Gun for Off (OffGun)

By Rismaya-Cho

542K 35.9K 4.5K

Antara pemuda polos bernama Gun Atthaphan dan seorang pria berego tinggi Off Jumpol Adulkittiporn, hubungan s... More

(1)
(2)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
29
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
info
(44)
(45)
(46)
(47)

(3)

16.5K 1.3K 78
By Rismaya-Cho

🌸OffGun🌸

[Gun for Off]
Chapter-3

Off melihat jam tangannya, waktu sudah menunjukan pukul tiga sore, namun meeting bersama karyawan dan staf pentingnya belum selesai, ia harus menyaksikan persentasi yang sedang di lakukan Singto hingga selesai, ia tidak bisa meninggalkan meeting penting ini, karena meeting kali ini di hadiri para pemegang saham, dan para direktur penting lainnya, terpaksa Off menyuruh Porsche untuk menjemput Gun di sekolahnya.

🌸Bangkok Internasional High School

Bel baru saja berbunyi menandakan pelajaran terakhir sudah selesai, semua murid di sekolah itu berseru riang, termasuk si mungil Gun Atthaphan.

Gun siap untuk pulang saat Ssing Harait dan dua orang lainnya menghampiri mejanya dan menahannya.

"Gun, kami mau pergi ke Siam Center, mau ikut dengan kami?" ajak Ssing.

"Aww tumben sekali kau mengajak kami Ssing" yang menjawabnya teman sebangku Gun, Oab.

"Siapa yang mengajakmu Oab, kami hanya mengajak Gun" ucap Nanon.

"Tak apa jika kau mau ikut juga, lebih banyak orang lebih ramai kan?" tambah Jane satu-satunya gadis di antara mereka.

"Hei memangnya kau yang mau menelaktir kami Jane?" tambah Nanon, dan Jane hanya memberikan senyuman.

"Memangnya jika kau ikut, Gun juga akan ikut?" tanya Ssing pada Oab.

"Tentu saja" jawab Oab.

"Bagaimana Gun, mau ikut dengan kami? Hari ini Ssing ulang tahun, dia mau menteraktir kita semua" Gun menggaruk tengkuknya.

"Aku harus bertanya pada phi Off dulu" jawab Gun.

"Kalau begitu hubungi phi Off, minta ijin padanya" kata Jane, terlihat gadis itu semangat sekali, tentu saja, Jane akan senang jika Gun ikut, mengingat Jane menyukai remaja mungil itu.

"Tidak perlu menghubunginya, aku yakin pak tua itu sudah menunggumu di depan gerbang sekolah" celetuk Oab.

"Oab!!" Gun mencubit lengan Oab yang mengatai Off pak tua.

"Dia memang pak tua" cubitan Gun di lengan Oab semakin kencang.

"Aaaaaa... Sakit Gun" ketiga orang yang menyaksikan OabGun hanya tertawa, setelah itu mereka pun pergi meninggalkan kelas.

🌸

"Phi Porsche..."

Sapa Gun saat melihat bukan Off yang menjemputnya, Porsche tersenyum pada si mungil dan teman-temannya.

"Kenapa phi Porsche yang menjemput Gun?" tanya Gun.

"Off sedang ada meeting penting, jadi phi yang menjemputmu nong" jawab Porsche.

"Mmm... Phi, Gun boleh pergi bersama teman-teman Gun ke Siam Center?" Porsche nampak berpikir.

Jika ia mengijinkan Gun pergi bersama teman-temannya tanpa seijin Off, pastilah dia yang kena dari teman sekaligus bossnya itu, tapi menghubungi Off juga percuma, karena Off tidak mungkin mengangkat teleponnya.

"Phi Porsche ~" rengek Gun mengembalikan Porsche dari acara berpikirnya.

"Sebaiknya kita pulang nong, phi tidak yakin papii-mu akan mengijinkanmu pergi" jawab Porsche mengedipkan sebelah matanya.

"Coba telpon phi Off saja" seru Jane.

"Dia sedang meeting penting, tidak mungkin mengangkat teleponnya" Jane cemberut.

