Laki-Laki Biasa [Completed] (...

By TaeIlss_

235K 6.2K 71

Rehan tak pernah mengira niatnya membantu Gunawan membatalkan perjodohan justru menjadi titiknya terjebak pad... More

Blurb [0]
LLB; Tamu Tak Diundang [1]
LLB; Misi Selesai & Kenyataan Sebenarnya [3]
LLB; Kebohongan Dan Penawaran [4]
LLB; Sakit Mendalam Dan Kenyataan Lain [5]
LLB; Pusing Dan Keputusan Mendadak [6]

LLB; Tamu Tak Ter-Undang [2]

10.8K 823 8
By TaeIlss_

“Apaan, hah?”

Rehan memilih menutup telinganya dengan bantal setelah wajah seorang lelaki nampak didepan wajahnya. Siapa lagi kalau bukan Gunawan. Teman semasa kuliahnya yang kini juga menjadi mitra bisnisnya juga.

“Han aku mohon Han. Bantu aku untuk bisa meyakinkan Ibundaku agar beliau mau membatalkan pernikahanku. Aku ndak cinta sama wanita itu Han.” Ujar Gunawan dengan raut sedihnya yang tergambar sangat nyata.

Rumah Gunawan ada beberapa blok dari rumah Rehan karena kebetulan komplek ini di kelola oleh pengembang yang juga berkuliah sama di fakultas mereka saat itu.
Karena perumahan ini adalah percobaan pertama dari usaha Adrian- si pengembang- Rehan dan Gunawan sudah pasti kecantol dengan harga yang ditawarkan. Pokoknya masuk harga dibawah rata-rata perumahan sekarang.

Rehan bahkan udah bayar sampai lunas, “Nggak bisa ah. Gue nggak bisa bantu lo lolos dari orang tua lo. Lo tahu sendiri Wan, Ibu gue aja selalu gue hindarin kalau urusan perjodohan. Masa lo sendiri minta tolong sama gue kayak gini. Nggak, gue nggak bisa.” Ujar Rehan sambil meposisikan dirinya duduk di kepala ranjang.

Emang sialan banget si Gunawan. Walau dia orangnya lembut, tapi aslinya kalau didepan Rehan, Gunawan bisa sangat liar karena lelaki itu suka aja seenaknya masuk rumah Rehan bahkan sampai ke kamar Rehan untuk memohon sesuatu.

Kadang Rehan bingung sama Gunawan. Lelaki ini umurnya lebih tua satu tahun dari Rehan, tapi gayanya kayak anak magang di perusahaannya.

Apa-apa yah Rehan juga yang kerjain.

Gunawan kembali memohon, “Satu kali ini aja Han. Aku ndak bisa banget ketemu sama perempuan ini kalau karena di jodohkan kayak gini. Aku ndak bisa meneruskan perjodohan ini.” Ujar Gunawan dengan wajahnya yang makin memelas.

Rehan memilih menghempas napasnya berat, “Cuma ketemuan apa susahnya, Wan? Lo Cuma diminta ketemu sama dia buat perkenalan awal. Pasti sisanya yah mudah-mudah aja. Tinggal tolak, dan selesai.”

Gunawan menggeleng, “Ndak bisa begitu saja, Han,” Ujar Gunawan dengan logat jawa yang sangat kental, “Tapi ini sudah ada sangkut pautnya dengan ibuku langsung. Aku pernah mencoba satu perempuan saat itu. Tapi bukannya dia yang menolak, justru aku yang menolak sedangkan perempuan itu malah memilihku dan setuju dengan pernikahan. Aku di cecar sama ibuku untuk segera menikahinya, tapi aku ndak mencintainya. Lagipula Han,” Gunawan memotong kata-katanya.

“Apaan?” Tanya Rehan
Gunawan menggerakkan tangannya menyuruh Rehan untuk mendekatinya. Gunawan tampak membisikkan sesuatu di telinga Rehan yang justru memberikan respon mengerikan, “Najis!” Teriak Rehan dengan lebay-nya. “Dia ngapain lo? Berdiri sambil grepe-grepe? Kok orang tua lo nyariin cewek yang kayak gitu sih?” Tambah Rehan lagi dengan memasang wajah jijik.

Gunawan menggeleng, “Ndak tahu. Katanya bapaknya itu teman baik bapakku. Aku sih ikut-ikut saja toh, Han. Tapi pas tahu ternyata kayak gitu, aku langsung menghindar dan ndak pulang kampung dua bulan. Ibuku nangis dan akhirnya beliau minta maaf karena sudah salah pilih. Tapi masalahnya Han, ibuku bilang, kali ini beliau nggak salah pilih. Tapi tetap saja, aku wis trauma Han.”

