Voice of The Sky

Bởi TerribleTerrors13

44.4K 1K 247

Malaikat itu nyata. Mereka bekerja pada sebuah perusahaan bernama surga yang memperkerjakan malaikat sebagai... Xem Thêm

Prolog
Chapter 2: Heart's Voice
Chapter 3: When the Heart Says
Chapter 4: I'm Happy If He's Happy Too
Chapter 5: Hollow
Chapter 6: The One Will Hurted
Chapter 7: Death
Chapter 8: Consequence
Chapter 9: The Level S
Chapter 10: Painfull Time
Chapter 11: Frienship
Chapter 12: Mystery
Chapter 13: Unending Story
Chapter 14: The Angle
Chapter 15: Untitled
Chapter 16: The Beginning of the End
Chapter 17: (Not) The Last Day
Chapter 18: Paradise You Are Belong
Chapter 19: Voice of the Sky
Epilog [Yuka's POV]
Epilog [Harry's POV]
AUTHOR'S NOTE - IMPORTANT
OMAKE I - Harry's Diary: Black Ribbon on the Head

Chapter 1: Voice of the Wings

3K 61 9
Bởi TerribleTerrors13

Aku menangis. Mereka tidak. Surga adalah sebuah perusahaan dan malaikat adalah karyawannya. Dimana setiap mili sayap yang dikepakkan adalah pertanda di mana akan roh yang kembali ke langit. Dan setiap bulu sayap yang terjatuh menandakan bahwa roh tersebut telah berhasil kembali ke langit. Aku Yuka. Malaikat penjemput roh yang bertugas menjemput roh orang mati dan mengantarnya kembali ke langit. Menjemput roh adalah tugas berat, tapi….

“Aku akan berusaha..”

“Tapi mengapa usahamu itu hanya terus memberikanmu level C?” ejek seorang malaikat berambut keriting coklat yang terus mengepak-ngepakkan sayapnya menjaga keseimbangannya di udara.

“Diam kau, Harry! Aku tahu kau berada di level A!” teriakku kesal. Malaikat itu memiliki level-levelnya masing-masing. Mulai dari yang terendah yaitu level C (awas jika kalian tertawa), lalu menengah yaitu level B, level A di posisi kedua dari pertama, dan level S level para petinggi dengan kemampuan yang sangat menakjubkan. Harry adalah partnerku. Setiap malaikat diberikan partnernya masing-masing untuk menjalankan tugasnya menjemput para roh. Dan si keriting Harry Styles ini adalah partnerku semenjak aku menjadi malaikat.

“Bodoh, mau sampai kapan kau akan terus menangis setiap menjemput lalu mengantar roh para manusia itu. Toh kau tinggal melakukan dua hal mudah itu, kan,”

“Aku itu sedih, keriting mie ramen! Kau saja yang selalu terlihat tidak niat ketika sedang menjalan tugasmu, huh. Mengapa pula peringkatmu bisa berada di level A, sih?!” balasku semakin kesal. Sudah selama sepuluh tahun aku menjadi malaikat dan berarti pula sudah sepuluh tahun aku berpasangan dengannya. Sikapnya terkadang egois, mengesalkan, menjengkelkan, mudah marah, dan terkadang ingin rasanya aku menyolok kedua bola mata hijaunya. Tapi banyak pula sisi baiknya. Sangat banyak.

“Soalnya kau bodoh, sih,” aku hanya diam menanggapi omongannya. Kusipitkan mataku dan menatapnya sinis.

“Apa? Tampangmu mirip nenek sihir,” jawabnya memanyunkan bibirnya dan menjulurkan lidah merahnya, “oh iya ngomong-ngomong ini adalah hari terakhirku menjadi partnermu,” lanjutnya yang tiba-tiba membuatku benar-benar kaget.

“HAH?! Lalu aku akan dengan siapa?!”

“Siapa pun itu bukan masalah, kan. Yang kutahu dia itu berasal dari level S,”

“Gila! Untuk apa aku harus menjadi parnert seorang level S?!”

“Biasalah saja, Yuka. Toh kau kan tidak akan terlalu repot dalam membereskan para roh itu jika bersamanya. Kalau tidak salah itu dia seorang pengawas. Habis kamu payah, sih, akhirnya level S harus ikut campur,” payah?! Aku nggak butuh pengawas! Aku ngga sebodoh itu!