"Sepertinya aku tidak bisa ikut, kalian bersenang-senanglah tanpa aku" kata Gun, semuanya mengangguk paham, hanya Jane dan Oab yang diam.

Porsche sudah membukakan pintu mobilnya untuk Gun, dan setelah Gun masuk ke dalam mobil Porsche, pria itu pun berjalan ke arah pintu kemudi lalu masuk, tak lama mesin mobilnya menyala, mobil Porsche pun meninggalkan halaman sekolah Gun.

Mereka sudah tiba di kantor Off, saat di perjalanan Gun meminta Porsche berhenti di kedai es krim dan membeli es krim kesukaannya, Gun berjalan dengan langkah riang menuju arah lift, sementara Porsche mengikuti si mungil sambil membawa tentengan yang berisi es krim yang di belinya untuk Gun.

Lift terbuka dan di dalamnya ada seorang wanita berambut panjang bergelombang, yang merupakan kekasih Porsche.

"Phi Emma, sawadhikhrap phi" Gun memberikan wai pada wanita itu.

"Wadi nong, baru pulang sekolah?" tanya Emma, Gun mengangguk lucu membuat Emma mencubit pipinya dengan gemas.

"Kenapa kau lucu sekali nong, membuat aku gemas saja" Emma melepaskan cubitan di pipi Gun setelah ia puas.

"Apa meeting nya sudah selesai?" tanya Porsche pada Emma.

"Sepertinya belum" jawab Emma, pintu lift terbuka di lantai 8, lantai tujuan Emma.

"Nong, aku duluan, jika kau bosan kau bisa temui aku di meja kerja ku ok" Gun mengangguk.

"Khrap phi..."

Emma keluar dari lift setelah kembali mencubit pipi Gun, jika ada Off mana berani dia mencubit si mungil kesayangan boss mereka.

Gun mengusap pipi yang mendapat cubitan dua kali dari Emma, Porsche yang melihatnya hanya terkekeh gemas.

"Kenapa phi Emma suka sekali mencubit pipiku" gumamnya.

"Karena kau sangat menggemaskan nong" Porsche menambahkan dan hal itu membuat Gun semakin mengerucutkan bibirnya.

Akhirnya mereka sampai di lantai tujuan mereka, ruang meeting Off tidak jauh dari ruangan nya, jadi ketika Gun dan Porsche tiba di depan ruangan Off pintu ruangan meeting terbuka, menandakan meeting telah selesai.

Off yang pertama kali keluar bersama seorang pria paruh baya, yang merupakan salah satu direktur di perusahaan nya, setelah selesai bersalaman Off melihat Gun yang berlari ke arahnya, Off lelah menyuruh Gun untuk tidak lari-larian.

Seperti biasanya, Gun langsung memeluk leher Off, seluruh orang yang berada di sana sudah biasa melihat pemandangan seperti itu, melihat sifat boss mereka yang kaku dan datar akan berubah saat bersama Gun, lebih hangat dan murah senyum, lalu Off membawa Gun ke ruangannya.

Gun mengambil es krim dari tangan Porsche dan membawanya masuk, Off mengikuti si mungil kedalam ruangannya, pria itu terkekeh melihat kelakuan Gun yang langsung mendudukan dirinya di sofa favoritnya dan segera membuka es krim ukuran jumbo yang di bawanya, manik Gun berbinar layaknya seorang bayi, membuat Off tidak tahan untuk tidak mencubit pipi Gun.

"Aww papii, jangan cubit pipi Gun, tadi phi Emma sudah mencubitnya dua kali, pipi Gun sakit" bibir tebal milik Gun mengerucut, dahi Off mengkerut dengan satu alis terangkat.

Kemudian pria jangkuung itu menunduk lalu mengecup pipi Gun, seketika pipi Gun merona.

"Sudah tidak sakit lagi kan?" ucapnya, tanpa menunggu jawaban dari si mungil, Off mengusak kepala Gun dengan sayang, sambil terkekeh Off berjalan menuju meja kebesarannya, mengabaikan Gun yang sedang merona.

