Cold as Ice Cubes (END)

Von TomTommiy

372K 19.5K 534

"Gue yakin sedikit demi sedikit tuh cowok bakal berubah." Kisah sederhana ini menceritakan tentang Morin yang... Mehr

01. PERTEMUAN
02. SEBUAH TAWARAN
03. BERSAMA
04. PERPUSTAKAAN
05. BERKUNJUNG
06. BERDUA
07. TEMAN BARU
08. ALIZTER MARAH?
09. DIA PERGI
10. BERBEDA
12. KEMBALI
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua puluh Empat
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Dua
Tiga Puluh Tiga
Tiga Puluh Empat
Tiga Puluh Lima
Tiga Puluh Enam
Tiga Puluh Tujuh
Tiga Puluh Delapan
Tiga Puluh Sembilan
Empat Puluh
Empat Puluh Satu
New Story

11. TOKO BUKU

8.2K 485 7
Von TomTommiy

Melupakan adalah cara yang paling ampuh untuk menghilangkan memori yang sempat mengisi kekosongan otak. Semakin diingat akan semakin pula kita tidak bisa menghilangkannya

* * *

Sudah hampir satu bulan sosok Alizter tidak menyambut kedatangan Morin. Bagai angin yang berlalu lepas, kini Alizter berbeda tidak seperti dulu, itulah menurut Morin sendiri. Cowok itu berbeda.

Cewek berambut panjang berponi dengan lesung pipit itu sedikit demi sedikit sudah mulai melupakan dan ikhlas kepergian Alizter. Entah sekarang Alizter sedang memikirkan Morin atau malah justru sudah melupakan Morin terlebih dahulu. Cewek itu tidak memikirkan panjang soal itu, toh yang harus dipirkan sekarang adalah ia dokus belajar saja.

"Yul pulang sekolah nanti anterin gue, ya?" bujuk Morin kepada Yuli. Ia menampilkan mimik wajah memelas agar Yuki luluh dan mau melakukan apa yang Morin inginkan.

"Ke mana?" tanya Yuli singkat dengan raut wajah heran.

"Gue mau beli novel baru," jelas Morin.

"Oke." Yuli mengangkat jempol tangannya dan menunjukkan gigi yang berderet rapi. Membuat Morin langsung tersenyum lebar.

"Nah gue juga mau mampir ke toko buku. Gue mau beli novel baru, novel lama gue ketinggal di rumah lama. Padahal masih ada dua cetak buku yang belum gue baca." Clara tiba-tiba menyeletuk, membuat Yuli dan Morin langsung menolehkan wajahnya menatap Clara.

"Lo juga suka baca gituan Clar?" tanya Yuli.

"Kenapa?"

"Lo sama kayak Morin. Nggak bisa move on dari yang namanya benda satu ini."

"Kebetulan deh. Nanti gue tukeran sama punya lo Clar," pinta Morin.

Clara mengangguk setuju. Rupanya sahabat yang mungkin terbilang baru itu juga memiliki satu hobi yang sama dengannya.

"Ngomong-ngomong gue dengar lo lagi deket sama Bayu ya Yul?" tanya Morin dengan menaruh wajah curiga sambil menyipitkan matanya, alisnya pun turut naik satu sisi.

"Eng-enggak. Lo dengar gosip dari mana?" sergah Yuli dengan suara gugup lantaran pikirannya sedang berkecamuk mendengar perkataan Morin barusan.

Morin sempat menaruh rasa curiga yang begitu dalam pada sosok temannya ini  Tapi, ia tidak terlalu peduli soal itu.

"Gosipnya sih gitu."

"Gosip didengerin belum tentu benar tau," gerutu Yuli kesal.

* * *

Untuk menepati janji dengan kedua temannya. Yuli menemani Morin dan Clara pergi ke toko buku. Morin dan Clara merupakan sosok yang patut untuk ditiru karena mereka memiliki minat baca yang tinggi. Tetapi, Yuli malah memiliki sifat sebaliknya. Ia tidak terlalu suka dengan novel, deretan ribuan kata menurutnya sudah cukup membuatnya muak dan pusing ketika melihatnya. Padahal membaca merupakan kegiatan yang sangat bernilai positif.

"lo mau beli novel di mana?" tanya Yuli asal sambil mengendarai motor matic-nya.

"Toko buku lah masa di toko bangunan." ungkap Morin sambil memutar bola matanya malas.

"Nih anak kadang o'on juga ya kalau diajak ngomong. Maksud gue lo mau pergi ke toko buku mana?" dercak Yuli kesal lantaran Morin memancing emosinya. "Ya gue tau kali novel itu adanya ditoko buku," lanjut Yuli kesal.

Morin tidak menggubris ucapan Yuli lagi, sampai akhirnya mereka pun tiba di salah satu toko buku yang berada di daerah Jakarta. Dengan masih memakai seragam sekolah, Morin dan kedua sahabatnya memasuki toko buku tersebut dan mulai mencari-cari novel yang dirasanya menarik untuk dibaca.

Lorong demi lorong sudah Morin lewati. Rak demi rak juga sudah ia teliti jenis novel yang dipajang. Mulai dari novel bergenre fantasi, horor, teenfiction, romance, spiritual dan lain-lain sudah dilirik Morin. Sesekali ia membaca sebentar novel yang sudah dibuka bungkusannya. Hingga matanya tertuju pada salah satu novel bergenre teenfiction yang berjudul "MULAI MELUPAKAN". Ia mengambil buku tersebut dan membaca blurb-nya.

