AREKSA

By MartabakKolor

32.7M 3.2M 1.2M

"Perasaan kita sama, tapi sayang Tuhan kita beda." ****** Areksa suka Ilona Ilona juga suka Areksa Tapi merek... More

PROLOG
SATU
DUA
TIGA
EMPAT
LIMA
ENAM
DELAPAN
SEMBILAN
SEPULUH
SEBELAS
DUA BELAS
TIGA BELAS
EMPAT BELAS
LIMA BELAS
ENAM BELAS
TUJUH BELAS
DELAPAN BELAS
SEMBILAN BELAS
DUA PULUH
DUA PULUH SATU
DUA PULUH DUA
DUA PULUH TIGA
DUA PULUH EMPAT
DUA PULUH LIMA
DUA PULUH ENAM
DUA PULUH TUJUH
DUA PULUH DELAPAN
DUA PULUH SEMBILAN
TIGA PULUH
TIGA PULUH SATU
TIGA PULUH DUA
TIGA PULUH TIGA
TIGA PULUH EMPAT
TIGA PULUH LIMA
TIGA PULUH ENAM
Notifnya Ga Ada
TIGA PULUH TUJUH
TIGA PULUH DELAPAN
TIGA PULUH SEMBILAN
EMPAT PULUH
EMPAT PULUH SATU
TEASER AREKSA
EMPAT PULUH DUA
TEASER AREKSA 3
EMPAT PULUH TIGA
EMPAT PULUH EMPAT
GIVE AWAY
EMPAT PULUH LIMA
VOTE COVER DAN GIVE AWAY
EMPAT PULUH ENAM
EMPAT PULUH TUJUH
EMPAT PULUH DELAPAN
Info Novel
INFO PENTING!
EMPAT PULUH SEMBILAN
PO DIMULAI
LIMA PULUH : SAMUEL-AZURA
SPOILER NOVEL
SAMUEL
Special Offer AREKSA
PRE ORDER Lagi
OFFICIAL JACKET DIAMOND GANG

TUJUH

557K 66.4K 15K
By MartabakKolor

We are Diamond Gang. Friendship is the main thing.
-DG

                                ***

"Lo kelihatan capek banget, Sa," ujar Naura pada Areksa. Ia  merasa kalau cowok itu terlalu sering memijat kepalanya sejak tadi. Keduanya kini tengah berada di salah satu mall untuk membeli perlengkapan yang akan digunakan untuk bazar di sekolah mereka.

Tidak ingin berbohong, Areksa pun mengangguk membenarkan. Kepalanya benar-benar terasa pening sekarang. Masalah yang menimpa Ilona belakangan ini cukup membuatnya kepikiran.

"Mau langsung balik aja nih?" tanya Naura merasa tidak enak.

"Iya. Lagian belanjanya juga udah selesai, kan?"

Naura tersenyum tipis kemudian mengangguk. Ia mengecek kembali paper bag yang ditentengnya. Setelah dirasa benar-benar sudah lengkap, keduanya pun berjalan berdampingan menuju parkiran.

"Mau gue aja yang nyetir, Sa?" tawar Naura.

Areksa menggeleng. "Lo cewek, nggak sepatutnya buat nyetir kalau lagi sama cowok."

"Lo oke, 'kan?" tanya Naura lagi. Jujur saja ia merasa kasihan dengan partnernya itu. Bukan bermaksud apa-apa, Naura hanya bersikap sewajarnya saja.

Areksa tertawa kecil. "Gini doang, nggak usah berlebihan," balasnya.

Naura mengangguk-anggukkan kepalanya. Gadis itu mulai memasang sabuk pengaman. Hari sudah beranjak sore. Untung saja barang-barang yang harus mereka beli tidak terlalu banyak.

"Yang jadi tim keamanan waktu bazar siapa aja?" tanya Naura yang sejak tadi memang ingin menanyakan hal itu kepada Areksa.

"Lo nggak usah bingung soal itu. Gue sama anak-anak Diamond yang bakalan tugas," balas Areksa dengan wajah tenang.

"Oh, bagus kalau gitu." Naura melempar pandangannya ke arah luar jendela. Banyak pepohonan yang tumbuh rindang di sisi jalan. Sore-sore seperti ini membuat jalanan terlihat sedikit padat.

"Tumben Ilona nggak ikut. Biasanya dia selalu ikut kalau kita pergi," ujar Naura lalu terkekeh pelan. Biasanya, gadis itu pasti akan sangat heboh jika pergi bersama mereka.

