HOT Single Daddy

By ELLE_WANG

967K 52.2K 6.3K

BOOK TWO OF SINGLE DADDY THRILOGY Dominique Francessa itu cewek gesrek, bar-bar, liar, dan pastinya galak. Na... More

Let's Start The Party!
1. The Greatest Goal
2. Domi untuk Jovi
3. Janji Nikah
4. Tandayu Bersaudara
5. Accepted
6. Misi Maha Penting
7. Konspirasi Busuk
8. Profesional
9. Anak Ajaib
10. Les Privat Ala-Ala
11. Peluk-able
12. Bagian Terindah
13. Calon Ayah Mertua
14. Peri Baik Hati
15. Putri Kecil
16. Topeng Sempurna
17. First Dance
18. Kenapa Marah?
19. Melangkah Bersama
20. Terlalu Menggiurkan
21. Demit Tua
22. Adu Hujat
23. Tempat Untuk Pulang
24. Mimpi Buruk
26. Ambisi Besar
27. Tawaran Menarik
28. Pemberitaan
29. Escape
30. Granny
31. Bukan Romansa

25. Gadis Kesepian

11.8K 1.6K 240
By ELLE_WANG

Lanjut ya, yang penasaran sama kelanjutannya part kemarin.

"Kamu bisa cerita kalau kamu mau, tapi kalau nggak, aku nggak maksa. Kita masih punya banyak waktu."

Lama Domi memandangi Sena. Diperhatikannya pria itu baik-baik. Jika dilihat-lihat, sosok Sena ini mengingatkannya pada sang ayah. Kaku, sopan, teratur. Mungkin tanpa sadar, kekosongannya akan sosok sang ayahlah yang membuat Domi mencari sosok seperti Sena.

"Aku mau cerita," ujar Domi lirih.

Sena tersenyum menenangkan, menunggu Domi mulai bercerita.

"Papa sama Mama itu beda agama. Bukan cuma beda agama, beda suku juga. Background mereka kontras banget. Mereka nikah tanpa mikir nantinya bakal muncul masalah gara-gara perbedaan mereka itu. Tapi nyatanya keputusan mereka buat nikah itu kesalahan besar. Masuk tahun kedua pernikahan mereka, masalah itu mulai muncul. Dan sejak aku lahir, semuanya jadi tambah parah. Hampir gak ada hari yang mereka lewatin tanpa cekcok. Mereka berdua sama-sama ngotot buat maksain kepercayaan mereka sama aku."

Domi merebahkan kepalanya di pangkuan Sena. Seperti ini rasanya sangat nyaman untuknya.

"Waktu aku umur lima, Papa akhirnya nikah lagi. Dia nikah sama Tante Safira, perempuan yang seagama sama dia, yang bisa nurut seratus persen sama dia, dan bisa menghasilkan anak-anak yang dididik sesuai maunya dia."

Safira. Istri kedua Prabu Wiryawan. Perempuan bodoh tanpa jati diri. Perempuan yang rela menjual kebebasannya, merubah dirinya, membuang semua kesenangannya, sangat penurut, dan tidak pernah membantah. Semua dilakukannya demi menyenangkan seorang Prabu Wiryawan. Safira tidak jahat, tapi dia bodoh. Sangat bodoh. Safira tidak pernah melawan meski Prabu kerap menyiksanya secara verbal. Safira tidak pernah protes meski tahu Prabu memiliki banyak kekasih di luar sana. Safira adalah manusia tanpa kehendak. Itulah yang membuat Prabu Wiryawan mau mempertahankan Safira sebagai istrinya, boneka yang bisa diaturnya sekehendak hati. Bukan seperti Rachel, ibu Dominique, yang keras dan sulit diatur.

"Dari awal Papa mutusin mau nikah sama Mama, keluarga besar mereka udah nentang. Waktu akhirnya Papa nikah lagi sama perempuan itu, keluarga besarnya seneng banget. Beda sama keluarga Mama, waktu tau Papa duain Mama, mereka gak habis-habisnya hujat Mama dan bodoh-bodohin Mama."

"Mereka akhirnya cerai?"

"Nggak. Sampe akhir pun mereka gak pernah cerai." Domi tersenyum miris. "Segitunya Mama pegang teguh kepercayaan yang dia anut, yang bilang kalo menikah itu cuma sekali. Bodoh kalo menurut aku sih."

