meet me on the battlefield.
Hyunae mendecih, Bae Jinyoung telah gugur. Si penguasa gelap yang suka menghilang di antara asap itu gugur di tangannya. Rupanya si 4.4 yang hampir menyaingi high-tier itu tidak ubahnya hanya angin sayup bagi si gadis. Karena—ah, Na Jaemin yang melatihnya kemarin lebih mengerikan.
Dibanding Jinyoung, Jaemin lebih terlihat seperti predator. paling tidak—Jinyoung mengayunkan pedangnya hanya dengan intensi untuk mempersempit ruang gerak Hyunae. Supaya ia bisa mengungkung si gadis ke tanah dan membuatnya bersorak menyerah.
Tapi Jaemin, memang ada tujuan membunuh di matanya. Seperti pemangsa yang siap menarget siapa saja di pandangnya. Dan Hyunae tidak akan berbohong kalau ada gelitik yang mengerikan di tengkuknya saat bertarung dengan Jaemin semalam.
Tapi yang terpenting sekarang adalah, Jinyoung telah gugur. Tersungkur pada tanah, akibat Hyunae torehkan pisau tentara tadi pada lengannya. Membuat ia tidak bisa memakai lengan kanannya karena lukanya menganga lebar.
"Menyerahlah sebelum kamu kehabisan darah." lirih Hyunae, menindih Jinyoung dari atas. Pedang si pemuda sudah terlempar, dan yang tersisa hanya napas mereka yang sama-sama terengah.
"Jangan gengsi, aku perlu—"
Jinyoung hilang sadar. Dan dengan itu juga Hyunae mendengus.
"Sudah kubilang kan ..."
Sekumpulan orang berpakaian putih pun mendatangi Jinyoung dan Hyunae, sepertinya para medic. Yang bertugas untuk merawat luka-luka para peserta. Hyunae lirik sampai Jinyoung menghilang dibalik pintu Colosseum. Si pemuda tadi padahal sangat tampan dan pendiam, benar-benar tipe—
—SREK
Hyunae melotot. Tiba-tiba sadar kalau Jisung sudah selesai dengan Chaeyeon. Dan sekarang si pemuda dengan wajah manis itu sedang menggesekkan boots di betisnya pada tanah. Beradu dengan kasar dengan seringai kejam. Tatapnya sinis di antara netra hitam tinta, membuat Hyunae tenggelam di dalamnya.
Tatapannya—hampir sama dengan tatapan pemangsa milik Jaemin.
"Aku sudah lama menunggu," ujar Jisung. Di antara luka yang ia dapat hanyalah sebuah pukulan di pipi yang tidak terlalu membekas. Beberapa memar di lengannya, namun itu tidak masalah. Fakta bahwa tenaga Chaeyeon sangat kuat itu ternyata benar.
Namun itu percuma untuk Han Jisung.
"Mungkin kamu sudah tahu—atau kamu belum tahu. Persetan, pokoknya, demi menariknya acara ..." Jisung berujar, menancapkan sebilah pedangnya pada tanah. "... Kim Hyunae, aku bisa membaca pikiranmu."
Hyunae terdiam, dirinya tercekat.
Jika begitu ...
"Benar, aku bisa membaca strategimu." Jisung melanjut lagi, seringainya sudah kembali. "Aku tahu darimana kamu akan menyerang. Aku tahu betis mana yang akan kamu bawa melangkah. Singkatnya, pertarungan kita selanjutnya adalah sia-sia."
Hyunae masih saja menelan segala katanya di dalam mulut. Hatinya kalut, dan pandangnya hanya ia arahkan pada Jisung. Sorak sorai para peserta lain di bangku penonton tidak memecah hening dalam alam pikir Hyunae. Ia menutup matanya, mencoba, namun sia-sia. Ia tidak bisa mengosongkan pikirannya.
Jika begini, hasil pertandingan sebenarnya sudah jelas dan jernih. Namun Hyunae tetap mengambil pedang Jinyoung yang tertinggal di tanah tadi.
"Kalau begitu, habisi aku, Han Jisung."
Jisung tertegun. Walau sedetik kemudian batinnya terbahak.
"Kamu adalah seorang bodoh, Hyunae. aku kecewa." ujar Jisung di antara udara. "Saat kulihat kamu di antara pepohonan hutan semalam, kukira kamu adalah gadis pintar yang menarik. Ternyata tidak, kamu sama saja dengan para bedebah bodoh di sana."
Hyunae tertawa miris, terlalu lucu dan menyedihkan baginya. "Menarik? Jisung, aku tidak dilahirkan hanya untuk menjamu atau menghibur kamu. Jangan bersikap pongah seolah kamu memiliki dunia.
