[Book 2] Seoul City ▪ HenXiao...

Von Olyzeev

38.5K 6.5K 1.6K

Kota Seoul menjadi saksi bagaimana pertemuan tanpa disengaja mereka perlahan menciptakan letupan afeksi penuh... Mehr

Pt.2 : Hendery Huang
Pt.3 : The Concept of Destiny
Pt.4 : Here You Are
Pt.5 : Closer to Me
Pt.6 : There is Something Between Us
Pt.7 : Beautiful Mistake
Pt.8 : An Unwritten Rule
Pt.9 : Step Away
Pt.10 : I'm Nothing But a Mess
Pt.11 : No One is Left by My Side
Pt.12 : Hello Again
Pt.13 : Destiny (END)
Epilogue : Seoul City
(1/2) Special Part
(2/2) Special Part

Pt.1 : Xiao Dejun

6.4K 686 267
Von Olyzeev

Gelas kaca berisi kristal es batu yang sengaja dibentuk menyerupai bola tersebut diletakkan tepat di hadapan Xiaojun. Sang barista dengan tanda pengenal Qian Kun menghela nafas panjang ketika melihat betapa kacaunya 'pelanggan setia'-nya yang kini bahkan tak bisa duduk dengan tegak karena pengaruh alkohol kadar tinggi yang telah ia habiskan.

"Xiaojun.."

Yang dipanggil mendongak, matanya menyipit untuk memperjelas pandangannya dan tersenyum tipis mendapati Kun yang menatapnya khawatir. "Eung?"

"Kau sangat mabuk, sebaiknya kau pulang sekarang. Aku akan memesan taksi."

Xiaojun menggeleng beberapa kali, lalu mengambil gelas yang diberikan Kun dan ia ulurkan. "Aku ingin beberapa sampanye."

"Kau benar-benar..." Kun menahan perkataannya, manajernya tengah mengawasi tak jauh dari tempatnya dengan sorot penuh peringatan. Dan sedekat apapun hubungan mereka, Xiaojun tetaplah datang sebagai pelanggan pada bar ini. Dengan sangat terpaksa, Kun menuangkan beberapa sampanye kedalam gelas tersebut sesuai dengan permintaan Xiaojun. Pandangannya tertancap  setajam elang ke arah Xiaojun yang bahkan tak meliriknya sama sekali. "Aku akan memanggil Yukhei, kau harus pergi setelahnya. Demi Tuhan, apa kau bahkan tahu kebiasaan mabukmu begitu buruk?!"

Xiaojun menganggap angin lalu perkataan Kun, ia hanya ingin mengosongkan pikirannya malam ini. Mengenyahkan jauh-jauh tentang sosok yang baru saja membuat menghancurkan perasaannya dalam satu malam. Sosok yang telah membuang begitu saja waktu satu tahun kebersamaan mereka tanpa ingin mengerti Xiaojun barang sedikitpun.

Hah, mengingatnya kembali membuat Xiaojun frustasi. Ia kembali meneguk sampanye yang baru saja Kun tuangkan dalam sekali teguk dan mengusap kasar bibirnya dengan lengan. Memejamkan mata sejenak ketika rasa pusing dikepalanya semakin menjadi.

Pria yang Kun katakan datang sekitar dua puluh menit kemudian, mengenakan celana jeans lusuh dan jaket kulit dengan bau rokok menyengat. Pria itu datang dan segera merebut gelas yang hanya berjarak setengah senti dari bibir Xiaojun, sebelum kemudian meneguk isinya habis dan memamerkan cengiran.

"Lucas!!" Xiaojun setengah berteriak protes, namun tubuhnya terlalu lemas untuk bertindak apapun. Jadi, yang ia lakukan hanya menatap kesal ke arah pria tinggi itu dengan tatapan khas orang mabuk.

"Kebetulan sekali JunJun, aku benar-benar membutuhkan tempat ungsian saat ini." pria bernama Yukhei--atau lebih sering dipanggil Lucas--itu berujar tanpa sungkan. Lalu ia merogoh saku jaket dan mengeluarkan sebatang rokok dari sana.

Sayangnya, Kun bergerak lebih cepat. Dia mengambil rokok tersebut dan menyimpannya dengan menatap Lucas malas, "Aku memintamu kesini bukan untuk kesenanganmu, Wong Yukhei. Cepat bawa Xiaojun ke apartemennya dengan selamat, sebelum aku melaporkan kepada Mr. Wong tentang keberadaanmu."

