PINKKY BOY

By ChakyKim_

1K 188 117

"Tak kenal maka tak sayang. Udah kenal lama, tapi gak sayang-sayang...." gumam Fifi frustasi karena perasaann... More

✨ PROLOG ✨
Agitama Oktavia "Meet You2"
"Menceburkan Diri"
"Sorry"
"Terlanjut lihat"
"Salah Paham"
"Cemburu"
"UPIL"
"Ciuman?"
Part11 - "Pergi Bersama"
Part12 - "Skak Matt"
Part13 - Mengundurkan diri
PENGUMUMAN!!

"Bertemu Takdir"

80 22 16
By ChakyKim_

"Tidak semua pertemuan berujung pada perpisahan. Karena bisa saja, pertemuan 'Kita' berujung di pelaminan."

-Anggitha Yuliani-

Sesampainya di lokasi syuting, Fifi dibuat tercengang dengan kondisi tenda artis yang berantakannya sudah mirip kapal pecah.

Sebagai seorang 'Casting Direktor', perannya disini sangatlah penting dan merupakan tanggung jawab besar. Tanpa dia, yang ngatur ini-itu, bantu menata para casting bahkan extras sekalipun nggak akan pernah beres tanpa komando dari dia.

"Fifi! Tata! Kemana aja kalian berdua? Gue pusing tau nggak! Gue baru aja ngerjain tugas kalian," protes Riski.

"Tugas?! Yang mana? Ini aja masih pada berantakan semua!" Fifi menarik sebuah kursi lipat kosong di dekatnya, mendaratkan bokongnya dengan tidak mulus diatas sana.

"Udah banyak, kok, yang gue kerjain," Riski mengingat-ingat.

Namanya Riski Putri, sebenarnya Cewek itu bertugas sebagai 'Kapten make up artis'. Dia cewek'loh, ya!

"Gue udah urusin tenda istirahat para pemain, kursi-kursi mereka juga gue udah cek, makanan juga udah gue pesen buat mereka. Masalah make up mereka udah anak buah gue urus, jadi tenang!"

Fifi mengeluarkan ponselnya. Tangan kanannya sibuk men'scroll layar ponsel, mencari sesuatu, sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk memijat keningnya.

"Liat, nih!" Fifi menunjukan ponselnya pada Riski. Berisi sederetan keharusan, apa-apa saja yang 'biasanya' ia lakukan.

"Masih banyak yang harus dikerjain!"

Riski membulatkan matanya menatap layar ponsel Fifi, "ini serius!?"

Fifi mengangguk mengiyakan.

"Tapi makasih banyak' loh, Put! Seenggaknya lu udah ngerjain se'perempat dari kerjaan gue," ia bangkit dari sana dan meninggalkan Riski yang masih tercengang di tempat.

Fifi adalah contoh orang yang tidak suka menunda-nunda waktu. Time is money!

"Pagi, Fi!" Sapa pekerja yang lain. "Pagi!" Jawabnya sambil memberikan segaris senyum.

"Pagi semua! Kalian udah pada dapet nasi kotaknya belum?" Sapa Fifi seramah mungkin pada para pemain yang akan bermain di projek FTV kali ini.

"Sudah!!"

"Bagus! Semangat untung syuting hari ini, ya!" Ia memberikan energi semangat kepada mereka. Hal ini juga salah satu dari tugas yang harus ia lakukan.

Kedua kakinya tak henti berjalan mengecek satu-persatu para casting, membuat kesepakatan dengan mereka dan mengurus kontrak dengan Manager mereka.

Sungguh melelahkan, tapi apa boleh buat. Memang sudah perkerjaannya.

"Tata!? Gimana casting yang mau lo bawa? Udah dateng belom?" Panggil Fifi.

Tata yang sedang sibuk dengan tugasnya sendiri'pun terpaksa menghampiri Fifi saat itu juga.

"Siap Komandan! Lagi otw katanya." Tegas Tata dengan gaya khas tentara, yang kurang hanya tinggal memberi gerakan hormat saja.

"Kok otw!? Gue nggak mau tau, pokoknya dia harus cepet dateng atau gue ganti dia sama yang lain!" Fifi nggak kalah tegas.

Kalau udah masalah kerjaan Ia bisa berubah jadi buas. Jadi jangan macem-macem.