Rehan menghembuskan napasnya berat- sekali lagi, “Jujur nih Wan, gue aja belum pernah ikut perjodohan ibu gue dari sejak beliau nanyain kapan gue mau nikah. Lah trus gimana cara gue bantu lo dengan ngeliat tuh cewek? Yang ada malah nanti gue yang kena imbas jeleknya. Gue nggak mau ah di grepe-grepe. Walau cowok cenderung suka sama hal-hal seduktif, tapi gue masih punya harga diri. Dan gue bukan tipe cowok kayak gitu.” Ujar Rehan memberikan pengertian pada Gunawan.

Gunawan menggeleng dengan wajah yang semakin sedih, “Aku mengerti Han. Tapi ndak bisakah kamu coba dulu satu kali? Ayolah Han, bantu aku lah.”

Rehan tampak berpikir sejenak.

Satu detik

Dua detik

Rehan masih belum memutuskan.

“Bagaimana Han?” Tanya Gunawan dengan wajah yang masih penuh dengan pengharapan.

Rehan akhirnya mengangguk sambil turun dari ranjangnya lantas mengangkat tubuh Gunawan yang terduduk dibawah ranjang untuk berdiri, “Yaudah, yaudah. Sekali ini aja ya gue bantuin lo. Tapi nggak gratis," Ujar Rehan dengan pasrah- pada akhirnya.

“Yasudah, wis apapun yang kamu mau, aku kasih Han. Makasih ya.” Gunawan lalu memeluk Rehan dengan erat.

Secuek dan se menyebalkan apapun Rehan, dirinya nggak akan pernah bisa membiarkan seseorang sampai memohon hingga berlutut padanya.

Karena Rehan hanya laki-laki biasa yang kerap kali tak tega.

-

Rehan di jadwalkan untuk bertemu dengan perempuan bernama Naya hari ini. Sudah sejak pagi Gunawan datang kerumahnya dengan berbagai macam pakaian baru yang dipilihkan langsung untuk Rehan.

Ssst, Gunawan bahkan memberikan pakaian dalam baru untuk Rehan.

Setelahnya Rehan mengenakan beberapa pakaian yang dipilihkan Gunawan untuknya. Rehan sebenernya males banget untuk keluar rumah apalagi waktunya pas banget dengan hari minggu. Sedangkan kemarin-kemarin dirinya sibuk menanam tanaman baru.

Rehan terus menatap jam-nya dan membiarkan perutnya terisi penuh dengan beberapa macam minuman sejak satu jam lalu. Mulai dari jus, kopi-kopian dan yang terakhir adalah ice cream. Tapi dengan teganya perempuan itu justru melalaikan waktu untuk pertemuan mereka.

Rehan sekali lagi melirik ke arah pintu masuk cafe. Pandangannya tiba-tiba tertuju pada seorang perempuan berhijab yang berdiri kebingungan di depan pintu sambil beberapa kali melirik kertas di tangannya.

Rehan tiba-tiba ingat dengan deskripsi pakaian sesuai penuturan Gunawan.

“Kata Ibu, nanti dia bakal pakai baju warna merah dengan rok senada. Badannya tinggi Han, mungkin diatas seratus tujuh puluh. Soalnya dia pramugari.”

Rehan mengingat sebentar, lantas memperhatikan perempuan itu sekali lagi. Rincian pakaiannya sama dengan apa yang dikatakan Gunawan tadi pagi. Langsung saja Rehan memanggil wanita itu untuk mendekat.

Tapi dia pakai hijab dan Rehan sendiri nggak tahu kalau perempuan yang Gunawan maksud itu pakai hijab atau nggak.

Dan dari yang Rehan lihat sepanjang dia menunggu di cafe, nggak ada wanita yang pakai baju warna merah seperti dia. Mungkin aja memang ini orangnya.

“Sudah menunggu lama, Mas? Maaf ya, tadi ada sedikit yang harus di urus dengan anak-anak.” Ujar perempuan itu sambil tersenyum canggung dengan Rehan.

Rehan menggeleng sambil menggerakkan tangannya sebagai tanda kalau semuanya nggak masalah, “Oh nggak papa. Saya sudah biasa menunggu rekanan kalau lama. Silahkan duduk Mbak.” Rehan mempersilahkan perempuan itu untuk duduk di tempatnya.

Rehan lalu mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri, “Oh ya, saya Gunawan.” Ujar Rehan berbohong soal namanya.

Kan ceritanya Rehan lagi jadi Gunawan.

Gadis itu terlihat ragu dengan uluran tangan Rehan. Tapi kemudian dia menangkupkan kedua tangannya didepan dada sambil membalas, “I-iya Mas, saya Kanaya.” Ujar Kanaya- perempuan itu- sambil tersenyum canggung.