Lucas mengatupkan mulutnya, tidak menemukan celah untuk membantah sama sekali. Dia mengusap hidungnya dengan decakan, lalu berdiri dan merangkul Xiaojun dengan begitu susah payah. "Baiklah kami pergi, kami pergi. Selamat malam Tuan Qian Yang Terhormat, semoga anda lekas diberikan kesadaran tentang pentingnya kesetiakawanan oleh Tuhan secepatnya."

Kun hanya membalas dengan helaan nafas panjang, menatap kepergian dua sahabatnya yang justru semakin mengkhawatirkan, ia hanya bisa berharap mereka sampai pada apartemen Xiaojun secepatnya. Tanpa meninggalkan masalah apapun.

🔸️Seoul City🔸️

Lucas membanting tubuh Xiaojun diatas kasur milik pria itu, nafasnya terengah tak beraturan, terima kasih kepada Xiaojun beserta bobot tubuhnya yang tidak main. Lucas seperti baru saja membawa sepuluh karung beras sekaligus.

"Aiyoo... bagaimana bisa Yuqi membuatmu sekacau ini?" Lucas bergumam tak habis pikir, menatap Xiaojun yang kini menggerutu setengah sadar tanpa arti jelas dengan simpati. "Aku sudah menduganya, wanita mema-AARGH!"

Lucas mengerjap dua kali, ia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Dan kesadarannya kembali saat seseorang--lebih tepatnya Xiaojun--mengalungkan lengan melingkari lehernya, kemudian mengusap tengkuknya dengan sensual. Sangat cukup untuk membuat Lucas merinding.

Xiaojun yang kini telah kehilangan lebih dari separuh kesadarannya baru saja menarik kuat-kuat kaus bagian depan Lucas hingga membuat pria Wong tersebut terjatuh menimpanya. Lucas bisa saja menindih Xiaojun sepenuhnya jika saja kedua tangannya tidak membuat gerakan refleks menahan diantara kepala Xiaojun.

"Hei," Lucas mencoba melepaskan diri, tetapi kedua tangan Xiaojun benar-benar membuatnya kesulitan untuk bergerak. "Kau dan kebiasaaan mabukmu benar-benar..."

"Yuqi~" Xiaojun bergumam dengan mata terpejam, "Yuqi, maafkan aku~"

Lucas histeris saat wajah itu mendekat, mempertipis jarak seolah akan melakukan tindak asusila terhadap Lucas. Melihat hal itu, Lucas menggeleng dengan keras, ia menarik wajahnya menjauh, menghindar dengan teriakan heboh sekaligus dramatis.

"XIAO DEJUN!! SADARLAH!!! AKU LUCAS, SAHABATMU!!!"

Merasa tidak memiliki opsi lain, Lucas menghalangi wajah Xiaojun dengan telapak tangan hingga wajah itu tertutupi oleh kelima jari besar milik Lucas. Ia lalu mendorong sekaligus menekan wajah Xiaojun hingga setengah tenggelam pada kasurnya, lalu meloloskan diri dengan lincah. Ia berdiri dengan gerakan super cepat. Nafasnya terengah, berkali lipat lebih tak beraturan dari pada sebelumnya. Xiaojun sungguh membuatnya gila, bagaimana bisa pria itu dengan begitu berani berniat menciumnya bahkan disaat tidak memiliki kesadaran satu persenpun?

Lucas menatap bengis sahabatnya, mencoba sebisa mungkin menahan dirinya agar tidak menjadikan Xiaojun samsak tinju dadakan.

"Kau pikir aku pria murahan?!" Dengus Lucas sebelum berjalan meninggalkan kamar Xiaojun dengan langkah panjang.

🔸️Seoul City🔸️

Xiaojun terbangun dengan kondisi hangover terburuk yang pernah ia alami. Pria itu memegangi kepalanya dengan ringisan lirih. Ia masih tidak habis pikir separah apa ia minum semalam, sehingga kepalanya benar-benar terasa seperti dihantam beribu ton besi tanpa jeda.

Rasa mual yang perlahan menghampirinya membuat Xiaojun dengan cepat berlari ke kamar mandi, memuntahkan nyaris semua isi perutnya (yang sembilan puluh persen hanya terdapat cairan). Xiaojun terbatuk beberapa kali, lantas berkumur untuk membersihkan mulutnya. Ia menatap dengan begitu tajam pantulan dirinya pada cermin, mengusap bibir dengan punggung tangan dan menernyit dalam.

Ia terlihat begitu kacau.

"Sial.." Xiaojun berdesis, kembali memegangi kepalanya yang masih terasa pusing. Ia bahkan tak mengingat apapun tentang semalam.