"Tapi dia udah lagi di jalan kok, Fi!" Tata memanyunkan bibirnya, "lo ngamuk mulu, ih! Serem tau gak!"

"Coba ngomong sekali lagi!" Datar Fifi.

"Hehehe, nggak kok! Nggak ada apa-apa," Tata terkekeh renyah. Kemudian maniknya menangkap dua orang laki-laki yang tengah berjalan kearahnya. "Itu dia orangnya!"

Tata menunjuk kearah dua orang laki-laki itu, membuat Fifi auto nengok kearah mereka.

"Kak Ibnuu!!" Tata langsung menyongsong pada salah satu laki-laki tersebut.

"Tata!!"

Laki-laki bernama Ibnu itu juga langsung memeluknya--tradisi peluk kangen seorang sahabat. Mereka udah mirip kayak Telletubies sekarang.

"Maaf'ya, Ta! Artis gue tadi agak telat, abis kena jambret soalnya dia jadi tadi agak susah dihubunginya," jelas Ibnu. Mereka melepaskan pelukan.

"Lo lagi!?" Pekik laki-laki di sebelah Ibnu.

"Lo!? Ngapain disini?" Fifi menaikan sebelah alisnya, menatap sinis pada laki-laki tersebut.

"Lo juga!? Seharusnya gue yang tanya, ngapain lo disini!?" Dengus laki-laki itu. Ia bertolak pinggang, melangkah mendekat ke Fifi.

"Okta? Lu udah kenal sama Fifi?" Tanya Ibnu sedikit bingung. Tata dan Ibnu saling bertukar pandang bingung, kemudian kembali memperhatikan dua kucing berkelahi itu.

Laki-laki itu adalah Okta, rupanya ia masih kesal dengan perlakuan Fifi sebelumnya.

"Kalian saling kenal?" Tanya Tata dengan polosnya. Kemudian satu jitakan dari Fifi mendarat diatas kepala Tata hingga ia meringis sakit.

"Itu cowok yang tadi pagi, loh!" Fifi sudah sangat geram, "pikun lo kapan sembuh'sih, Ta!?"

"Tadi pagi!?"

Tapi kayaknya percuma, deh. Pada dasarnya Tata emang memiliki ingatan yang rendah, jadi mau diingetin kayak gimana'pun juga dia nggak bakal inget.

"Bagus deh kalo lo udah saling kenal mah, karena disini Fifi dan Tata bakal jadi patner kerja baru lo!"

Ibnu yang nggak tau masalahnya dengan enteng mengatakan itu. Sedangkan Fifi dan Okta tercengang.

"Patner!? Maksudnya!?" Okta membulatkan matanya.

"Jadi ini casting yang lo bawa buat projek kita?" Fifi mengerutkan dahinya, tatapan sinis ia lemparkan kearah Okta dan Tata bergantian.

Tata mengangguk setengah heran, "i-iya, emangnya ada yang salah?"

Namun seperkian detik kemudian ekspresi wajah Fifi kembali datar seperti semula, hanya saja ditambah dengan sedikit smirk di bibirnya.

"Ouh. Bagus kalau gitu!" Fifi mendengus licik.

*****

"Kak Ibnu!!"

"Kenapa lo nggak bilang dari awal kalau itu atasan lo?!"

Ibnu menutup kedua telinganya kuat-kuat, tak tahan lagi mendengar Okta yang sudah hampir setengah hari ini menangis nggak jelas.

Kini mereka berada di rumah Okta, tepatnya di dalam kamar Okta yang mewah dan besarnya kira-kira dua kali lipat dari kontrakan orang biasa. Barangnya'pun mahal-mahal semua, dengan nuansa pink dimana-mana, mengingat laki-laki itu memang pecinta warna pink.

Sebagai teman dekat sekaligus manager pribadi Okta, Ibnu sudah terlalu biasa menghadapi manusia itu.

"Yahh! Mana gue tau kalo lo ada masalah sama, tuh cewek!"

Bukannya diam, tapi tangis Okta malah makin menjadi-jadi. Dengan posisi tengkurap di ranjang king size miliknya, ia menendang dan memukul ranjang nggak jelas.

Ibnu menghela nafas pasrah.

