Queen Of Storm {END}

By angelhwang968

1.7M 58.6K 1.9K

{SUDAH TERBIT} The Demon Series (Book #3) Highest Rank : #3 IN FANTASY (01/06/2020) Clementine dé Corner, Put... More

Visual Characters
Prologue
Chapter 1 : Princess Of Demon
Chapter 2 : Wizard Territory
Chapter 3 : Meet The Diviner
Chapter 5 : Dark Forest
Chapter 6 : Another World
Chapter 7 : Masked Man
Chapter 8 : King Of Storm
Chapter 14 : Don't Be Afraid
Chapter 15 : Pain
Chapter 22 : Gone
Chapter 24 : Can't Go
Chapter 43 : Coronation & Wedding
Chapter 48 : War
Chapter 49 : Monster
New Story (Dark Romance)
Announcement
Queen Of Storm (OPEN PO)

Chapter 4 : The Journey

36.1K 3.4K 31
By angelhwang968

Clementine mengambil sebuah tas yang terdapat di dalam lemarinya, lalu diletakkannya benda itu di atas ranjangnya. Dirinya lalu berjalan ke arah meja riasnya yang sudah terdapat berbagai macam alat yang akan dibawanya, lebih tepatnya senjata untuk melindungi dirinya, sesuai dengan saran Devine.

Hari sudah sangat gelap dan ini adalah saat yang tepat bagi dirinya untuk keluar dari istana, semoga saja tidak ada yang melihatnya nanti, berhubungan banyak prajurit yang berpatroli di malam hari seperti ini. Sebelumnya juga, dia sudah meminta seseorang untuk menyewakan sebuah kapal padanya, dan sepertinya sudah siap di tempatnya.

Dia juga sudah memasukkan beberapa makanan ke dalam tasnya untuk dirinya makan ketika di perjalanan nanti, karena yang dia lewati adalah samudra, tentu saja tidak akan ada makanan yang dapat dicarinya di sana.

Penampilannya saat ini seperti penyusup dengan baju berlengan panjangnya yang berwarna hitam, begitu juga dengan celana seperti legging yang juga bewarna hitam yang melekat di tubuhnya.

Setelah selesai memasukkan berbagai kebutuhannya di dalam tas, dia langsung menutupi benda itu, kemudian mengambil jubah yang biasa dipakainya. Dan jangan lupa juga, dia memakai sebuah cadar berwarna hitam yang dia ikat di belakang kepalanya, untuk dapat menutupi wajahnya.

Dia kemudian memakai tudungnya sehingga hampir menutupi seluruh wajahnya, dia yakin tidak ada yang dapat menyadari kehadirannya saat ini, karena dia juga sudah menyamarkan baunya. Dia kemudian membawa tasnya dan membuka pintu balkon kamarnya lalu keluar, setelah itu dia menutupnya lagi.

Dia menghela napasnya sambil melihat ke arah bawah, keberadaan kamarnya ini cukup tinggi jika diukur dari permukaan tanah. Dirinya bisa saja terbang saat ini, tapi keadaan tidak memungkinkan dirinya untuk terbang, karena pasti orang lain akan menyadari kehadirannya dan dia tidak mau rencananya gagal.

Dia menutup matanya sejenak, lalu naik ke atas balkon dan menatap ke arah bawah lagi, dia tidak takut sama sekali. Dalam hitungan ketiga, dirinya langsung melompat dari atas sana dan mendarat di permukaan tanah dengan sempurna.

Dirinya langsung terkejut saat melihat ada beberapa prajurit yang sedang berpatroli di hadapannya, dengan cepat dia langsung bersembunyi di balik tembok istananya itu. Setelah prajurit itu sudah pergi, dia keluar dari tempat persembunyiannya.

Dia berlari kecil menuju ke sebuah tembok raksasa yang menjulang tinggi di depannya yang tak lain merupakan pagar istana ini. Dia yakin, Kakaknya tidak akan bisa menyadari apa yang akan dilakukannya saat ini, pria itu sudah dia beri sebuah ramuan agar tertidur dan ternyata berhasil.

Mungkin keesokan harinya pria itu baru akan menyadari apa yang dilakukan olehnya, dia tidak tahu kalau Xander bisa dengan mudah terpengaruh oleh ramuan yang diberikannya, padahal biasanya dia sangat kebal terhadap ramuan apapun itu, termasuk racun. Mungkin, keberuntungan sedang berpihak padanya.

Dia langsung melompati pagar yang tingginya sampai ke atap istana ini dengan kekuatannya, tidak setiap orang bisa melakukannya, apalagi jika dia bukan kaum yang berada di tingkat atas. Kalau prajurit pun, mereka adalah prajurit tingkat tinggi yang dapat melakukannya.

Di dunianya ini, setiap kaum pasti terbagi menjadi tiga tingkatan, tingkat tinggi, tingkat menengah, dan tingkah bawah. Clementine lebih suka menyebutnya sebagai kaum dibandingkan tingkatan, dan dirinya ini termasuk ke dalam kaum atas atau yang berada di tingkatan tinggi dari kaumnya, Demon.