“Hei, besok Niall sudah masuk, loh. Mau kusampaikan salammu untuknya atau lebih baik kusampaikan perasaanmu padanya?”

“Harry kau sungguh bodoh! Hentikan menyiksaku! Aaaaaaa!” teriakku histeris. Harry adalah satu-satunya laki-laki yang tahu bahwa aku menyukai Niall. Oh iya, Niall itu manusia teman satu sekolah kami. Dan Harry adalah teman dekatnya.

“Haaahh, padahal kau bisa mulai pendekatan dengannya,”

“Kebodohanmu mulai kambuh lagi, Harry. Itu kelewat bodoh namanya,”

“Yasudahlah kalau begitu. Aku pulang duluan, ya. Sampai ketemu besok di sekolah,” lanjutnya lalu terbang menjauh. Entahlah siapa yang akan menjadi partnerku selanjutnya. Harry yang sepopuler itu di kalangan para malaikat saja tidak tahu siapa level S yang akan menjadi partnerku. Mengapa juga, sih, level S harus menjadi partnerku. Apakah aku sebodoh itu di mata para malaikat selevel atas?! Aku ingin naik level aaaaaaaaa!

.

.

            Mailaikat hidup membaur layaknya manusia. Bersekolah, berkeluarga, berkerja, dan melakukan segala sesuatu seperti manusia. Manusia tidak akan bisa membedakan mana manusia mana malaikat. Mereka hanya akan bisa melihat para malaikat dengan kedua sayap putihnya jika seorang malaikat mencium bibir seorang manusia. Dan ketika itu wujud dari sayap para malaikat akan terlihat.

“Aha, itu Niall,” ucapku dalam hati sambil tersenyum ketika kulihat Niall berjalan masuk menuju gerbang sekolah bersama teman-temannya. Tentu saja Harry ada di sana. Lihatlah, orang bodoh itu mulai berperilaku gila sambil melihatku. Haah, aku hanya ingin memandang Niall. Bukan memandangmu, dasar keriting. Kalian bisa lihatkan betapa indahnya kedua bundaran biru di matanya. Seakan aku bisa melihat pantulan malaikat di matanya. Oh ya, di sekolahku gedung siswa dan siswinya dipisah. Jadi lumayan sulit untuk melihat orang yang kita sukai. Memang sepertinya enak bisa menjadi para laki-laki itu. Bisa sangat akrab dan dekat dengan orang yang kita sukai. Dasar, aku memang lemah jika dalam masalah percintaan.

“Heh, pagi-pagi udah ngeliatin Niall ya kerjaannya,” seru sebuah suara yang menepuk pundakku. Ternyata Ellen. Dia malaikat sama sepertiku. Tapi yaa, dia berada di level B. Berbeda? Yah what ever. Terserah kalian saja mau mengangapku sebodoh apa.

“Apa sih, Ellen. Apa salahnya, sih. Lagi pula akan sangat jarang kan untuk mendapatkan kesempatan seperti ini,” jawabku menjulurkan lidahku tetapi pandanganku masih memperhatikan Niall.

“Hei! Kalau bicara dengan orang kau harus menatap matanya!” teriaknya menarik kepalaku. Cepat-cepat aku berbalik dan melihat ke arah lain.

“Tuh kan! Aku kehilangan Niall,”

“Haaahh, Yuka, Yuka. Sudahlah ayo kita masuk sekarang,” Ellen menarik tanganku lalu membawaku masuk ke dalam kelas. Memaksaku agar tetap fokus pada sesosok manusia yang selalu menjelaskan rumus-rumus yang terkadang membuatku bingung. Hah.

“Yukaaa!! Kau gila! Bagaimana bisa kau mendapat nilai sempurna dalam ulangan matematika tadi? Kau hebat!”

“Ah sudahlah, El. Aku tidak butuh semua nilai ini. Kalau kau mau, kau ambil saja kertas punyaku terus kau ganti namaku dengan namamu lalu kau serahkan pada orang tuamu. Gampang, kan?”

“Kau gila… sudah berapa lama sih kau hidup sebagai manusia tetapi masih saja berperilaku seperti ini,” balas Ellen ketika kami sedang berjalan menjauh dari sekolahan. Bel pulang telah berdering sekitar lima belas menit yang lalu. Pertanda sekolah telah usai  dan waktunya kembali ke duniaku sendiri.