Off kembali mengsibukan dirinya dengan pekerjaannya, berkutat dengan laptop dan berkas-berkas yang berserakan di mejanya, sementara si mungil yang sudah selesai berblusing ria pun mulai memakan es krimnya.

🌸

Sudah sekitar satu jam Off sibuk dengan pekerjaannya, meski begitu perhatiannya terbagi pada si mungil yang tidak mau diam, Gun berhasil membuat Off tidak fokus dengan pekerjaannya, ada saja tingkahnya, dari mulai tiduran di sofa, atau mengajak bicara taotao dan dicky, vidio call-an dengan ibu Off, dan sekarang si mungil sedang berceloteh, menceritakan kesehariannya di sekolah, tugas Off hanya harus mendengarkan Gun bercerita atau nanti si mungil marah, sementara ia juga harus mengerjakan pekerjaannya.

"Papii Gun mau ke Siam Center" hanya karena tidak jadi ikut bersama teman-temannya kini Gun merengek pada Off.

"Ok, setelah aku menyelesaikan pekerjaanku"

"Berapa lama lagi papii?" Off melirik Gun, melihat si mungil sedang tengkurap di atas sofa, sementara tangannya terkurai lemas, Off terkekeh.

"Sebentar lagi Gun, lebih baik kau tidur di kamar, setelah selesai akan aku bangunkan" kata Off, menyuruh Gun tidur di kamar yang berada di ruangannya.

"Gun tidak mau, Gun mau lihat papii kerja" jawab Gun, karena menurut Gun, Off yang sedang fokus bekerja sangat tampan.

"Baiklah, tunggu sebentar lagi" Off kembali fokus dengan pekerjaannya.

Selang beberapa menit pintu ruangannya di ketuk dari luar, Off pikir itu Porsche, namun dugaanya salah, yang membuka pintu ruangannya dari luar ternyata Mook kekasihnya.

Wanita itu memberikan senyumannya, sambil melenggang masuk kedalam ruangannya.

"Mook, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Off dengan kerutan di dahinya.

"Mengunjungi mu, tidak boleh, kebetulan aku tidak punya jadwal, jadi aku memutuskan untuk menemuimu" jawab Mook, kemudian perhatian Mook berpindah ke arah sofa dimana Gun yang sudah merubah posisinya dari tidur tengkurap kini duduk sila sambil memeluk salah satu bonekanya.

Mook melangkah mendekati Gun sambil tersenyum ke arah remaja mungil itu, lantas mendudukan dirinya di samping Gun.

"Gun aku membawakanmu wafle kesukaanmu" Gun sangat suka makanan manis, terutama wafle, coklat dan es krim.

Mook wanita pintar, tidak seperti wanita2 lainya yang mendekati Off sebelumnya, ia harus mendapatkan hati Gun terlebih dulu, baru ia bisa meluluhkan hati Off, itulah pikiran Mook, terlihat seperti ia yang sedang mendekati duda anak satu.

Gun menerima wafle dari tangan Mook dengan senyuman dan mengucapkan terimakasih, setelah itu Mook beranjak dari sofa dan menuju Off yang masih memperhatikan mereka, ekor mata pria itu mengikuti pergerakan Mook yang berjalan ke arahnya hingga wanita yang merupakan kekasihnya itu menyenderkan tubuhnya dan tangan kanan yang memeluk pundaknya.

"Jum, nanti kita makan malam bersama bagaimana?" kata wanita itu, sambil tersenyum manis padanya.

"Bukankah besok kita akan makan malam bersama?"

"Maksudku kita bertiga, Gun ikut, kalau besok hanya kita berdua" kata Mook lagi memperjelas maksudnya, tangan kirinya memainkan dasi yang Off kenakan.

Off melirik Gun yang sedang menikmati wafle pemberiam Mook, Gun itu benar-benar terlihat seperti seorang bocah bagi Off, melihat cara makan si mungil yang belepotan membuatnya terkekeh, Mook yang melihat senyuman Off hanya berusaha menahan kesalnya, Mook tau tatapan Off tidak seperti seorang kakak yang sayang pada adiknya, tapi lebih mirip seorang pria yang mengagumi orang yang di cintainya, meskipun Off bersikeras menyangkalnya.