Kamu sendiri terlalu bodoh untuk berharap banyak pada manusia."
Jisung kembali terbahak kencang. Membuat para penonton penasaran sebenarnya apa yang mereka bicarakan. Si pemilik bintang tunggal di bawah mata, Hwang Hyunjin, terdiam di duduknya. Akhirnya ada sesuatu yang pantas ia tonton, pikirnya.
"Baiklah, baiklah." ujar Jisung, menaruh tangannya di atas udara. "Kupersilakan, untuk kamu menyerang duluan."
Dan dengan itu, Hyunae melesat ke depan.
Yang ada di pikirannya? Oh Tuhan, cepatlah berakhir.
Seharusnya sudah Hyunae duga. Dengan betisnya yang tadi sempat diserang oleh Jinyoung habis-habisan, ia sudah berakhir di situ. Tapi dengan gengsi setinggi langit dan ego yang terlalu sering ia turuti, ia tidak mungkin mau tunduk pada Han Jisung. Lelaki menyebalkan yang selalu ia sumpahi sialan.
Sekali lagi Hyunae ayunkan bilah berat di tangannya seraya mengosongkan pikiran. Tapi berkali juga Jisung membaca geraknya. Dan setiap kali Hyunae menyumpah diam-diam, Jisung mengetahuinya.
"Bukan—aku bukan begundal sialan. Namaku Han Jisung, ingat."
oooohhh sIALAN.
Hyunae memijit kepalanya, berhasil menahan jarak antara dia dan Jisung. Percuma, percuma sekali. Ia sudah berkali-kali berusaha tidak memikirkan apa-apa. Dan iya, berhasil. Namun di saat Jisung menyerang balik, konsentrasinya kembali buyar. Sebuah refleks dan pertahanan yang Jaemin ajarkan terlalu melekat rupanya.
"Aku bosan." ujar Jisung. hanya ada beberapa lecet dan goresan di tubuhnya. "Hyunae, begini saja.
Be my girl, and i will spare you."
Ngomong apalagi sih, sialan. Secara refleks juga wajah Hyunae berubah datar yang dingin dan pikirnya mengumpat pelan.
"Dilarang mengumpat." ujar Jisung, sepertinya habis mendengar pikiran Hyunae. "Aku serius."
"Maksud my girl itu apa bagi kamu, hah? Teman, pacar, atau bagaimana?" Hyunae akhirnya bertanya, ia penasaran.
"Entahlah." Jisung mengendikkan bahunya, semakin membuat Hyunae kesal. "I just wanna keep you close. Kamu menarik, benar."
Hyunae kembali pada posisi bersiap, "Aku. bukan. mainanmu."
Dan ia kembali melesat ke arah Jisung, sementara si pemuda mendecak kesal. "Ah, keras kepala!"
Berikutnya yang terdengar adalah pedang yang beradu nyaring, dan sebuah suara jatuh.
Hyunae, berhasil gugur. Bertemu dengan tanah kasar, sementara jantung berpacu cepat.
Jisung baru saja membuatnya gugur.
Dan si pemuda langsung mengungkungnya, berkata, "Sekarang juga, putuskan kamu ingin berkata menyerah—atau ya, untuk menjadi gadisku."
"Setan. " lirih Hyunae. matanya terlalu dekat dengan tanah dan ia benci ini. Ia benci sekali harus tunduk pada seseorang yang tidak ia hormati.
"Katakan." ujar Jisung lagi, mengarahkan pedangnya tadi pada leher telanjang Hyunae yang sudah ia singkirkan rambutnya. "Sekarang, Hyunae."
Kurang ajar, kurang ajar.
"Baiklah—" di saat Jisung mulai mengayunkan pedangnya di udara, bersamaan dengan Hyunae yang memanggil air dari dalam tanah, suara nyaring tanda pertandingan berakhir berbunyi.
Sepertinya, dewi fortuna masih menyayanginya.
tbc—
ummm. aku ga tahu ya blessed ini bakal ada romance kan cOWOKNYA BANYAK. ada jeno, ada jaemin, ada haechan, ada hyunjin, ada jisung, ada hwall, ada banyak 00l ntar jadiannya sama siapa hshshshsh
jADIII aku ada rencana bikin side story blessed. kayak misalnya kemaren aku sempet publish PERFUME - huang renjun. jadi disitu ntar fokusnya cuman si putra aphrodite dengan si hyunae, anak athena.
tapi, ah— wacana lagi, wacana~