Setelah dia berhasil keluar dari dalam wilayah istana, dirinya langsung menembus ke dasar hutan, menuju ke arah timur, tempat di mana kapal yang akan dinaikinya sudah siap di sana. Butuh waktu beberapa menit untuk sampai ke sana, karena dirinya tidak bisa terbang saat ini.

Sekitar lima menit, dia berlari dengan kecepatannya yang bahkan lebih cepat dari Vampire, akhirnya dia sampai di bagian timur. Dirinya langsung menghampiri seseorang yang memang sudah menunggu di sana sejak tadi.

“Semuanya sudah siap?” tanya Clementine pada orang itu yang ternyata merupakan orang yang menyewakan kapal pada dirinya.

“Sudah, Princess.” jawab orang itu, Clementine menganggukkan kepalanya, lalu naik ke atas kapal yang sudah siap di hadapannya ini.

Ukuran kapalnya bisa dibilang cukup besar, atau terlalu besar hanya untuk dirinya sendiri. Tidak ada siapapun yang akan menemaninya nanti dan dirinya memang tidak mau ada yang menemaninya, karena dia butuh kebebasan dan tidak mau ada gangguan sama sekali.

“Terima kasih, ini bayaranmu dan ingat jangan katakan pada siapapun tentang hal ini!” peringat Clementine tegas, orang itu langsung menganggukkan kepalanya. Clementine lalu melempar sebuah kantung kecil yang berisi ratusan koin emas di dalamnya.

Clementine membalikkan badannya dan mengeluarkan kekuatannya untuk menarik jangkar kapalnya ke atas. Setelah itu dia menuju ke arah kemudi kapalnya dan menggerakkannya ke arah yang berlawanan, sehingga kapalnya berlayar menuju ke arah laut lepas.

Ikuti arah angin.

Dia terus mengingat ketiga kata itu di dalam kepalanya, yang harus dia lakukan adalah mengikuti arah angin. Kapalnya sudah berlayar cukup jauh dari daratan, dia menoleh ke belakang dan menghela napasnya. Semoga saja tidak ada yang mengkhawatirkannya, ini adalah keputusannya dan dia juga harus menanggung konsekuensinya.

Dia kembali menggerakkan kemudinya, menuju ke arah laut lepas yang dia yakini di bawah sana dihuni oleh sekelompok kaum Mermaid. Dia berharap mereka tidak akan mengatakan apapun nantinya, karena jarang sekali ada kaumnya yang menggunakan kapal menyebrangi laut lepas yang pada kenyataannya entah menuju ke mana.

🌷🌷🌷

Tak terasa dua hari sudah berlalu, dirinya sudah sangat lama mengemudikan kapalnya ini, tanpa diketahuinya dia juga sudah keluar dari laut lepas, lebih cepat dari yang dibayangkannya, karena dirinya berhasil melewati jalan pintas, yang artinya dia juga sudah sampai di samudra. Clementine melepaskan tangannya dari kemudi dan memilih untuk beristirahat sejenak, dia mengeluarkan kekuatannya pada kemudi itu, agar benda itu bergerak dengan sendirinya, mengikuti arah angin.

Dia berjalan ke arah pojok kapal dan memilih untuk duduk di sana selama beberapa saat, sambil menatap lautan luas yang ada di hadapannya, hari sudah mulai terang, matahari sudah menampakkan dirinya. Clementine memejamkan matanya, sebenarnya dia tidak lelah, karena memang dirinya tidak bisa merasakan hal itu. Setidaknya dalam beberapa keadaan tertentu.

Dia menghirup udara yang ada di sekitarnya dalam–dalam, membiarkan air laut yang cukup kencang menerpa wajahnya. Dia kembali membuka matanya yang sangat terang, akibat terkena sinar matahari. Lautan ini sangat indah, tapi sayangnya sepertinya tidak ada kehidupan sama sekali di sini.

BYYUURR...

Clementine langsung terkejut saat mendengar suara yang cukup keras dari arah belakang kapalnya, seperti ada sesuatu yang terjatuh ke dalam air. Dia langsung bangkit dari duduknya dan berlari kecil ke arah belakang kapalnya.

Dirinya langsung melihat ke arah bawah kapalnya, dan matanya seketika membulat sempurna, terkejut melihat apa yang ada di bawah sana.

“FRANK, KAUKAH ITU??!” tanya Clementine setengah berteriak, matanya tidak salah melihat, orang yang dipanggilnya itu terlihat basah kuyup dan bersandar di tepi kapalnya.

Orang yang dipanggilnya itu langsung mendonggakkan kepalanya, dan benar saja, dia adalah Frank. Clementine tidak habis pikir, bagaimana bisa pria ini mengikutinya dan dia tidak sadar sama sekali akan hal itu. Dua hari sudah berlalu dan pria ini dapat bertahan di sana selama itu.