"Gun ingin pergi ke Siam Center setelah aku selesai dengan pekerjaanku" jawab Off yang kembali menatap Mook.

"Tak masalah, kita bisa makan disana?"

"Kau yakin? Gun juga ingin bermain di Time Zone" lanjut Off, Mook tersenyum.

"Tidak masalah Jum, jadwalku benar-benar kosong sampai besok, jadwal pemotretanku di ubah sampai minggu depan, aku sama sekali tidak masalah jika ikut kalian bermain di Time Zone" Mook meyakinkan Off jika ia sungguh tidak ada masalah, sesungguhnya Off tau usaha Mook untuk lebih dekat dengan Gun, ahkirnya dia mengangguk.

"Gun, Mook akan ikut ke Siam Center, tidak apa-apakan?" tanya Off dengan suara lembut.

"Tidak apa-apa papii..." Gun menggeleng sambil tersenyum, Off membalas senyuman Gun.

Off kembali melanjutkan pekerjaanya, Mook masih berdiri di belakang Off dan mulai memijat pundak pria itu, Off hanya membiarkan Mook melakukan apa yang kekasihnya lakukan, Off hanya ingin segera menyelesaikan pekerjaannya, karena tidak ingin Gun bosan karena lama menunggu dan membuat mood si mungil itu buruk.

🌸OffGun🌸

Mereka sudah di Siam Center, Gun ingin pergi ke Time Zone lebih dulu, kini Off dan Mook lebih mirip seperti orang tua yang sedang menemani anak mereka bermain, Gun sangat lincah, sudah banyak permainan yang ia mainkan, dan setelah kelelahan Gun merengek minta es krim, Off tidak membelikannya, karena si mungilnya sudah makan es krim ukuran Jumbo tadi di kantornya, Off tidak ingin Gun sakit perut.

Al hasil si mungil itu ngambek, Off harus ekstra keras membuat Gun berhenti ngambek, tanpa harus membelikannya es krim.

"Gun,  minta apapun asal jangan es krim ok, aku tidak ingin kau sakit perut karena kebanyakan makanan makanan dingin" Off pernah kecolongan, ia membiarkan Gun makan es krim dengan banyak, sorenya juga si mungil memakan es serut, akibatnya Gun sakit perut, dan ternyata si mungilnya itu terkena radang lambung ringan, dan Off tidak ingin terjadi lagi pada Gun, meski hanya radang lambung ringan.

"Tapi Gun mau es krim papii" sambil mengerucutkan bibirnya.

"Bagaimana jika kita makan di lestoran favoritmu nong, di sana ada valfet kesukaanmu" rayu Mook, namun Gun menggeleng.

"Gun mau es krim..." suaranya lirih, Off menarik nafas, membujuk Gun memang susah.

"Baby, kau mau terkena radang lambung lagi karena banyak mengosumsi makanan dan minuman dingin? Ingat apa yang di katakan dokter good?" Ucap Off sangat lembut, Mook yang melihatnya tertegun.

Memang hanya seorang Gun Atthaphan yang bisa membuat Off bisa bersikap lembut seperti itu, Off tipikal seorang pria angkuh, blak-blakan dan bermulut pedas, hanya pada sosok remaja mungil itu Off akan berubah sangat lembut.

Sementara Gun terdiam memikirkan ucapan Off, dia memang pernah terkena radang lambung, meski ringan namun sukses membuat Off repot dan sangat khawatir, ia tidak mau membuat pria jangkung bermata sipit itu kembali repot, ia juga tidak mau makan bubur selama sakit, Gun berjingjit memeluk leher Off, ia lupa jika ada Mook di sana.

"Maafkan Gun papii, Gun tidak mau membuat papii repot lagi jika Gun sakit" kata si mungil sambil mengendusi leher Off, Gun suka sekali bau tubuh Off yang seperti bayi.

Off tersenyum, lalu membalas pelukan Gun, melingkarkan tangannya di pinggang ramping Gun, Mook hanya diam melihat keduanya, menunggu salah satu dari mereka melepaskan pelukannya, dan beberapa detik kemudian Gun melepaskan pelukannya dan berseru dengan riang.