“Dari pada kau bingung dan terus dimarahi, kan,”

“Iya sih…… oh iya. Kudengar kontrakmu menjadi partner Harry telah diputus kemarin ya? Dan kau akan bersama si level S yang misterius itu?”

“Ahhh kumohon tolong jangan bicarakan masalah si level S itu. Aku sangat sangat kesal memikirkan mengapa perlu level S menjadi partnerku. Aku gak sebodoh itu juga kali,” lanjutku mengeluh atas kebodohanku sendiri sebagai malaikat.

“Hey, bisa saja level S yang akan menjadi partner sekaligus mengawasimu itu si level S yang lagi banyak dibicarakan,”

“Hah? Siapa dia?”

“Aku belum pernah melihatnya. Bahkan hanya sekelas level S dan sekitar 5% level A yang pernah melihatnya. Tapi kalau nggak salah dia itu malaikat yang banyak disukai perempuan yang pernah melihatnya. Dia berhasil naik hingga level S dalam waktu tiga setengah tahun,” Ellen terus menerus memujinya. Halah, kan itu cuma rumor. Tapi... tiga setengah tahun itu terlalu cepat....

“Hah, bukan urusanku kalau banyak perempuan yang menyukainya,”

“Oh aku tau. Karena hanya ada Niall yang ada di hatimu, kan?”

“Kalian membicarakanku?” tanya sebuah suara yang terdengar polos dari belakang kami. Sesegera mungkin aku dan Ellen menoleh ke belakang dan mendapati Harry tengah berjalan bersama Niall.

“Halloooooo para perempuan manis!” teriak Harry melambaikan tangannya lalu menarik tangan Niall dan berlari ke arah kami. Aku hanya bisa mematung. Terdiam beribu kata. Ellen hanya terus mencubiti bagian belakang badanku dengan ekspresi yang sedikit mengejek.

“Hei Harry and Niall. Kalian kalau pulang memang lewat sini?” tanya Ellen pada Harry dan Niall. Aku hanya terus menunduk membuang wajahku. Berusaha menyembunyikan kegugupanku. Niall-berdiri-di-depanku-dan-ini-untuk-pertama-kalinya. Sesekali aku melihat ke arah depanku dan kulihat Niall terus tersenyum mendengar apa yang mereka bertiga bicarakan.

“Kau kenapa? Ayo senyum! Chisss,” tangan Harry menarik kedua pipiku dan membuatku berhasil menghadap Niall dan melihat kedua wajahnya secara langsung.

“H-hai Niall,” jawabku malu-malu dengan posisi pipiku masih berada dalam jambakan kedua tangan besar Harry.

“Hai. Kau Yuka, ya? Salam kenal,” jawabnya tersenyum hangat. Oh please, ini bohong. Aku merasakan wajahku mulai terasa panas. Kumohon jangan sampai terlihat.

“Cukup Mr. Styles! Kau mau membuat pipiku melar apa,” berontakku menjauhkan kedua tangannya dari pipiku ini. Aduh, sakit..

“Nah, gitu dong. Eh iya, Niall dan aku mau pulang bersama. Boleh sekalian sama kalian?” tanya Harry sok lucu sambil mengedipkan matanya pda Ellen. Gawat, kurasa sesuatu yang buruk akan menimpaku. Tidak!

“Boleh banget, Harry! Ayo ayo! Yuka juga pasti bakal seneng kan bisa pulang sama temen-temennya!”

“Hah? Apa-apaan sih k–“

“Ayuk ah sekarang aja. Nanti keburu sore,” lanjut Ellen sambil membungkam mulutku. Akhirnya kami berempat pulang bersama menyusuri setiap jalan. Jarak rumah kami memang saling berdekatan. Hanya berbeda beberapa blok saja. Sepanjang jalan, aku relatif diam dan sibuk dengan ponselku yang semakin lama membuatku semakin terlihat abnormal. Mereka bertiga membicarakan banyak hal yang tidak aku dengarkan.

“Hei, sibuk banget sama ponsel kamu. Sama pacar ya?” tanya Niall tiba-tiba membangunkan lamunanku yang semenjak tadi memandang layer ponselku tanpa berbuat apa-apa.

“Eh ah eh ngga! Aku ga punya pacar,” jawabku kelabakan. Duh, Niall. Kau selalu mendadak kalau berbicara. Eh tunggu. Dua bocah itu ke mana?