"Lagipula gue juga nggak pernah berani punya masalah sama si Fifi. Kalo ada apa-apa, gue lebih baik hubungin si Tata walaupun dia cuma asistennya Fifi." Sekarang ia ikutan duduk di atas ranjang dan mulai merebahkan dirinya disana.

"Semua orang di dunia perfilm'an Indonesia pasti kenal sama si cewek bernama Fifi itu! Semua!"

Okta mendongkak'kan kepalanya, sepertinya ia mulai tertarik dengan pembahasan Ibnu.

"Dia terkenal?" Ibnu menganggukkan kepalanya dengan dramatis seraya berbaring.

"Dia terkanal sebagai salah satu cru perfilm'an yang paling diam! Cuek! Dan hanya bicara kalo lagi kerja doang!" Pekik Ibnu meledak-ledak. Heboh sendiri.

"Dan satu lagi!!" Ibnu mendekatkan wajahnya pada Okta, wajahnya penuh yakin dan keseriusan. "Dia hanya punya dua ekspresi wajah di kehidupannya!! Wajah datarnya! Dan..... segaris senyum yang biasanya cuma ia tampilkan untuk memberi semangat."

Okta mengerutkan dahinya, mendorong Ibnu untuk sedikit lebih jauh dari wajahnya.

"Lo udah sikat gigi belom, si!? Nafas lo bau tau, gak!" Okta mendengus, mengibaskan udara di sekitar area pernafasannya.

"Belom, hehehe."

"Ihh!! Jorok! Kalo mau jadi temen gue lo gak boleh jorok!" Okta bangkit dari duduknya. Ia mengambil sesuatu di dalam laci nakas miliknya.

"Nih! Sikat gigi, gih!"

Okta melemparkan sebuah pasta gigi pada Ibnu dan laki-laki itu menanggapinya.

"Nggak usah. Gue juga dikit lagi mau pulang!"

"Pulang!?" Okta melirik jam besar yang terpajang di dinding kamarnya.

11:37 PM

"Lo yakin mau pulang jam segini? Udah tengah malem. Nanti yang ada di jalan lo dihadang kunti gimana?"

Ibnu berkidik ngeri, "lo kok doa'nya gitu, sih?"

"Yaudah-yaudah! Gue nginep di rumah lo!"

Okta tersenyum menang. "Bentar! Gue bilang bibi dulu buat siapain kasur sebelah buat lo."

"Lo ganti baju dulu, gih! Ambil aja baju gue di lemari, sekalian lu cuci muka, cuci kaki, gosok gigi abis itu baru tidur!" Jelas Okta.

"Gue bukan anak kecil lagi, Ga! Lo udah kayak emak gue aja," Ibnu beranjak dari kasur, tapi sebelum itu dia baru sadar dengan rupa dari pasta gigi yang diberikan Okta sebelumnya.

"Stoberi!? Lo udah gede masih pake odol kayak gini?" Okta terkekeh renyah.

"Enak tau, jadi kayak ada manis-manisnya gitu, Hahaha."

Ibnu memutarkan bola mata darinya, langsung berjalan menuju lemari baju Okta. Ia kembali tercengang setelah membuka lemari tersebut.

"GILA!!"

"Ini baju lo semua!?" Ibnu mengedarkan maniknya ke seluruh menjuru sudut lemari tersebut, memperhatikan isinya lebih jeli. "Dan... warnanya pink semua!?"

"Hehehe, iya." Kekeh Okta, "lo tau sendiri'kan gue suka warna pink?"

Sekali lagi, Ibnu menghela nafas dalam-dalam. Temannya yang satu ini memang sudah benar-benar nggak waras.

******

Halo guys!!
Gue kambek again 😂😂
Maaf slow update.. author nya busy ehehe
//disorakin riders

Selamat tahun baru imlek bagi yang merayakan!! 😊😊
Btw, author lagi sakit nih:(
Minta doa'nya buat author ya guys biar lekas sembuh😅

I hope u like this part

Ig : (at)chakycokki_

05-02-2019
Chakykim_

cover this part by: Novalee_04

Continue Reading

You'll Also Like

318K 23.8K 35
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.4M 78.2K 53
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
422K 44.3K 19
*Spin off Kiblat Cinta. Disarankan untuk membaca cerita Kiblat Cinta lebih dulu untuk mengetahui alur dan karakter tokoh di dalam cerita Muara Kibla...
430K 46.9K 21
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...