan tajam Varo sedikit menggoyahkan dirinya.

"Lo yang ganggu gue duluan. Lo sadar nggak, kalau gue rekam, lo lebih banyak mandangin gue dari pada layar laptop lo."

"Sumpah ya, lo orang terPD yang gue kenal. Abizar aja nggak segila lo."

"Tapi Abizar nggak bisa bikin lo jadi pacarnya. Sedangkan gue bisa bikin lo nggak mau putus dari gue. Gue emang sehebat itu."

Kimi memilih diam, melanjutkan menulis meski konsentrasinya sudah berantakan. Apalagi kini dia merasa Varo memerhatikannya. Kimi melirik Varo lagi, meyakinkan bahwa perasaannya benar jika Varo emmang memerhatikannya.

"Nah kan, lo nglirik-nglirik gue. Padahal dari awal gue bilang jangan suka sama gue."

"Gue nggak suka sama lo. Gue cuma nggak mau putus."

"Biar apa?"

"Biar lo nggak bahagia. Nggak bisa punya pacar beneran dan terikat sama gue," jawab Kimi dengan wajah sinisnya.

"Gue bahagia aja tuh."

"Serah lo deh, yang penting bantuin gue."

"Kalau bukan lo, gue males bantuin."

Kimi diam tapi dalam hati dia berorak senang. Varo jelas serba bisa dan paling bisa diandalkan. Jika dulu dia kesal dengan kehadiran Varo, kini dia justru bersyukur. Sejak ada Varo segalanya terasa lebih ringan.

***

Seperti biasanya Kimi, Hime, dan Trisha duduk pada satu meja untuk menikmati makan siang di kantin. Kali ini tak ada Varo di antara mereka meski Kimi sudah meminta untuk tak jadi putus. Varo kini sudah bisa berbaur dengan yang lain dan tak mengekorinya. Bela dan kawan-kawan yang dengan kentara mendekati pun sepertinya sudah menyerah dengan Varo yang diam-diam sadis.

"Lo sekarang sibuk apa sih kok hampir tiap sore ke Coffeetime?" tanya Trisha yang penasaran, tapi tak bisa menanyakan langsung di sana saat jam kerjanya.

"Lo ke Coffeetime? Serius?" tanya Hime, tak percaya seorang Kimi yang selalu di rumah pergi ke cafe.

"Iya, emang kenapa?"

"Lo pacaran ya? Ih, sejak pacaran lo berubah. Tapi gue suka," seru Hime, girang.

"Jadi lo sibuk apa? Lo bukan persiapan buat ikut pertukaran pelajar tahun depan kan?" Trisha yang punya jiwa kopetensi semakin penasaran.

"Bukan, gue itu...." Kimi ragu untuk melanjutkan kata-katanya.

"Gue apa, ish?" Hime menarik kedua pipi Kimi, gemas.

"Gue itu lagi nulis."

"Nulis apa?" Trisha dan Hime tanya bersamaan.

"Ya, nulis. Gue nulis di wattpad."

"What? Wattpad? Lo nulis di wattpad?" Hime bertanya hingga matanya nyaris keluar saking kagetnya. Seorang Kimi nulis.

"Iya, emang kenapa sih? Lo bikin gue kaget aja."

"Lo bukan nulis cerita sejarah kan?" tanya Hime, sementara Trisha menahan tawa.

"Ngaco! Gue nulis cerita teen kok."

"Siapa nama pena lo? Kok lo nggak pernah bilang sih? Gue pengen lihat cerita lo. Jangan-jangan lo nulis cerita yang isinya bahas olimpiade mulu," cerocos Hime. "Gue itu pembaca wattpad sejati, jadi pendapat gue itu sangat berharga."

"Nama pena gue spongsyellow, tapi bukan Dijah Yellow ya."

Ekspresi Trisha datar tapi berbeda dengan Hime yang melongo, seolah pendengarannya sedang tak baik.

"Jadi selama ini penulis kesukaan gue itu lo? Tapi kenapa lo diem aja tiap gue bahas dia? Jahat!"

"Sorry... Gue cuma malu aja, gue kan masih penulis amatir."

"Bukannya cerita lo ada yang ditawar penerbit kan?"

"Serius? Keren." Kali ini Trisha yang bersuara.

