PINKKY BOY

By ChakyKim_

1K 188 117

"Tak kenal maka tak sayang. Udah kenal lama, tapi gak sayang-sayang...." gumam Fifi frustasi karena perasaann... More

✨ PROLOG ✨
Agitama Oktavia "Meet You2"
"Menceburkan Diri"
"Bertemu Takdir"
"Sorry"
"Salah Paham"
"Cemburu"
"UPIL"
"Ciuman?"
Part11 - "Pergi Bersama"
Part12 - "Skak Matt"
Part13 - Mengundurkan diri
PENGUMUMAN!!

"Terlanjut lihat"

56 11 11
By ChakyKim_

"Aku padamu, tapi... kamu padanya."
-Yoga Pradana Putra-

*****

Matahari belum menampakan dirinya pagi itu, tapi Okta sudah bangun menyiapkan diri untuk hari pertama ia syuting, lagi. Kali ini ia nggak mau telat lagi kayak kemarin.

Ia sedang berkutik di dapur sendirian. Katanya'sih mau masak sarapan.

"Okta?" Panggil Yunita saat melenggang masuk dapur. Okta malah teriak kaget ketika melihat sosok Yunita tepat di sebelahnya.

Okta terkejut melihat wajah Bunda nya itu yang penuh ditutupi masker mentimun.

"Mama! Ngagetin aja ih!" Yunita tertawa gemas melihat ekspresi Okta.

"Maaf'deh. Emang kamu lagi ngapain'sih? Repot banget, belom juga pagi." Tanya Yunita sambil dia duduk di meja makan. Memakan beberapa hasil masakan Okta yang sudah siap.

"Mama? Okta? Tumben udah bangun jam segini?" Seorang Pria berparas chinness baru saja masuk dapur dan duduk di kursi sebelah Yunita.

"Ayah!" Okta membulatkan matanya senang. Ia langsung memeluk sosok Pria yang baru saja dipanggilnya 'Ayah'.

Aditya Okdianto, Ayah nya Okta. Pria itu seorang Ketua dokter dihampir seluruh rumah sakit di JABODETABEK, jadwal operasinya yang padat membuat ia jarang sekali pulang untuk sekedar kumpul keluarga dengan Yunita dan Okta.

"Kapan Ayah pulang? Kok Okta nggak tau?" Ia mengerucutkan bibirnya, membuat Ayahnya ikut gemas.

"Tadi malem." Jawab Adit, mencomot makanan yang hendak diambil Yunita.

Yunita langsung menatap sengit suaminya itu, "kebiasaan. Kan itu ada yang lain, ngapain ngambil yang mau Aku ambil?" Kemudian ia mengerucutkan bibirnya.

Ternyata sifat suka ngambeknya Okta keturunan dari Mama nya.

Adit malah tertawa. "Yaudah, Mama ambil yang lain aja."

Okta senyum-senyum melihat pemandangan yang jarang sekali ia lihat. Setelah menyelesaikan masaknya ia ikut duduk disana bersama Yunita dan Adit.

Keadaan menjadi hening untuk beberapa saat. Okta melirik Ayah nya yang tengah sibuk menyantap sarapan buatannya.

"Ayah nanti berangkat lagi?" Tanya Okta membuat Adit serta Yunita mengdongkak kan kepala mereka pada anaknya.

Adit berdehem, "iya, gitu deh." Ia tersenyum simpul.

"Okta juga harus berangkat kan nanti?" Tanya Yunita. Membuat Adit langsung melirik kearah Okta dengan selidik.

"Berangkat? Emangnya Okta mau pergi kemana?" Tanya Adit sambil mengunyah makanan di mulutnya.

"Eh. I-itu Okta mau main ke rumah Yoga, biasa ngeberantak sambil main game bareng." bohong Okta, menyendok makanannya sambil cengengesan.

Adit mengangguk tanpa curiga sedikitpun. Membuat Okta dan Yunita mengehela nafas lega.

*♡*♡*♡*


Okta sekarang sedang celingukan di tenda rias, memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang, sibuk dengan perkerjaannya masing-masing.

"Gi! Gue mau ke toilet bentar, kalo misalnya lo udah mau mulai nanti juga dikasih tau." Ucap Ibnu, beranjak dari sana yang sebelumnya duduk di sebelah Okta.

"Yahh! Masa gue ditinggal sendirian, sih? Tega lo sama gue." Ucap Okta merengek pada Ibnu.