Morin tertarik untuk membelinya. Ia mulai bertanya pendapat Yuli tentang novel tersebut. Clara berbeda rak dengan mereka. Entah ke mana cewek yang satu itu.

"Yul, menurut lo bagus nggak?" tanya Morin sambil menyodorkan novel yang berada ditangannya kepada Yuli.

"Bagus kok," ucap Yuli tanpa melihat buku yang dipegang Morin lantaran cewek itu masih fokus pada layar ponselnya.

"Lihat dulu gih," celetuk Morin kesal.

Yuli akhirnya mendekat dan mulai melihat cover buku itu, judul terpampang jelas dibagian depan cover buku. Hingga Yuli meringis sekejap.

"Gimana menurut lo?" tanya Morin sekali lagi.

"Bagus kok, covernya juga menarik. Tapi yang pasti, judulnya itu lho," pinta Yuli.

"Kenapa?"

"Pura-pura nggak tahu segala lagi nih anak," ucap Yuli sambil menggelengkan kepalanya. "Pas banget buat lo sumpah Rin, lo harus belajar dari novel ini."

"Yaudah gue ke kasir dulu ya, lo tunggu di depan aja."

Buru-buru Yuli mencegah Morin. "Eh tunggu Rin, ngomong-ngomong ke mana tuh Clara? Kok dari tadi nggak kelihatan?" Yuli bertanya sambil menengok ke kanan kiri.

"Suka ngilang tuh bocah. Yuk cari dulu."

Morin dan Yuli menyusuri lorong demi lorong rak buku yang terletak berjejer rapi dengan tataan buku berwarna-warni yang memiliki kesan menarik untuk dipandang. Sampai akhirnya, mereka melihat Clara yang masih berdiri di rak bergenre romance.

"Nah tuh dia." Morin menunjuk Clara.

"Woy Clar. Lo lagi apa? Lama bener milih bukunya," ketus Yuli dari kejauhan seraya berjalan mendekati Clara.

Clara cukup terkejut dengan keberadaan Morin dan Yuli. "Gue bingung nih."

"Lo bingung apaan? Bensin lo habis?" tanya Yuli asal. Emang mulut cewek yang satu ini suka tidak berpikir dulu jika mau ngomong. Terkadang lawan bicaranya juga tersinggung akan ucapannya.

"Menurut lo bagus yang mana. Ini atau yang ini?" tanya Clara seraya meyodorkan dua benda berbentuk persegi itu kepada Yuli.

"Lo tanya Morin deh. Lo minta pendapat dia, gue juga bingung hehehe," pinta Yuli, yang dengar cepat diangguki oleh Clara.

Morin mengambil novel yang berada di tangan Clara. "Yang ini aja Clar." Morin berpendapat.

"Kenapa?"

"Karena yang ini gue udah punya di rumah. Kalau lo mau pinjam, nanti lo ngomong aja."

Clara tersenyum simpul kepada Morin, lalu mengangguk. Ketiganya kemudian mulai berjalan untuk membayar buku yang dibelinya tadi.

"Gue keluar dulu, ya? Gue di parkiran."

Tanpa menunggu balasan dari kedua temannya itu, Yuli pergi menuju parkiran sepeda motor. Tidak lama kemudian, Morin dan Clara keluar dari toko buku tersebut dan menghampiri Yuli yang duduk termenung dan sesekali tersenyum sumringah menatap layar ponsel yang berada di tangannya.

* * *

Larut dalam sahabat baiknya. Kini Morin sudah tidak memikirkan Alizter. Tapi kadang cewek itu tidak sengaja memikirkan pula. Ah, Morin kini jauh lebih dekat dengan Yuli dan Clara. Hingga pada saat perjalanan pulang, ia melihat cowok itu lagi dengan cewek yang ada di sekolah tadi.

Agak memiliki rasa cemburu, hati Morin terasa ingin mogok untuk berhenti mencintai seseorang. Berusaha untuk melupakan kejadian tadi, kini Morin mulai membuka pembicaraan dengan Yuli.

"Yul, nanti lo langsung pergi pulang setelah anterin gue?"

"Iyalah, gue capek banget pengin cepat-cepat tidur," balas Yuli cepat. "Udah kan? Gue cabut dulu, ya?"

Morin mengangguk singkat, tidak lupa pula ia mengucapkan terimakasih kepada Yuli karena sudah mengantarkannya pulang. Dan, setelah Yuki menghilang dari pandangannya, Morin pun langsung berjalan menuju rumahnya.

* * *

Vote, komentar, dan follow akun aku ya!

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

LICA Von april

Jugendliteratur

953 83 29
"Kamu, luka yang paling aku benci" #2 nikung #1 Lica
14.6M 1.4M 69
"Papaaaaa!!" Sontak mata Damares membulat sempurna saat gadis kecil itu meneriaki nama 'Papa' menatap mata mungil itu. Ranayya menjadi mengingat apa...
327K 11.2K 49
[PART MASIH LENGKAP] Nathanael David Revano. Cowok ganteng, dingin, irit bicara, dan juga seorang troublemaker paling terkenal seantero sekolah. Siap...
41K 3.7K 59
[TIDAK REVISI! MAAF JIKA ADA TYPO] "Mau bikin kenangan di masa putih abu abu gak?" -REGAN2021 °°°°°° Kania, gadis yang lumayan dalam segala hal namu...