"Papii Gun mau boneka pikachu sebagai hadiah karena Gun dapat nilai 100 kemarin" si mungil menunjuk toko boneka di depan mereka, dan setelah mendapatkan anggukan dari Off si mungil langsung berlari memasuki toko boneka itu.

Lagi-lagi Mook di buat mengelus dada oleh sikap Off yang memperlakukan Gun, demi apa, Gun itu bukan anak kecil lagi, dan dia juga laki-laki, tapi Off tetap membelikan Gun boneka, Mook tidak bisa berbuat apa-apa, wanita itu pun hanya mengikuti kekasihnya memasuki toko boneka.

Awalnya memang Gun menginginkan boneka pikachu, namun saat matanya menemukan boneka beruang kuning di sebuah pojokan, si mungil itu tiba-tiba tertarik dan berlari menuju pojokan, Off yang akan membayar bonekanya melihat Gun yang berlari.

"Gun..."

Panggilannya di abaikan si mungil, setelah selesai membayar Off mengikuti Gun, kembali Off di buat geleng-geleng saat melihat Gun memeluk boneka Winnie the pooh yang ukurannya sangat besar, bahkan lebih besar dari tubuh mungilnya.

"Papii Gun mau..."

Off mendesah, si mungil ini berhasil membuatnya gemas setengah mati, Off ingin mencubit pipi Gun saking gemasnya.

"Mama aku mau boneka pooh itu" suara anak kecil kira-kira usia 15 tahun, menunjuk boneka yang sedang di gendong oleh Gun, seketika Off, Mook dan Gun menoleh pada anak kecil bersama seorang wanita yang merupakan ibu dari anak itu.

"Khun, boleh bonekanya saya yang beli?" tanya wanita itu, Gun menatap Off.

"Berikan boneka itu Gun, kau sudah membeli pikachu kan?" kata Off.

"Tapi aku lebih dulu mengambil boneka ini papii" kata Gun, kedua tangannya memeluk erat boneka pooh-nya.

Lalu Off memanggil pelayan toko dan menanyakan apa ada boneka yang sama, namun ternyata boneka itu hanya satu-satunya di toko itu, limited edition, karena ukurannya yang super jumbo.

"Mama aku mau bonekanya..." anak kecil itu mulai merengek pada ibunya.

"Nong kau kan laki-laki biar boneka itu untuk anakku" kata wanita itu, Gun diam, dia ingin memberikan bonekanya, namun ia juga menginginkannya.

"Tapi Gun juga mau boneka ini"

"Berikan bonekanya pada gadis itu Gun" itu suara Mook, dia sudah tidak tahan dengan kelakuan Gun yang menurutnya sangat manja, dan tidak pantas untuk remaja laki-laki seperti Gun.

"Mook!" bentak Off.

"Off, biarkan gadis itu yang memiki bonekanya, yang di katakan nyonya itu benar, kau ingin Gun di katai banci oleh orang-orang" kata Mook.

"Gun bukan banci Mook" geram Off.

"Jadi biarkan gadis itu memiliki bonekanya, atau kau ingin Gun menjadi banci" ucapan Mook benar.

Off hanya ingin memberikan apapun yang Gun inginkan, tapi melihat wanita paruh baya dan anak kecil yang menatap Gun seperti itu membuatnya tidak suka.

"Jum, jangan terlalu memanjakannya" ucap Mook kembali.

Kini tatapan Off beralih pada Gun yang menatapnya dengan tatapan memohon seperti anak anjing, orang-orang biasanya menyebutnya puppy eyes, namun dengan berat hati Off mengatakan.

"Berikan bonekanya Gun"

"Papi~"

"Atthaphan... Berikan bonekanya" suara Off berubah tegas, dan ini pertama kalinya Off tidak memberikan apa yang Gun inginkan.