"Cuma ditinggal ke toilet doang, elah! Udah ah gue udah kebelet." Tanpa memperdulikan Okta, Ibnu langsung bergerak secepat kilat ke toilet.

"Anjir, udah ilang aja'tuh bocah," gumam Okta menaikan kedua alisnya. "Jangan-jangan udah cepirit di celana dia." Okta tertawa.

Tak lama setelah itu seorang cewek menghampirinya. Itu Riski.

"Hei. Lo kok belom siap-siap? Emangnya lo mulai take kapan?" Tanya Riski, Okta menoleh kekanan-kiri mencari-cari siapa yang dimaksud oleh Riski.

Okta menunjuk dirinya sendiri dengan heran, "gue?"

"Iya elo. Yang lain soalnya udah pada rapih, tinggal lo doang," ucap Riski. Ngebuat Okta seketika langsung mengoreksi penampilannya sendiri.

"Oiya, hehe." Cengenges Okta.

Riski memperhatikan Okta dari ujung rambut hingga ujung kaki, tercengang melihat penampilan dia. Semuanya serba pink.

"Lo yakin mau pake baju ini buat nanti?" Tanya Riski setelah itu.

"Iya, emangnya gak boleh, ya?" Jawab Okta mengerucutkan bibirnya. Padahal ia sudah bagus-bagus pake pakaian itu semua, sayang banget kalau harus diganti.

"Iya ganti. Daripada nanti lo dikomen sama Kak Fifi, emangnya mau?" Tanya Riski, Okta membulatkan matanya. Ia langsung berdiri mendekat pada Riski.

"Nggak!" Jawab mantap Okta dengan muka takut. Riski jadi gemes ngeliatnya.

"Yaudah, gih sono ganti! Ruang gantinya ada disono!" Riski menunjuk sebuah kotak tirai berwarna biru laut di pojok tenda dengan dagunya.

Tanpa basa-basi lagi Okta langsung melesat kesana.

☆~☆~☆~☆

Disisi lain Fifi lagi pusing dengan perkerjaannya. Ia sudah menyelesaikan sebagian kewajibannya untuk hari ini.

Dan Tata sejak tadi terus membuntuti kemanapun Fifi pergi. Ya gitu'deh, emang gitu kerjaan seorang asisten.

"Ini hari terakhir buat projek kita kali ini, mungkin bakalan selesai nanti malem sekitar jam sembilan lewat. Mungkin." Tutur Tata masih berjalan mengikuti Fifi dari belakang.

"Hm" hanya itu tanggapan Fifi.

"Mungkin besok kita libur, Fi! Nggak ada jadwal tambahan' sih. Lumayan buat istirahat, gue udah capek banget akhir-akhir ini, kan lumayan gue jadi bisa tidur seharian besok!" Lanjur Tata. Nyerocos nggak berhenti-henti.

"Eh. Ngomong-ngomong tadi gue liat si Okta di tenda rias! Lo udah ijinin dia lagi buat syuting?" Tanya Tata.

Seketika Fifi yang sedari tadi hanya menyimak omongan Tata langsung menghentikan langkah kakinya.

"Iya." Jawabnya.

Namun entah kenapa tiba-tiba pipinya memerah padam. Terbesit kejadian tadi malam di kepala Fifi.

--"Iya udah! Besok lo bisa kerja lagi sama gue!" Ucap Fifi. Tersenyum simpul.

Tangan Fifi tergerak menyeka sisa air mata Okta yang menjejak di pipi laki-laki itu. Matanya menatap teduh Okta.

"Laki-laki' kok cengeng? Nggak gentle banget sih lo!"--

Fifi berteriak di tempat. Ia harus segera menghapus dan membuang jauh-jauh ingatan itu. Harus.

"Fi? Lo gapapa?" Tanya Tata, menatap ngeri ke sahabatnya itu. "Apa lo mau gue bawain obat sakit kepala?"

Tata menyernyitkan dahinya menatap ngeri pada Fifi yang tiba-tiba--entah pada siapa---mendesis bersumpah serapah.

Ia takut sahabatnya itu stress gara-gara kebanyakan kerjaan.

"Nggak usah! Gue gapapa," Fifi mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia kembali memasang ekspresi datar dan melanjutkan langkahnya.

Sedangkan di sisi lain Okta masih menatap dirinya di cermin setengah badan.