Rehan lalu menurunkan tangannya yang terulur. Tiba-tiba dia malah jadi ikut-ikutan awkward, “Ah, ha ha, nggak papa Mbak. Saya menghargainya.” Ujar Rehan dengan senyuman yang di tampakkan semanis mungkin. Sesuai permintaan Gunawan agar perempuan didepannya bisa ilfeel.

Dua detik, keduanya memilih diam. Tapi Rehan ngerasa ada yang salah disini. Karena nama perempuan ini bukan seperti apa yang Gunawan bilang.

Ah, mungkin aja ini nama depannya. Dan yang Gunawan katakan adalah nama belakangnya.

Perempuan itu tampak akan mengeluarkan suaranya, “Oh iya, tadi Mas namanya siapa? Tanya Kanaya memulai percakapan.

Rehan tersenyum, “Mungkin saya ngomongnya kecepetan. Saya Gunawan Mbak, Gunawan Satria.” Ujar Rehan dengan senyuman lagi.

Kanaya balik tersenyum kecil, “O-oh saya pikir salah orang. Sebenarnya saya di beritahu untuk ketemu sama yang namanya Satria. Tapi saya nggak tahu nama panjangnya. Berarti benar yah ini Mas Satria.” Ujar Kanaya dengan senyum canggung.

Rehan tertawa, “Ah iya nggak papa. Saya juga agak kaget dengan nama Mbaknya karena saya diberitahu juga namanya Naya. Benar berarti yah, Mbak Kanaya.”

Kanaya tersenyum lalu pembicaraan mereka mulai berlanjut panjang lebar sejak Rehan mulai menceritakan soal dirinya- yang sebenarnya tentang Gunawan.

-

“Sudah sore, Mas. Kalau gitu saya permisi dulu yah, takut Bunda khawatir.” Ujar Kanaya sambil bangkit dari tempatnya duduk.

Rehan melihat Kanaya berdiri, reflek ikut berdiri, “Saya antar ya, Mbak. Sekalian balik.” Ujar Rehan dengan sopan.

Kanaya menggeleng pelan, “Oh nggak, nggak usah Mas. Nanti merepotkan. Saya bisa pulang sendiri kok.”

Rehan balik menggeleng, “Nggak, nggak. Nggak baik permpuan sudah sore masih di jalanan sendiri. Tenang Mbak, saya nggak akan macam-macam. Saya antar ya.”

Dengan sedikit canggung, Kanaya lalu menuruti ajakan Rehan.

Selama di perjalanan, nggak ada satupun yang memulai percakapan sampai mereka tiba di depan sebuah rumah yang terlihat sederhana.

“Nggak mungkin ini rumahnya. Secara kalau pramugari, biasanya anak orang kaya.” Pikir Rehan dalam hatinya.

Rehan menoleh ke arah Kanaya disampingnya, “Disini aja, Mbak?” Tanya Rehan memastikan perkataan Kanaya barusan.

Kanaya mengangguk, “Iya, iya Mas. Disini aja. Makasih sudah sampai ngantar saya pulang. Maaf ngerepotin ya Mas. Saya permisi dulu. Assalamualaikum.” Kanaya lalu turun dari mobil tanpa menunggu Rehan membalas salamnya
Rehan melihat dengan jelas kemana langkah Kanaya menuju. Perempuan itu berjalan pelan memasuki rumah sederhana yang terlihat asri dan damai.

Ternyata tebakan Rehan salah.

“Ya mungkin dia berprestasi, bisa jadi pramugari.” Pikir Rehan lagi.

Ketika Rehan hendak beranjak dari sana, seorang pasangan paruh baya tiba-tiba keluar dari rumah dengan Kanaya yang terlihat menahan mereka mendekati mobil Rehan.

“Nggak usah Bun, Yah. Nggak enak sama Mas-nya. Lagipula kan Nay Cuma dikenali saja sama Mbak Fitri.”

Rehan dengan jelas mendengar suara Kanaya yang memohon orang tuanya untuk tidak mendekati mobil walau seperti ada yang aneh dengan kata-kata Kanaya.

Dan akhirnya Kanaya justru gagal menahan kedua orang tuanya karena keduanya justru sudah berdiri tengah menunggu Rehan keluar dari mobil.

Ibu Kanaya terlihat sumringah menatap Rehan dari luar. Rehan nggak mungkin diam aja didalam apalagi ada orang tua yang tampak menunggunya di luar. Dengan ragu akhirnya Rehan keluar dari mobil.

“Assalamualaikum Bu, Pak. Saya Gunawan. Maaf sudah lancang mengantar Mbak Naya pulang.” Ujar Rehan dengan sopan sambil menyalami tangan keduanya.

Ibu Kanaya tampak sumringah menerima salam Rehan, “Ndak, ndak, justru kami senang karena nak Gunawan sudah mau mengantar putri kami selamat sampai rumah. Masuk dulu, nak.” Ujar Ibu Kanaya.