Areksa yang fokus mengemudikan mobilnya itu pun menjawab, "Dia lagi main sama anak-anak lain."

"Ilona akrab banget, ya, sama anggota geng lo," ujar Naura.

Areksa mengangguk. "Dia ratunya Diamond kalau lo lupa. Meskipun nyebelin, Ilona itu ibarat berlian buat kita."

                                  ♥   ♥   ♥

"KAFAN CURANG!"

Hidung Ilona kembang kempis menahan amarah. Wajahnya kini sudah dipenuhi oleh tepung terigu karena berulang kali kalah dalam permainan yang sedang mereka lakukan. Ular tangga.

"Curang pale lu. Kalau kalah ya kalah aja sih. Dari tadi lo lebih sering turun daripada naik," balas Canva melakukan pembelaan.

Marvin tertawa melihat wajah Ilona yang penuh dengan tepung. "Baby-nya Reksa ngambek, nih, ye?" godanya seraya menaik turunkan alisnya.

"IH NGGAK ASIK!" teriak Ilona kelewat kencang. Gadis itu menekuk wajahnya tak suka. Tatapannya tertuju ke arah Samuel yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya.

"El, kali-kali ajak Azura ke sini kek biar gue ada temennya. Main sama kalian mulu bikin gue stres!" kata Ilona pada Samuel.

Ketua Diamond itu menatap malas ke arah Ilona. "Ogah," balasnya.

Ilona mencebikkan bibirnya. Di sini memang tidak ada yang normal kecuali Areksa. "Kangen Eksa ...," rengeknya dengan nada manja.

"Lo baru ditinggal dua jam kayak udah ditinggal setahun aja, Na." Farzan menggeleng heran.

"Eksa itu separuh napas gue! Kalau dia pergi kelamaan, gue bisa kejang-kejang!" sarkas Ilona.

"Congor lu," sahut Canva. Cowok itu berdiri dari duduk lesehannya dan beralih ke sofa.

"Tadi 'kan Reksa udah ngajak lo, kenapa nggak ikut aja? Sekarang nyesel sendiri," ujar Marvin sembari membalas chat yang masuk di handphone-nya. Pasti cowok itu sibuk membalas satu persatu pesan dari pacar-pacarnya.

"Gue males liat muka Norak." Ilona menyenderkan tubuhnya di punggung Farzan.

"Naura, Na. Naura. Lo hobi banget rubah nama orang." Canva menggeleng tak habis pikir.

Ilona memutar bola matanha malas. "Terserah gue dong!"

"Naura baik banget padahal. Lo punya dendam apa sama dia?" tanya Marvin penasaran. Selama ini, Ilona memang sedikit sensitif jika ada orang yang menyebut nama Naura. Padahal, wakil ketua OSIS SMA Taruna Bakti itu terkenal akan keramahannya.

"Karena dia selalu deket-deket sama Eksa. Gue nggak suka," balas Ilona, jujur sekali.

"Mereka 'kan satu organisasi. Wajarlah kalau deketan. Lagian, nih, ya. Gue yakin kalau Reksa nggak bakalan berpaling dari lo. Bucin parah tuh bocah," ujar Farzan berpendapat.

Samuel menaikkan pandangannya. Cowok itu mengangguk setuju. "Gue kenal dia dari dulu. Reksa itu setia dan nggak bakalan berkhianat."

"Sedalem apa pun kalian kenal sama Eksa, tetep gue yang paling tau seluk beluknya. Kalian pernah mandi bareng sama dia nggak?" Ilona menaikkan dagunya sombong.

Keempat cowok itu kompak menggeleng.

"Kayak gue dong! Sering!" lanjut Ilona lalu tertawa geli.

"LO GILA?!" teriak Canva dengan hebohnya.

"Waktu kecil maksudnya, HAHAHAHA." Ilona tertawa setan.

"Berisik." Itu suara Marvel yang terbangun dari tidurnya akibat tawa Ilona yang merusak ketenangannya.

                                  ♥   ♥   ♥

Areksa dan Ilona kini tengah berada di halaman rumah milik Ilona. Sejak pukul tujuh malam hingga sekarang—pukul sembilan malam—Areksa sama sekali belum berhenti mengajari Ilona beberapa materi. Cowok itu dengan sabarnya mengajari Ilona yang sulit untuk diajak serius.

"Cos 1 nilainya berapa derajat?"

"Cos?" Ilona menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "kos-kosan?"