Suara tumisan dari arah dapur membuat Xiaojun tersadar sepenuhnya. Pria itu mendelik, merasa was-was karena menyadari jika ada orang lain di apartemennya. Dengan cepat, ia berlari keluar tanpa peduli dengan penampilan kacaunya.

Xiaojun mendapati sosok pria beberapa senti lebih tinggi darinya tengah berdiri memunggunginya sembari memegang teflon dan spatula dengan penampilan yang begitu mengerikan. Pria itu hanya memakai celana pendek yang terlalu pas hingga nyaris terlihat seperti celana dalam--dan itu milik Xiaojun--tanpa memakai atasan apapun selain apron Bare Bears dengan warna latar pastel pink peninggalan mantan kekasih Xiaojun.

"Lucas?!!!"

Terlonjak, Lucas lantas menoleh cepat. Lalu menghela nafas panjang saat melihat sosok Xiaojun berdiri disana, "Sial, kau mengagetkanku!"

"Apa yang kau lakukan? Menghancurkan dapurku?" karena setahu Xiaojun, Lucas tidak lebih dari koki titisan neraka. Masakannya benar-benar mengerikan bahkan hanya dengan seporsi mie instan. "Tidak, maksudku. Kenapa kau disini?!"

Lucas memegang dadanya seolah ia benar-benar tersakiti atas ucapan Xiaojun. Pria itu lalu mengambil teflon yang berisi entah-apa-itu dan meletakkannya di meja yang memisahkannya dengan Xiaojun.

"Duduklah, kita sarapan."

Xiaojun menatap masakan yang sebenarnya tidak layak disebut masakan itu dengan alis bertaut, "Apa ini?"

"Kau tak tahu?! Nasi goreng!!" Lucas merentangkan kedua tangannya dengan senyuman lebar, bersikap bangga tanpa menyadari jika seburuk apa hasil masakannya. "Duduklah, tidak perlu terlalu larut dalam kekagumanmu."

Xiaojun menghela nafas panjang, lalu duduk dengan mencoba tenang, sama sekali tidak menaruh minat terhadap makanan yang dibuat Lucas. "Sekarang, jelaskan bagaimana kau bisa ada disini."

"Kemarin kau mabuk, saaaangat mabuk hingga aku berpikir kau akan mati karena tubuhmu tidak kuat menahan kadar alkohol yang kau minum." Lucas menjelaskan dengan enteng, ia mengambil dua pasang sumpit dan menyodorkan salah satunya kepada Xiaojun. "Kun menelponku, menyuruhku mengantar Tuan Muda ini kembali dengan selamat ke apartemennya, dan aku melakukannya dengan terlampau baik hingga nyaris diberikan penghargaan berupa sebuah ciuman panas."

Xiaojun tersedak ludahnya sendiri, kedua matanya membola dan terarah lurus kepada Lucas menuntut jawaban. "Kau... apa??"

Lucas menghela nafas panjang, "Beruntung kau pria Jun, jika tidak, kau akan menjadi objek pemerkosaan paling gampang diluar sana ketika mabuk. Ah, tidak-tidak. Sekarang, objek pelecehan seksual tidak hanya menargetkan wanita. JunJun, kau harus hati-hati mulai sekarang. Panggil aku kalau ingin mabuk."

Xiaojun memejamkan matanya, dalam hati merutuki sifat keteledorannya yang membiarkan dirinya sendiri mengonsumsi alkohol semaunya sementara ia paham betul tingkat toleransi alkoholnya sangat rendah.

"Tapi... tidak terjadi apapun lagi kan? Setelah itu??"

Lucas mengamati wajah Xiaojun secara tiba-tiba, lalu menunjuk pipi kanannya sendiri sembari berucap, "Tidak merasa sakit disini? Kemarin aku memukulmu ketika kau nyaris menciumku."

Xiaojun dengan mudah terbodohi, meraba pipi kanannya dengan cepat. Sementara didepannya Lucas terbahak.

"Bodoh! Aku akan mati di tangan Qian Kun jika berani membuat porselennya yang berharga retak."

Yang disambut tendangan penuh kasih sayang pada tulang keringnya. Lucas meringis, memegangi kaki kanannya yang terasa nyeri. Melihatnya Xiaojun hanya berdesis malas, lalu meraih sumpit miliknya dan mulai mengalihkan perhatiannya pada makanan meragukan buatan pria dihadapannya ini.

Xiaojun menelisik nasi goreng itu dengan alis terangkat, sedikit mengorak-arik untuk melihat kombinasi apa saja yang Lucas campurkan hingga warna coklat pekat nyaris hitam itu mendominasi. "Kau yakin ini tidak gosong? Dan.. ada apa dengan cangkang telur ini?"