Rehan tampak ragu membalas, “Maaf bu, bukannya saya nggak mau, tapi saya-“

Kini giliran  Ayah Kanaya yang berbicara. “Ndak, ndak, wis ndak papa toh Mas. Ayo masuk dulu. Mau maghrib ini. Ndak baik dijalanan. Minum teh dulu ya.”

Rehan menolak dengan sopan, “Nggak usah pak, bu, saya permisi saja ya-“ Belum selesai Rehan berbicara, tapi tangannya sudah lebih dulu di tarik kedua orang tua Kanaya untuk masuk kedalam rumah.

Rehan menengok ke samping dimana Kanaya berjalan beriringan dengan mereka. Tapi perempuan itu hanya tampak menunduk dan tidak melakukan suatu apapun untuk membantu Rehan.

Bisa gawat urusannya.

-

“Saya dua puluh delapan tahun ini, Pak.”

Rehan nggak tahu sekarang ini jam berapa. Tapi setelah dirinya diajak melaksanakan sholat maghrib berjamaah, Rehan justru nggak diperbolehkan pulang dan malah disuruh ikut makan malam.

Hidangannya nggak main-main. Karena disini ada gudeg yang rasanya nggak bisa Rehan deskrip karena teralu enak, dengan berbagai macam makanan jawa lainnya.

Rehan bisa nggak pulang ini.

Bapak Kanaya terlihat makin sumringah, “Wah, sudah cukup umur toh untuk menikah. Bagaimana? Cocok ndak sama Kanaya?” Tanya Bapak Kanaya sambil melirik putrinya yang sedari tadi hanya menunduk.

“Bapak!”

“Kenapa toh nduk? Kamu mau kan sama nak Gunawan? Kalian cocok kok.” Kata Ibu Kanaya sambil menyendok kembali gudeg keatas piring Rehan.

Rehan kewalahan karena sedari tadi dia di treat keterlaluan sama keluarga Kanaya yang kelihatan sangat bersahaja. Rehan kebingungan sih, apa harus dia ngaku kalau dirinya ini Rehan bukan Gunawan?

Rehan melirik jam di pergelangan tangannya, “Pak, Bu, kayaknya saya mohon permisi ya. Sudah larut, takut di tunggu nanti dirumah.” Rehan me-lap permukaan bibirnya, “Oh iya, iya. Aduh ibu senang banget sudah mau di kunjungi sama Nak Gunawan. Lain kali mampir kerumah jangan kemalaman yah. Biar bapak bisa banyak ngobrol.”

Kanaya tampak melirik Rehan tanpa bicara. Sedari tadi gadis itu tampak hanya menunduk dan kelihatan banget kalau dia ngerasa nggak enak sama Gunawan alias Rehan.

Keluarga Kanaya mengantar Rehan sampai kedepan mobilnya. Bukan berlagak karena kedua orang tua didepannya adalah calon mertuanya Gunawan, Rehan menyalami keduanya dengan hikmat. Rehan sama sekali nggak akting soal ini karena dia jadi keinget keluarganya di kampung, “Terima kasih ya nak Gunawan sudah mau mampir.”

Rehan mengangguk, “Iya Bu, saya juga terima kasih sudah di terima dengan baik. Sajianya enak,” Rehan tersenyum, “Saya permisi Pak, Bu. Assalamualaikum.”

Sebelum masuk kedalam mobilnya, Rehan melirik Kanaya sekilas. Masih nggak berubah karena gadis itu tetap menunduk.

Bahkan sejak di cafe dia hanya menunduk dan sama sekali nggak berbicara dengan menatap wajah Rehan.

📹📹📹

Yakk masuk part 3... Udah mulai ketahuan kan? Wakakaka... Okeeh guyss ditunggu nextnya yaakk..
Btw tolong perbaiki apabila kata2 dalam bahasa jawanya salah. Aku hanya pakai kata2 yg sering di ucapin temenku yang jowo tulen.

Okee dah...
Makasih,
Love,
Rass😘

Continue Reading

You'll Also Like

38.4K 1.2K 7
AKAN SEGERA DI UNPUB Aku pernah menonton film Simba saat aku kecil dan aku memetik sebuah pelajaran dari film itu 'kau hanya punya dua pilihan untuk...
1.1M 55K 38
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...
1.3K 337 31
Dewa adalah seseorang yang begitu tegas dan berprinsip. Apa pun yang ia lakukan harus sesuai dengan rencananya. Dewi adalah seorang gadis pendiam da...
19.6K 1.6K 33
[DAFTAR PENDEK WATTYS 2023] Terancam dinikahkan, Rukya Ruhaji---anak pendakwah kondang yang manja dan sok pintar---harus mengubah desa yang berisi pr...