"Bajunya bagus-bagus, gue jadi bingung mau milih yang mana,"gumam Okta.

Ini sudah kesekian kalinya ia menjajal baju yang ada disitu.

Namun indra pendengarannya menangkap percakapan beberapa orang di luar tirai.

"Lo tau gak? Kemaren gue denger cerita katanya Kak Fifi abis nge-damprat orang lagi!" Heboh salah seorang cewek.

"Tau darimana lo?" Sahut yang lain.

"Gue denger dari orang-orang," jawabnya dengan nada selangit, "dan yang didampat dia kali ini cowok! Kalo ga salah namanya 'Okta'!"

Okta langsung terbatuk di tempat.

"Sialan, pada ngomongin gue!" desis Okta. Entah kenapa ia malah tertarik untuk mendengar kelanjutan gosip tentang dirinya itu.

Jiwa emak-emak dalam diri Okta keluar.

Ia menempelkan telinga nya di tirai, menajamkan pendengarannya.

"Serius? Jangan-jangan itu pacarnya!" Sahut teman cewek itu, menarik nafas syok buatan.

"Cewek sedingin dia bisa punya pacar?" Sahut yang lain.

"Gak tau masalahnya apa, tapi si Okta itu katanya ganteng pake banget!" Tambah cewek yang diawal tadi. Membuat Okta yang tadinya naik pitam jadi lunak seketika.

"Atasan sendiri di gosipin, aneh!" Okta menggelengkan kepalanya.

"SEMUANYA DIAM! KAK FIFI LAGI JALAN KESINI!!"

Seseorang teriak dengan nada kencang. Hawa dingin tiba-tiba menjalar masuk menyelimuti penuh satu tenda itu, dinginnya menusuk kulit , padahal diluar matahari lagi terik banget.

Semua orang langsung pada pura-pura sibuk.

Fifi melenggang masuk ke dalam tenda dan langsung disambut oleh senyum semua orang disana.

"Pagi Kak Fifi!"

"Apa kabar, kak!"

"Eh, Kak Fifi! Kita baru aja ngomong Kakak."

Picik bukan? Yah, dunia memang sekejam ini.

"Fi? Kerjaan udah kelar?" Tanya Riski sambil melemparkan senyuman pada Fifi yang berjalan kearahnya.

"Hm. Gue mau istirahat bentar disini!" Fifi memijat keningnya sendiri.

Semua yang lagi duduk di kursi langsung bangun dan menawarkannya pada Fifi.

"Pake bangku gue aja nih!"

"Kak Fifi mau sekalian dipijit'in gak?"

Fifi nggak menghiraukan mereka semua. Ia memutarkan bola matanya dari mereka.

"Lo pegang dulu nih buku laporan! Gue mau ke ruang ganti dulu, tiduran bentar." Ucap Fifi memberikan sebuah buku tebal pada Riski dan langsung ditanggapi.

"Siap, Fi!"

Setelah Fifi berlalu suasana kembali seperti semula.

Tata mengecutkan bibirnya, "Fifi doang nih yang ditawarin bangku? Gue mau duduk juga kali."

"Ga ada. Lo duduk sono di bawah," sahut Riski sambil tertawa pelan.

Fifi membuka tirai dengan sekali hentak. Matanya membulat seketika mendapati seseorang disana hanya mengenakan boxer merah muda.

"Anjir! Lo ngapain kesini sini woy!"

Okta dan Fifi sontak langsung membalikan badan mereka. Pipi mereka merona malu.

"Gue lagi ganti baju ishh.." desis Okta. Kembali menutup tirai itu.

Ah, matilah gue!

Semua pasang mata disana langsung pada kepo, melongok kearah kejadian.

Riski menepuk dahinya, "lupa gue. Ada Okta di ruang ganti."

Tangan Fifi mengepal, semua emosinya terkumpul disana. Perlahan ia menoleh horor kearah Riski, dan yang ditoleh meneguk ludahnya dengan susah payah.

"Habislah lo, Ki! Besok lo kayaknya tinggal nama, deh." Desis Tata berusaha menahan tawanya.


_________
Halo guys!
Jangan lupa votement nya^^
Thanks udah mau baca Pinkky Boy sampe sini..

Salam manis,
ChakyKim_

IG: (at)chakycokki_

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.5M 30.7K 13
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
2.6M 266K 63
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
1.3M 121K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
1.4M 102K 44
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...