"Iya, karena itu gue akhir-akhir ini sibuk ngelarin ceritanya. Karena gue pengen buktiin kalau nulis itu juga bisa ngebanggain, gue pengen Mama sama Papa bangga sama gue."

"Ck, lagi-lagi karena itu. Bisa nggak sih lo nulis ya nulis aja jangan pakai embel-embel ngebanggain? Lo itu udah ngebanggain tiap waktu. Lo sama Trisha sama aja, ih."

"Iya, iya. Guenulis karena ini hobi gue. Tapi gue juga pengen buktiin kalau hobi juga bisa bikin ngebanggain. Biar mama sama papa mau ngerti kalau nulis itu bukan hal yang sia-sia atau buang-buang waktu kalau memang ditekuni."

"Yang ada Om sama Tante bosen lihat lo belajar mulu. Berhenti deh berpikiran mereka lebih sayang abang lo. Lagian Bang Elang tuh perhatian banget tahu, kapan sih lo sadar?" Hime semakin gemas dengan Ki. Biasanya dia diam saja tapi kali ini dia berani berkata jujur, melihat perubahan Kimi yang mulai terbuka akhir-akhir ini.

Kimi diam membenarkan semua perkataan Hime. Ya, selama ini dia hanya ketakutan hingga rasanya berjuang mati-matian adalah prinsip utamanya. Kini dia akan mulai terbuka dan bicara. Karena berjuang sendirian rasanya melelahkan setelah merasakan rasanya berjuang bersama-sama. Kimi menoleh pada Trisha dan Hime yang mengusap punggung tangannya.

"Gue rasa, kalian memang teman terbaik gue. Makasih ya."

"Jadi selama ini gue bukan teman terbaik lo? Teman B aja gitu?" Hime nggak terima. Matanya melirik ke meja Varo yang tak jauh dari mereka.

"Varo...." seru Hime, keras. Hingga seisi kantin pasti mendengarnya.

"Ngapain lo manggil Varo?" Kimi memukul lengan Hime.

Varo yang posisinya memunggungi mereka menoleh merasa terpanggil oleh suara cempreng milik Hime.

"Apa?" tanya Varo, singkat, padat, dan jelas. Bahkan jika yang memanggilnya bukan Hime kemungkinan dia hanya menoleh tanpa bertanya balik.

"Kata Kimi, dia sayang banget sama lo."

Seketika Kimi tak bisa berkata-kata, hanya mulutnya yang terbuka. Suara riuh ledekan teman-teman di kantinlah yang menyadarkannya dari keterkagetannya.

"Cie... Cie bucin."

"Akhirnya ya ada yang bisa naklukin Ratu api," sahut yang lain.

Kimi menutup wajahnya malu. Dalam hati dia ingin mencincang Hime hidup-hidup. Perkataan Hime bukanlah lelucon yang lucu, itu sangat menyebalkan. Sungguh, Kimi marah besar pada Hime kali ini.

Merasa punggungnya dipegang Kimi mengangkat wajahnya. Kembali kaget melihat Varolah yang memegang bahunya.

"Makasih ya, akhirnya aku nggak sayang sendirian lagi," ucap Varo cukup keras, sengaja agar banyak yang mendengar. Dia tersenyum lembut pada Kimi hingga Kimi merasa salah tingkah.

Kantin kembali riuh, banyak siulan dan seruan meledek. Varo terlihat keren di mata cewek-cewek.

"Ah, kalian bikin ngiri."

"Longlast ya."

"Varo, lo keren!"

"Sebenernya gue yang bucin, bukan Kimi. Tapi gue seneng usaha gue sekarang nggak sia-sia," seru Varo lagi.

Wajah Varo jelas memperlihatkan kebahagiaan. Senyumnya yang jarang terlihat kali ini terumbar cukup lama.

"Ini nggak gratis," bisik Varo lalu mengusap lembut bahu Kimi. Senyumnya kali ini terlihat licik di mata Kimi.

***

Nggak nunggu Kamis aku udah update.
Moga suka ya ^^
Kira-kira besok gimana yah?

Continue Reading

You'll Also Like

962K 29.7K 42
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...
2.4M 108K 23
Madava Fanegar itu pria sakit jiwa. Hidupnya berjalan tanpa akal sehat dan perasaan manusiawi. Madava Fanegar itu seorang psikopat keji. Namanya dike...
397K 31K 41
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...
908K 83.4K 31
Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum layaknya bayi beruang saat ia sedang marah...