"Kenapa Mama kamu pergi ke Kanada?" Sena teringat kata-kata Mbok Darmi tadi.

"Mama mau cari kehidupan yang lebih baik di sana. Mama mau kerja, siapin semua buat aku, supaya waktu aku lulus SMA, aku bisa nyusul Mama dan Mama udah mapan di tempat baru. Karena nggak ada tempat buat kami di sini. Awalnya semua berjalan lancar sesuai rencana Mama, tapi ternyata itu cuma berjalan setahun lebih. Suatu hari, tiba-tiba ada kebakaran besar di tempat Mama kerja, dan Mama meninggal di sana."

"Papa kamu?"

"Papa gak peduli. Dia bahkan gak ngerasa perlu repot-repot buat bantu ngurus kepulangan jenazah Mama ke Indonesia."

"Kenapa?"

"Mungkin dia udah gak anggep Mama istri, atau dia malu." Domi mengangkat bahu. Dari sorot matanya, jelas terlihat ia begitu membenci sosok ayahnya.

"Malu?" tanya Sena heran.

"Dia gak mau orang tau kalo dia punya istri yang lain selain Tante Safira."

"Kenapa?" tanya Sena lagi.

"Orang-orang taunya dia cuma punya satu istri, Tante Safira itu. Orang gak tau kalo sebelum Tante Safira, ada perempuan lain yang pernah Papa nikahi. Mungkin juga akan jadi aib buat Papa dan keluarga besarnya. Pernikahan beda agama buat keluarga keturunan bangsawan seperti Papa dianggap memalukan, Bi."

"Dan orang-orang juga nggak tahu kalau kamu anaknya?"

"Bener banget. Dia malu kalo orang-orang tau ada anaknya yang cacat macem aku ini. Buat dia, anaknya cuma Arsya, Syahdan, sama Kalila. Anak-anak terpelajar, berakhlak baik, dan santun."

Sena menggeleng tidak percaya mendengar cerita Domi.

"Kamu tau? Dengan teganya dia dateng di hari ulang tahun aku yang ke tujuh belas cuma buat buang aku. Dia bilang kalo mulai saat itu, dia nggak mau ngurus aku lagi, dia nggak akan peduli lagi sama urusan aku sedikit juga, intinya dia lepas tangan. Aku harus bisa tanggung jawab sama hidup aku sendiri. Dia kasih aku modal buat hidup, rumah, mobil, tabungan. Buat dia, itu semua cukup buat jamin hidup aku sampe aku lulus kuliah."

"Kenapa Papa kamu bisa setega itu?"

"Karena bagi dia, aku anak yang selalu bikin dia malu. Aku selalu membangkang. Aku gak pernah denger kata-kata dia. Dan yang terutama, aku gak mau milih ikut agama Papa."

"Jadi kamu pilih ikut agama Mama kamu?"

"Nggak juga. Sampe hari ini, sejujurnya aku gak punya agama. Aku tau Tuhan itu ada. Tapi aku nggak ngerti tentang Dia. Aku gak tau gimana caranya menjangkau Dia."

"Tapi KTP kamu?" Meski sekilas, Sena sempat melihat keterangan yang tertera di sana.

"Itu karena adiknya Mama yang urus KTP aku."

"Jadi kamu gak tau caranya berdoa? Gak pernah beribadah?"

"Tau kok. Tiap Natal sama Paskah aku ke gereja. Tiap Lebaran aku ikut Sholat Ied. Aku bisa baca Quran, aku bisa ngaji. Aku tau lagu-lagu gereja, aku tau Doa Bapa Kami. Kalo bulan puasa aku puasa. Menjelang Paskah juga aku puasa. Semua aku lakuin. Tapi aku gak tau apa-apa. Perasaan aku hambar. Tuhan itu kayak apa? Tuhan itu siapa?"

Sena tertegun. Kini ia menemukan sosok Domi yang sesungguhnya, seorang gadis kesepian dengan jiwa yang tersesat. Kering.

"Bagaimana hari-hari kamu setelah papa kamu memutuskan meninggalkan kamu?" Sena ingin tahu seperti apa kehidupan yang gadisnya jalani. Gadis remaja yang dipisahkan karena kematian dengan ibunya dan ditinggalkan begitu saja oleh ayahnya.