“Apa yang sedang kau lakukan di sana? Cepat naik!” pinta Clementine, tersirat nada kesal di dalam kalimatnya.

Setiap melakukan perjalanan, dia tidak suka diikuti oleh siapapun termasuk Frank, dan pria ini secara diam–diam mengikutinya dari belakang. Tak berapa lama kemudian, akhirnya Frank naik ke atas dengan kondisinya yang basah kuyup dan sedang memeluk sebuah tas di depan dadanya.

“Apa yang kau lakukan di sini? Kenapa kau mengikutiku?” tanya Clementine sambil memerhatikan penampilan Frank dari atas sampai bawah, cukup berantakan.

“Aku hanya ingin menemanimu, dear, kau tidak mungkin berada di samudra ini sendirian, apalagi ketika malam datang, akan sangat bahaya bagi dirimu.” jelas Frank, yang membuat Clementine bingung mendengarnya.

“Samudra? Maksudmu ini, kita sudah berada di samudra?” tanya Clementine dengan nada terkejut dan Frank menganggukkan kepalanya. “Secepat itukah? Ini baru dua hari,” tanya Clementine sambil membalikkan badannya menghadap ke arah hamparan laut lepas yang ada di hadapannya.

“Kau mengambil jalan pintas, dear, tentu saja hanya dalam dua hari kau sudah sampai di sini, tempat yang paling berbahaya menurutku.” jelas Frank lagi dan sepertinya Clementine tidak terlalu memedulikan ucapannya.

Clementine berjalan menuju ke tepi kapalnya dan menatap ke arah laut yang ada di hadapannya dengan mata berbinar–binar. “AKHIRNYA!” serunya antusias. Dia tidak membawa peta, jadi dirinya tidak tahu kalau ini adalah samudra, kalau saja Frank tidak memberitahunya.

Frank terkejut melihat reaksi Clementine yang berada di luar dugaannya, kalau saja dia tahu, dia tidak akan memberitahu Clementine. Niatnya mengikuti Clementine untuk menjaganya, kalau memungkinkan dia akan mengajaknya pulang dan membuatnya membatalkan rencananya ini.

“Sebentar lagi aku akan sampai ke sana, itu pastilah tempatnya, aku tidak pernah salah selama ini.” kata Clementine dengan antusias, dia kembali menuju ke arah kemudinya dan berjalan melewati Frank yang masih mematung di tempatnya.

“Seharusnya aku tahu kalau reaksinya akan seperti ini,” gumam Frank yang masih berdiri di tempatnya.

Sementara, disisi lain Clementine merasa antusias, berbeda dengan Frank yang sudah was–was memikirkan apa saja hal buruk yang akan mereka hadapi di depan sana. Ini bukanlah hal yang baik bagi Frank, tapi hal yang baik bagi Clementine.

Clementine bukannya tidak mengerti dengan peringatan yang diberikan padanya, malah dia sangat mengerti. Hanya saja, dia merasa tidak takut sebelum tahu seberapa besar bahaya yang dimaksud mereka. Dia benar–benar perempuan yang nekat, tidak heran kalau dia sering menemukan tempat–tempat baru yang perjalanannya tidak semulus jalanan datar.

Frank menghela napasnya melihat Clementine yang sangat fokus pada kemudinya, dia kemudian mengambil tempat duduk yang ada di sana dengan keadaannya yang masih basah kuyup, dia tidak berniat mengeringkan pakaiannya, karena dia yakin pasti sebentar lagi akan kering karena angin laut yang menerpanya dengan kencang.

Perasaan Frank masih terselimuti oleh rasa was–was, dia berharap tidak akan ada bahaya yang dapat membahayakan nyawa mereka berdua. Dia juga menyesal dengan keputusannya yang menyusul Clementine ke sini, seharusnya dia di rumah saja dan beristirahat dengan tenang.

🌷🌷🌷

Please vomment and share 😊
(sorry #typo)

Jadwal up: dalam seminggu bisa 6–5 hari (author libur 1–2 hari tergantung)

Ig : @angels_968

Queen Of Storm
©2019 Angel Hwang
All rights reserved.

Continue Reading

You'll Also Like

203K 7.5K 6
Terlahir dengan kekuatan keabadian sangat merepotkan. Takdir membawaku pada sebuah kenyataan bahwa aku lah yang mereka inginkan! Kekuatan tanpa batas...
3.4M 223K 75
Selama 28 tahun hidup, Rene sama sekali tidak memiliki pikiran untuk menikah apalagi sampai memiliki anak. Dia terlalu larut dengan kehidupannya yang...
5.8M 547K 71
[Fantasy+Romance] INGAT TYPO DIMANA-MANA! SLOW. Amazing Eyes Academy! Sekolah khusus untuk seseorang yang memiliki Mata Bakat Alam. Jurusan apa yang...
5.9K 844 10
Ria, seorang gadis penulis kisah Castilia Academy dan Come Back, harus merasakan kebisingan dunia saat semua tokoh dalam cerita yang ia tulis, menero...