Gun memberikan bonekanya pada gadis itu, kedua mata Gun mulai berkaca-kaca, Gun memang menginginkan boneka itu, tapi nada suara Off yang seolah membentaknya yang membuatnya ingin menangis, Off menyesal, pria itu menghela nafas dan meminta maaf pada Gun, namun si mungil hanya melewatinya keluar dari toko boneka, bukannya membuat mood Gun membaik, ia malah memperburuk mood remaja mungil itu.

"Sudahlah Jum, aku yakin Gun tidak akan lama ngambek seperti itu" kata Mook, Off harap begitu, karena dia tidak pernah menolak keinginan Gun sebelumnya.

Dari kecil Gun selalu di manjakan oleh ibunya, dan setelah ibunya meninggal Off dan ibunya juga sangat memanjakan Gun, tak heran jika Gun masih manja hingga sekarang, apapun keinginan Gun selalu di penuhi, jika saja Gun tidak rebutan boneka dengan anak lain, sudah pasti Off akan membelikan boneka itu.

🌸

Untuk kesekian kalinya pengusaha muda dan tampan itu menghela nafasnya, si mungil kesayangannya masih diam, bahkan valfet kesukaan Gun tidak ia habiskan, biasanya Gun akan meminta lebih, ketika pulang pun Gun duduk diam di kursi belakang, boneka pikachu yang baru Off belikan di abaikan, begitu pula dengan taotao dan dicky, mereka di diami pemiliknya, well ternyata bukan cuma Off yang di cuekin si mungil.

Gun segera masuk ke dalam kamarnya, setelah mereka tiba di rumah, sebelumnya Off sudah mengantar pulang Mook terlebih dulu.
Off meraih knok pintu kamar Gun, namun ketika ia memutar kok pintu untuk membukanya, pintunya terkunci.

Ohooo, si mungil menguncinya dari dalam.

"Gun, buka pintunya"

Tidak ada jawaban, Off mengetuk pintunya lagi, tetap tidak di jawab oleh si mungil, begitu seterunya hingga Off lelah, lalu masuk ke dalam kamarnya sendiri.

Namun sebelum pria jangkung itu merebahkan tubuhnya di atas kasur king size nya Off menghubungi seseorang terlebih dulu.

"Porsche, belikan boneka Winnie the pooh ukuran super jumbo, harus yang paling besar, kau dengar?!" seseorang mengkerutkan dahinya.

"Off ini sudah malam, kau ingin aku mendatangi setiap toko boneka dan mencari boneka yang kau inginkan itu? yang benar saja Jumpol"

Benarkan, jika di luar kantor dan jam kerja, Porsche tidak ada sopan sopan nya sedikitpun pada pria tinggi dan tampan dan juga pengusaha muda itu.

"Awwww, kau itu hidup di jaman apa? Cari saja di online shop, pasti banyak di situ"

"Lantas kenapa tidak kau sendiri yang mencari dan memesannya tuan Jumpol Adulkittiporn yang terhormat" suara Porsche jelas terdengar kesal.

"Kau kan sekertaris ku, lakukan apa yang aku mau, jika tidak ingin ku pecat" kata Off dengan seenak jidadnya, lantas memutuskan teleponnya secara sepihak, membuat Porsche berdecak karena di ganggu istirahatnya oleh boss sekaligus sahabatnya itu.

Bersambung....

Gak nyangka dapet respon bagus, aku pertama kalinya bikin offgun, maaf klo ada bahasa yg tidak di mengerti atau cara nulis yg benar😊

Terimakasih atas vout dan komennya.

Aku juga mau ngucapin makasih buat kak treseluf4ntasy karena udah menginspirasi aku dri ceritanya dan ngijinin aku niru sedikit dari ceritanya 😊 terimakasih kak🙏🏻

Thank you, see you next chapter...

Continue Reading

You'll Also Like

212K 22.8K 43
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...
506K 22.3K 36
REVISI DULU YA MANISS!! Gleen seorang gadis berusia 20 tahun. membaca novel adalah hobinya. namun, bagaimana jika diusia yang masih muda jiwa nya ber...
815K 59.6K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...
57K 10.1K 29
kisah seorang jenderal yg di permalukan setelah kekalahan yg di alaminya. seorang jenderal agung pemimpin 300.000 pasukan di khianati hingga menyebab...