"Biasa aja. Nggak ada yang berubah. Sebelumnya juga dia emang nggak pernah pegang peran penting dalam hidup aku. Aku tetep jalanin hari-hari aku kayak biasa."

"Kamu yakin?" Dipandanginya wajah Domi yang sejak tadi terus berbaring di pangkuannya.

"Yakin. Buktinya aku bisa beresin sekolah. Aku bisa masuk kuliah. Aku bahkan cari kerja, supaya aku bisa hidup mandiri tanpa perlu pake uang dari orang itu."

"Kenapa kamu nggak pernah pulang ke sini? Ke rumah kamu sendiri."

"Gimana ya ...? Aku tuh nggak tahan di sini. Awal-awal aku masih bertahan di rumah ini, sampe aku mulai masuk dunia modelling. Aku sering pergi dan jarang pulang. Lama-lama aku ngerasain perbedaan besar waktu ada di rumah ini sama waktu aku di luaran sana. Di luar perasaan aku enteng, tapi begitu balik ke sini, rasanya sesek, Bi. Semua hal yang ada di rumah ini cuma ingetin aku sama hal-hal yang bikin sakit. Dari kecil aku berusaha buat jadi sempurna, cuma supaya dia seneng. Atau seengaknya dia bisa liat aku. Tapi ternyata, sekeras apa pun usaha aku, selamanya aku tetep bukan apa-apa di mata dia. Selamanya aku selalu jelek dan salah."

"Jadi dengan kata lain. Kamu sengaja merusak diri kamu?"

"Mungkin."

"Kenapa, Dominique?" Sena membelai lembut kepala Dominique. Merasakan helaian rambut gadis itu di jemarinya memberikan perasaan tenang bagi Sena sendiri.

"Lama-lama aku capek. Makanya sekalian aja aku jadi rusak. Kalo aku rusak terus aku disalahin, aku masih bisa terima. Tapi kalo aku dimarahin buat kesalahan yang nggak aku lakuin, rasanya nyesek, Bi."

"Mulai sekarang, jangan lagi menjalani peran ganda, Dominique. Jadilah diri kamu yang sesungguhnya. Jadi kamu apa adanya. Jangan pakai topeng lagi."

"..." Domi menengadah, menatap Sena.

"Sekarang kamu punya aku, Dominique. Apa pun yang terjadi sama kamu, aku peduli. Jadi kalau kamu mau nangis, nangis di sini." Sena mengambil tangan Domi dan membawanya ke dadanya. "Kalau kamu merasa sedih, cerita. Aku bisa jadi kekuatan kamu. Kalau kamu mau tertawa, ajak aku. Kita jalani bahagia sama-sama."

***

--- to be continue ---

Jangan dipertanyakan kenapa orang tuanya Domi kok gitu banget, karena perasaan orang itu ribet banget. Aku banyak liat keluarga yang kacau balau begini.

Di sini yang mau ditonjolkan bukan masalahnya, tapi cara menyikapinya.

Mohon maaf kalau ini agak sedikit sensitif, aku sebenernya ragu2 mau angkat cerita ttg perbedaan agama di keluarga, tapi krn keluarga aku jg beragam, aku liat sendiri gimana kehidupan beda agama. Ada yg berhasil karena bisa buang ego masing2, ada yang berantakan.

Satu yang pasti, restu orang tua itu penting. Modal awal membangun rumah tangga tuh restu orang tua.

Dah skrg ngerti kan knp Domi tuh bentukannya aneh macem begitu? Dari sebel jadi kasian ya.

Doakan aku bisa up tiap hari lagi ya. Biar dikit2 tapi up.

Continue Reading

You'll Also Like

82K 3.6K 31
Berlatar di kantin sebuah kantor, tiba-tiba di tengah obrolan makan siang yang nyaman, seorang teman memberikan ide gila. "Kenapa ngga Edo sama Elsa...
418K 29.1K 27
[18+] Sebuah kisah kehidupan yang diawali dengan kebencian sepahit empedu, dan diakhiri dengan cinta yang manis, semanis gula batu campur madu tambah...
4.6M 448K 28
Setiap orang pasti pernah melakukan satu kesalahan besar. Kesalahan yang membuatnya menyesal bahkan sampai bertahun-tahun kemudian. Bagi Gadis, kesal...
1.1M 67K 23
Novel dewasa 20++ Beberapa part dalam mode private, silahkan follow terlebih dahulu... _________________________________ ____________________________...