“Loh, Ellen sama Harry mana?”

“Loh, kamu gak sadar? Tadi kan mereka baru aja belok ke blok di sana,” lanjut Niall sambil menunjuk sebuah blok di belakang sana. Sial. Untuk apa mereka ke sana? Rumah mereka kan tidak di sana. Hebat sekali cara mereka mencoba meninggalkanku agar bsia bersama Niall. Lihatlah apa yang akan terjadi besok, Harry, Ellen.

“Kenapa memangnya?” tanyanya lagi.

“Nggak apa-apa, kok,” balasku mulai kembalu gugup. Dadaku berdetak kencang. Lima kali lebih kencang dari pada detak jantungku yang biasa. Oh hey stupid guys named Ellen and Harry. Mengapa kalian berdua selalu sadis jika mengerjaiku.

“Oh iya, kau hebat ya. Aku kagum dengan semua nilai-nilaimu,” ucapnya memujiku. Nilaiku sebagai manusia memang bisa dibilang bagus. Tapi lihatlah kenyataannya! Aku masih di level C! Ingin rasanya aku memutar nilaiku. Hiks.

“Hahaha, terima kasih. Aku malah kagum dengan semua nilai-nilaimu. Nilaimu jauh lebih baik lagi,” kali ini gilaranku memujinya. Banyak sekali pujian yang ingin aku sampaikan tapi bisa-bisa dia menganggapku aneh atau apalah, “hei, itu rumahku. Aku duluan ya,” lanjutku berbelok sedikit ke sebelah kiri. Kubuka pagar rumahku setelah Niall melambaikan tangannya dan tersenyum padaku. kulihat kembali ke sebelah kananku dan tidak dapat kutemukan Niall. Lalu kuberbalik ke arah kiriku dan lagi-lagi tidak kudapati dirinya. Cepat sekali jalannya. Mungkin ada sesuatu yang penting yang harus dia kerjakan.

“Cie, pulang sama Niall,” seru sesorang dari sofa di lantai bawah tepat ketika aku menginjakkan kaki di dalam rumah.

“Apa sih, kak. Berisik banget jadi orang,” ejekku sambil berjalan menaiki tangga. Dia kakakku. Namanya Aaron. DAN DIA MALAIKAT LEVEL A. Aaaaaa kumohon, aku ingin naik level setidaknya menjadi level B. Mengapa usahaku selama sepuluh tahun selalu tak berarti apa pun. Kakakku saja hanya dalam empat tahun pertama bisa naik menjadi level B dan lima tahun kemudian berhasil naik menjadi level A. Sedangkan aku? Sepuluh tahun tetap tak beranjak dari level C! Rata-rata malaikat itu naik level sekitar lima tahun sekali. Seharusnya aku sekarang sudah berada di level A. Tapi takdir berkata tidak. Akhirnya level S harus turun tangan dalam membimbingku. Bodohnya aku. Malam ini malam pertamaku untuk tugas bersamanya. Kumohon semoga dia tidak telat atau melakukan hal yang aneh-aneh. Dan aku akan menunjukkan kemampuanku yang sebenarnya padanya! Akan kubuat dia mengakui kemampuanku dan merekomdasikanku agar levelku dinaikkan! Haah, semangatlah Yuka!

.

.

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

115K 430 32
Smut 18+ ONLY! ⚠️WARNING⚠️ ⚠️CONTAINS MUTURE CONTENT⚠️ ⚠️VERY SEXUAL 18+⚠️ 22 year old Raven Johnson is just going to her yearly doctors appointment...
23M 804K 69
"The Hacker and the Mob Boss" ❦ Reyna Fields seems to be an ordinary girl with her thick-framed glasses, baggy clothes, hair always up in a ponytail...
256K 10.1K 32
""SIT THERE AND TAKE IT LIKE A GOOD GIRL"" YOU,DIRTY,DIRTY GIRL ,I WAS TALKING ABOUT THE BOOK🌝🌚
40.4K 2.4K 22
𝐁𝐨𝐨𝐤 # 𝟏 𝐨𝐟 𝐓𝐡𝐞 𝐑𝐚𝐚𝐳 𝐬𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬. Love or betrayal? Consumption of betrayals. Internal betrayal? Yes! Will they be overcome? Or W...