MAHESWATI (TAMAT)

By ruangsari

704K 50.6K 2K

Maheswati rasanya ingin menangis. Di saat ia kehilangan orang tua satu-satunya yang tertinggal, ia juga kehil... More

Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
Bagian 27
Bagian 28
Bagian 29
Bagian 30
Bagian 31
Bagian 32
Bagian 33

Bagian 7

21.7K 1.7K 29
By ruangsari

Gedung serbaguna salah satu yayasan pendidikan ternama di kota Jakarta itu sudah dipadati oleh peserta wisudawan wisudawati. Para peserta yang akan diwisuda telah duduk rapi di barisan kanan, sedangkan orang tua wali murid berjejer di sebelah kiri. Lain halnya dengan lelaki yang kini menjadi pusat perhatian Hesa, justru duduk di bagian para petinggi dan ketua yayasan.

"Anak-anak, kita juga perlu belajar dari seseorang yang bisa mengembangkan kecanggihan teknologi sebagai batu loncatan untuk meraih kesuksesan. Dapat memanfaatkan gadget dan media sosial pada mestinya, terutama kalian yang mengambil jurusan Teknik Komputer Jaringan. Kepada Teknopreneur ternama Bapak Hakim Lazuardi Rahman, S.Kom, M.Sc., PDEng dipersilakan untuk memberikan ilmu dan sambutannya."

Hesa menyoroti saat lelaki berpenampilan tuxedo warna silver di depan sana beranjak dari kursi dan menerima sebuah mikrofon yang diberikan oleh moderator. "Suatu kehormatan sekali bagi saya diminta untuk berdiri di sini memberikan sambutan, sementara saya sendiri juga masih tahap belajar.

Ngomong-ngomong, dalam dunia teknologi itu sangat luas, kita bisa mendapatkan keuntungan apabila digunakan dengan benar. Tapi tak jarang pula orang dewasa bahkan anak dibawah umur kecanduan dan terjerumus pada pergaulan bebas yang didasari dari media sosial. Penyebaran konten yang berbau pornografi sangat mudah dilakukan."

"Apakah itu artinya kecanggihan teknologi telah memberikan dampak yang buruk dan mendegradasi moral anak? Nah, itu PR kita untuk mencegahnya. Saya tidak ingin berbicara banyak di sini, bagi adik-adik yang memiliki cita-cita menjadi programmer bisa langsung datang ke kantor saya."

"Perfect!" gumam gadis di samping Hesa. "Lo bilang katanya Om lo nggak bisa dateng. Tuh apa, malah ngasih sambutan."

Hesa mengendikkan bahu. "Gue juga nggak tau kalau dia mau ngasih sambutan."

"Mau ngerjain lo doang kali!"

Hesa memilih diam. Temannya ini sama sekali tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi antara dia dan pamannya.

"Tadi Edzard nanyain lo ke gue."

Gadis dengan busana kebaya modern, bermake up tipis itu menoleh. "Terus lo ada ngobrol sama dia?" tanya Hesa. Ia merasa sangat bersalah dengan mantan pacarnya itu, karena tega memutuskan hubungan secara sepihak.

"Gue suruh nemuin lo langsung. Gue nggak mau ikut campur."

"Emang dia ngomong apa ke lo?" desaknya.

"Alasan lo yang nggak masuk akal mutusin dia. Edzard nggak terima."

Hesa bingung sendiri. Kenapa putus dengan Edzard tidak membuatnya sedih atau patah hati? Ini benar-benar tak adil bagi Edzard yang selama ini sudah setia dengannya.

"Lo sebenarnya cinta nggak sih sama dia?" tanya Salma penuh selidik. "Lo nggak cinta kan sama Edzard? Wah! PARAH lo mainin hati banget! Awas karma."

"Lo emang bener. Gue emang jahat. Makanya gue nggak sanggup ketemu dia. Gue nggak bisa lihat dia sedih."

"Ya nggak masalah sih, perasaan-perasaan lo sendiri. Nggak ada yang bisa maksain. Tapi minimal lo jelasin dong, alasan lo mutusin dia. Tentunya dengan alesan yang logis."

Hesa diam.

"Gini aja deh, kasih tau gue apa alesan lo. Biar gue bantu ngomong ke dia, kalo emang lo nggak bisa ketemu langsung."

"Gue ...."

"Ya? Lo ada gebetan baru?" Salma menatap selidik. "Ck! Sudah gue duga. Gue tau lo cantik, Sa. Tapi please, gue mohon jangan gunakan kecantikan lo untuk mainin orang."

Hesa melotot. Ini bocah emang sok tahu! Hesa menghembuskan napas panjang dan memilih mengabaikan ocehan Salma. Tidak ada manfaatnya berdebat dengan ikan Salmon.
.
.
.
"Kenapa sih manyun gitu?"

"Kesel!"

"Kenapa lagi?"

"Kalau tahu Om akan datang ngapain juga aku sibuk mikirin cara buat bujuk Om jadi wali aku. Kesel banget aku."

Hesa memalingkan wajahnya pada jalan raya yang padat pengendara. Parasnya merengut. Rasa jengkelnya semakin menjadi-jadi kala lelaki di sampingnya malah menanggapi dengan tawa. "Hih apaan sih! Jangan pegang-pegang!"