Lucas meringis, "Aku hanya mencoba karena terlalu lapar,"

🔸️Seoul City🔸️

"Anyeonghaseyoww.."

Xiaojun menoleh malas ketika melihat artisnya--seperti biasa dengan fashion terlampau menonjol--memasuki ruangan direktur tersebut dengan senyuman lebar. Lebih terlihat seperti cengiran bodoh dimatanya.

"Aku suka Seoul. Gēgē, ayo kita hadiri konser TWICE disana. Oh iya, Jun Gē, tahun lalu kau pernah ke sana kan? Itu artinya kita memiliki orang yang berpengalaman."

Menjadi manajer dari artis besar mungkin merupakan impian banyak orang. Selain gaji yang terjamin, kepopuleran yang tidak main menjadi poin plus untuk dipamerkan kepada orang-orang terdekat. Namun bagi Xiaojun, menjadi manajer dari artis besar namun tak tahu malu seperti Cai Xukun tidak lebih dari sekadar penambah beban. Di hadapan publik, Xukun boleh saja bersikap keren yang digilai seluruh gadis. Namun dibalik semua itu, tidak ada yang menyangka jika ia hanyalah pemuda serampangan yang bertindak tanpa pikir panjang--dan berakhir merepotkan seluruh staf.

"Aku akan membunuhmu jika kau menyepelekan proyek ini, Cai Xukun." Sang Direktur, Wang Yibo, memperingatkan dengan tegas. Teringat kembali dibenaknya Xukun yang mengacaukan proyek iklan berskala besar tahun lalu karena sikap serampangannya. "Wawancaramu akan menjadi topik utama, kau mendapatkan tiga lembar penuh dalam majalah terbesar di Korea dan jika kau mengacaukannya, jangan harap aku akan mengijinkan kakimu menginjak perusahaan ini kembali. Lalu untuk acara jumpa penggemarmu, kau akan mati jika kau membuat kesalahan lagi seperti tahun lalu."

Xukun berdecih, mengambil tempat di samping Xiaojun dan menatap Yibo pada matanya tanpa gentar. "Kau mana mungkin membuang penghasil uang terbesar perusahaanmu dengan begitu mudah. Banyak agensi diluaran sana yang rela mengemis memintaku masuk ke perusahaan mereka ketika tahu kau mengeluarkanku."

Yibo berdesis, dia mungkin sudah akan mengeluarkan umpatan panjang kalau Xiaojun tidak segera menahannya. "Berhenti berdebat. Semuanya telah siap dan aku telah memesan tiket pesawat untuk pemberangkatan besok siang. Tugasku selesai untuk hari ini, aku akan pergi.

"Selesai? Bagaimana dengan syuting iklan brand Monstar?"

Xiaojun menatap Xukun malas. "Aku telah mengirimmu pesan jika syuting ditunda."

Xukun berkedip dua kali. "Kenapa?"

"Mereka akan mengganti fotografer."

"Oh... benarkah?"

Xiaojun terlalu malas untuk menanggapi. Ia lantas berdiri, sedikit membungkuk pada Yibo sebelum keluar dari ruangan itu dengan langkah panjang seolah ia memang tidak sudi berlama-lama disana.

Di tempatnya, Xukun masih mengamati Xiaojun dengan lamat-lamat. Lantas ia mengembangkan senyum, mengusap dagunya pelan dengan sorot penuh arti. "Dia begitu dingin. Tapi itu pesonanya."

Yibo memutar bola matanya malas, "Keluar jika kau tidak ada urusan."

Xukun menarik diri dengan cepat dari sandaran sofa, lalu menautkan kedua tangannya dan bertumpu di atas siku kaki. Ia menatap sang direktur dengan semangat, kedua netranya berbinar penuh tekad, "Direktur Wang, boleh bertanya bagaimana caramu mendapatkan Xiao Zhan?"

To Be Continue

Cai Xukun



Weiterlesen

Das wird dir gefallen

179K 6.6K 21
𓄼 ₍ᐢ..ᐢ₎ 𖥻 step father ᕱ ⑅ ᕱ ୭ Mature !! ୭ bxb ୭ hvmv ୭ homophobic ? Pls dni ! ୭ end ⸙͎۫˖⁺ ☁⋆ ୭ 🕊.⋆。⋆༶⋆˙ Ji-Sung menikahi ibu chenle bukan atas da...
3.2K 290 4
[4/4] Ketika Myunghae berjuang untuk Junghae. Dan ketika Junghae menyadari perjuangan Myunghae. Start : 4 Juli 2018 End : 9 Juli 2018 [GS]
776K 79.3K 55
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...