"HAH!" Areksa menghela napas kasar. Ia menutup semua buku yang dirinya gunakan untuk memberikan materi kepada Ilona, "nyerah! Gue nyerah!"

Ilona langsung berdiri dan meninju angin dengan riangnya. "AYO KITA MAIN AJA, SA! NGAPAIN BELAJAR?! GUE MALES JADI ANAK PINTAR!" teriaknya dengan kencang.

"Bener-bener kurang ajar." Areksa menggeleng-gelengkan kepalanya. Ilona itu susah sekali diatur. Butuh kesabaran ekstra untuk membujuk gadis itu.

Cit cit cit

Suara bising itu membuat keduanya kompak menoleh ke arah kanan—tepatnya pada rumah Azzam. Ilona tersenyum miring, itu pasti suara pasukan ayamnya Si Raja Ayam alias Azzam.

"Bobo udah tidur, nggak bisa gue ajak tanding deh." Ilona berujar lesu. Gadis itu mengetukkan jari di keningnya. Berpikir keras tentang kegiatan apa yang bisa menghilangkan kegabutannya kali ini.

"Gangguin Azzam, yuk, Sa," ajak Ilona.

Areksa menggeleng kuat. "Nggak!" tolaknya mentah-mentah.

Ilona menghentakkan kakinya sebal. Gadis itu kembali duduk di samping Areksa. Ilona itu tipikal orang yang tidak bisa diam. Bisa dibilang kalau gadis itu termasuk anak yang hiperaktif.

Melihat wajah Ilona yang ditekuk sebal seperti itu membuat Areksa mengulum senyuman. Ia sengaja menyelonjorkan kakinya, lalu menyuruh Ilona untuk tiduran dengan kepala yang diletakkan di atas paha miliknya.

"Wah! Ternyata ada banyak bintang!" ujar Ilona dengan senang. Wajah gadis itu berubah menjadi berseri dari yang semula suram.

"Bintangnya indah, tapi tetep lo yang paling indah," ujar Areksa seraya mengelus lembut rambut milik Ilona. Seperti seorang ibu dan anaknya.

"Gue bukan indah. Gue Ilona cetar membahana," ralat Ilona.

Areksa menatap lempeng ke arah gadis itu. Ilona memang tidak bisa diajak romantis-romantisan. Karena gemas, ia pun mencapit hidung Ilona dengan jari telunjuk dan tengahnya.

"SAKIT, EKSAYANG!" teriak Ilona. Tangannya berusaha menyingkirkan tangan milik Areksa dari hidungnya, "nanti kalau gue mati gimana?"

Areksa tertawa. "Kalau lo mati, gue ikut."

"Nanti yang jagain Tante Clarissa siapa?"

"Ya udah jangan mati."

Ilona mendelikkan matanya. "Ya kali gue nggak mati."

"Jangan ngomongin itu, gue nggak suka," balas Areksa, merubah raut wajahnya menjadi serius.

Dari balik jendela rumah Ilona, ada Alana yang menatap keduanya dengan sorot mata yang tidak dapat diartikan.

♥   ♥   ♥

/edit/ : KEMARIN AKU DOUBLE UPDATE! ADA CHAP 5 SAMA 6. TERNYATA BANYAK DARI KALIAN YANG BELUM BACA CHAP 5, MAKANYA GA PAHAM! BACA DULU, YA. KALAU KALIAN GA TELITI, NTAR BINGUNG SENDIRI.

Yang belum tau, RAMOR itu singkatan dari (Rakyat MartabakKolor)

Sampai jumpa di chapter depan!

Continue Reading

You'll Also Like

11.8M 735K 55
Sejak orang tuanya meninggal, Asya hanya tinggal berdua bersama Alga, kakak tirinya. Asya selalu di manja sejak kecil, Asya harus mendapat pelukan se...
1.9K 55 7
"biru jangan tinggalin langit ya kita harus bareng terus" -langit "ngga langit, aku gak akan ninggalin kamu makasih ya udah terus sama aku"-sabiru se...
206K 43.2K 33
Aeris dipaksa masuk ke jurusan yang tidak dia inginkan, merelakan impiannya mengabur, dan menyusuri jalan yang dirancang orang tuanya. Namun, siapa s...
3.6M 417K 32
"Tuhan, ajak dia bahagia lagi." -Angkasa Naufal Merapi Kisah ini tentang sebuah epilog yang dimulai kembali. Yang menyedihkan, yang menyakitkan, kat...