"Yaudah, sekarang gantian Om yang minta maaf."

"Nggak dimaafin!"

"Duh, sedihnya. Terus gimana caranya Om bisa dapat maafmu?"

"Iiih, Om! Sudah ku bilang jangan sentuh aku!" Hesa menampik tangan kekar itu saat kembali menyentuh pipinya.

"Cantik?"

Hesa menahan senyumnya. "Nggak mempan."

Lelaki di sampingnya malah semakin tergelak sampai kendaraan mereka tanpa terasa sudah memasuki pelataran hunian elit. Kali ini Hesa menerima uluran tangan pamannya untuk turun dari mobil dan melangkah bersama memasuki rumah.

"Kak Hesa, selamat!" Jinan yang menyambut kedatangan mereka langsung menubruk tubuh Hesa. "Tadi aku liat di tv kakak dapet juara satu ngedesain gaun. Selamat Kak."

Hesa tersenyum. "Makasih, Sayang."

"Aku bangga punya kakak hebat."

"Apaan sih, ini pegangan segala!" Di belakang Jinan, Jihan tiba-tiba menyerobot dan melepaskan tautan tangan Hesa dengan ayahnya. Hesa sampai tak menyadari jika sedari tadi tangannya masih dalam genggaman sang paman.

"Jangan kasar-kasar gitu, Han! Nggak sopan banget!" tegur Jinan.

Jihan abai, malah menarik lengan ayahnya dan bergelayut manja. "Papa, Jihan mau ngomong. Jihan mau minta duit buat beli kamera baru ya, Pa?"

Hesa mengamati interaksi anak dan bapak itu dalam diam. Ia sangat paham dengan sifat si kembar. Mereka memiliki sifat yang bertolak belakang. Jihan anaknya manja, sensitif dan jika suasana hatinya sedang buruk dia akan sering meluapkan emosinya pada siapapun termasuk pada Hesa. Lain halnya dengan Jinan, yang kalem dan lebih bersahabat dengannya.

"Jangan dibeliin, Pa. Baru juga dibeliin minta baru lagi," sembur Jinan membuat sang sodara langsung melotot sebal.

"Kamera lamamu kenapa? Bukannya masih bagus?" tanya Hakim kalem.

"Udah ada yang lebih canggih, Pa. Fiturnya kurang lengkap. Temenku udah pada beli yang baru, dan hasilnya bagus banget."

Ayah si kembar tampak menghembuskan napas pelan sebelum menjawab lugas. "Nggak akan Papa beliin sebelum kamu memperbaiki nilai-nilaimu. Papa lihat semester ini nilaimu menurun. Papa nggak nuntut banyak. Cuma nilai dan sekolah yang bener."

Jihan menghentakkan kakinya sambil berteriak. "Ekskul motret Jihan dapet A, Pa! Itu kan juga prestasi!"

"Prestasi apaan?! Cuma jeprat-jepret doang semua juga bisa keles!"
.
.
.
Aku yang ke situ apa kamu yang ke sini?

Hesa langsung mengetikkan pesan balasan.

Aku yang ke situ aja, di sini ranjangnya kan sempit, Om.

Kan malah enak.

Hesa memasukkan ponselnya ke dalam saku piyama, tidak berniat membalas pesan dari Om Hakim. Ia segera melangkah keluar kamar menuju kamar pamannya yang berada di paling ujung lantai atas.

"BA!"

"Aduh! Jantung aku." Hesa memegang dadanya, pura-pura kaget. "Terkejut saya!"

"Ck! Bohong, nggak kaget kan?"

Hesa terkikik melihat muka kesal lelaki dewasa tapi tingkahnya sangat kekanakan ini. Sudah tidak asing lagi setelah hubungan keduanya membaik dan semakin dekat ia mendapat perhatian lebih dari pamannya. "Om sih sekarang jadi makin annoying!"

Pamannya berjalan mendahului Hesa setelah menutup pintu. Lalu merebahkan badannya di ranjang. Hesa melakukan hal yang sama. Keduanya serempak bergerak miring saling berhadap-hadapan.

"Tidur," bisik pamannya. Tangannya yang besar dan kukuh menyibak poni Hesa ke belakang telinga.

Hesa menurut, dan mulai memejamkan mata. Beberapa menit berlalu, tiba-tiba ia merasakan sentuhan lembut di bibirnya. Hesa langsung membuka matanya. Jantung Hesa bergolak. Lelaki di depannya ini menatapnya sangat lekat. Hingga membuat tatapan keduanya beradu untuk sekian detik sebelum lelaki itu menarik jemarinya menjauh dari bibir Hesa.

"Udah malem, tidurlah!" titahnya lagi.

Continue Reading

You'll Also Like

937 76 42
"Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak...
6.6M 340K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
252K 12.6K 33
Raras hanya seorang gadis polos yang berharap bisa merasakan indahnya hidup di dunia. Hingga suatu hari Fabio menawarkan kehidupan baru yang selama i...
451K 58.6K 52
Handaru Gama Atmadjiwo tidak tahu jika keputusannya untuk kembali ke Ibu Kota menimbulkan petaka. Baru satu hari tiba, dia sudah terlibat skandal den...