Just Have to Get You

By thisLisH

58 4 0

Rinneta adalah gadis baik dan cerdas tapi sepertinya takdir kurang menyukainya sehingga ia harus berurusan de... More

Prolog
Part 2

Part 1

26 1 0
By thisLisH

Panas terik sang mentari bukanlah penghalang semangat gadis mungil yang kerap disapa Rin. Dia tetap berjalan lurus mencari ruang kelas barunya.

Rinneta adalah mahasiswa baru di University of Art yang merupakan universitas seni terbaik di kotanya. Menjadi kebanggaan tersendiri bagi Rin, dapat masuk dan bergabung dengan Fakultas Satra hanya bermodalkan otaknya yang diatas rata-rata, karena hampir seluruh mahasiswa disini adalah anak konglomerat atau pejabat yang memiliki jabatan tinggi.

Setelah beberapa saat menyusuri koridor akhirnya Rin menemukan kelasnya. Didepan sana ia melihat seseorang yang tak asing baginya. Ia pun tersenyum lebar dan berniat menghampiri. Belum sampai 5 langkah ia berjalan, perasaan asing yang merayap menghentikan langkahnya. Sejujurnya perasaan ini telah ada sejak ia turun di halte tadi, tapi saat ini perasaan itu menjadi lebih kuat. Memastikan perasaannya, Rin menoleh kebelakang, tak ada apapun atau siapapun selain mahasiswa berlalu lalang. Mengedikkan bahunya acuh Rin kembali fokus, mungkin hanya perasaannya saja. Tiba-tiba seseorang muncul di depannya saat Rin berbalik, sontak membuat kaget dirinya.

.

.

.

Kepergian sang ayah tidaklah membuat perasaan Kenya tenang. Sembari duduk menopang dagu dikedua tangannya, menatap meja seakan ingin melubanginya, otak Kenya berpikir keras apa yang ayahnya rencanakan kali ini. Setelah sebelumnya ia dibuat sulit bergerak selama 2 minggu, seusai mengikuti pelatihan gila dari salah satu pengawal suruhannya.

Farel tau Kenya sedang gelisah walau wajahnya selalu tertutup masker. Cukup melihat matanya Farel tau bahwa Ken saat ini kalut dan bingung. Ia jadi kasihan dengan meja didepan Kenya, kalau meja itu bisa bicara pasti akan mengeluh kegerahan ditatap setajam itu.

"Ken tenanglah, kita pikirkan masalah ini bersama. Kau tau benar bagaimana sifat ayahmu." Kenya menatap Farel aneh.

"Yah, kau tau, maksudku dia selalu aneh dan bersikap semaunya jadi kita cukup turuti apa perintahnya, benar kan?" Farel mengusap belakang kepalanya dan tersenyum kikuk. Kenapa Ken harus menatap ia begitu, apa aneh kalau ia menjadi bijak padahal dirinya memang terlahir bijak, huh.

Kenya berdiri mengambil tasnya lantas berjalan meninggalkan Farel yang masih salah tingkah akibat tatapan anehnya.

"Kau masih mau disana atau ikut aku Rei."

"Hei tunggu aku, dasar anak nakal" Farel segera beranjak mengikuti Kenya.

"Padahal aku sedang mencoba membantumu, setidaknya ucapkan "terimakasih Farel sahabatku yang baik" atau mungkin terimakasih saja cukup untukku, mengingat dirimu yang tidak pernah mengucapkan hal semacam itu." Bergaya seolah tengah menimang pilihan membuat Kenya menggelengkan kepalanya tidak habis pikir, tapi dibalik masker sebenarnya bibir Ken sedikit tersenyum. Farel selalu berhasil membuat moodnya membaik disaat seperti ini,

"Kenapa kau tidak menjawabku? Apa bibirmu membeku lagi?" atau mungkin tidak.

"Hn." Hilang sudah pujiannya untuk Farel.

.

.

.

"Rin, ada apa?, kau tidak mendengar aku memanggilmu dari tadi?"

"Maaf Manda, aku terlalu takjub dengan keindahan bangunan ini jadi tidak mendengar panggilanmu, maaf." Aku sedikit membungkuk sebagai tanda permintaan maaf.

"Begitu, sudah lama aku tidak melihatmu Rin, aku sungguh rindu padamu. Hey lihat ini baru beberapa minggu tapi badanmu sudah mengecil, apa kau tidak makan hah? Bukankah sudah kubilang untuk makan yang banyak walau aku tidak ada, kau ini masih belum berubah ya. Bagaimanapun aku senang bertemu denganmu lagi Rin." Manda menggoyangkan bahuku memeriksa sebelum akhirnya memelukku, ia masih sama cerewetnya seperti 2 minggu lalu.

Manda baru melepas pelukannya padaku setelah kutegur. Padahal kami hanya berpisah selama 2 minggu—itupun Manda selalu menguhubungiku setiap malam—tapi Manda selalu berlebihan. Ia tak pernah berubah, selalu riang dan ramah pada siapapun. Aku tersenyum melihat hampir semua orang yang kami temui di koridor mengenal Manda. Tidak mengherankan karna Manda adalah anak yang cerdas dan aktif dalam berbagai kesempatan kegiatan kampus, ditambah dengan wajahnya yang cantik dengan kulit seputih susu dan tubuh tingginya yang proposional. Sulit untuk menolak pesona seorang Amanda Puspa Adinda.

Ia segalanya bagiku. Dia sudah seperti kakak, ibu dan sahabat bagiku walau umur kami hanya terpaut satu tahun. Bertemu dengannya seperti sebuah keajaiban untukku karena berkatnya aku mampu melangkah sejauh ini. Berlebihan, tapi memang itu kenyataannya.

Aku mengedarkan pandangan pada bangunan di sekelilingku. Universitas ini luar biasa, dari luar sudah terlihat besar dan luas tapi tak kusangka berada didalam benar-benar terasa berbeda, ini jauh lebih megah dan luas dari bayanganku. Mungkin berjalan-jalan setelah selesai kelas akan menyenangkan. Perpustakaan menjadi tempat pertama yang harus kukunjungi, lantai 3 sekaligus lantai teratas pasti memiliki pemandangan yang indah.

.

.

.

Perjalanan menuju Universitas terasa lebih senyap. Padahal biasanya Farel selalu berceloteh dan bercerita hal-hal kecil walau hanya ditanggapi gumaman Kenya. Setidaknya Kenya selalu mendengarkan dan suasana diantara mereka tidaklah terlalu dingin, tapi kali ini berbeda. Apalagi alasannya jika bukan karena Kenya yang terus melamun menatap keluar jendela. Farel pun jadi ikut bingung harus bagaimana, salah salah, bukan hanya dirinya tapi orang lain juga bisa kena imbas mood buruk Ken.

"Jadi, apa yang akan kau lakukan kali ini Ken?" Kenya menatap Farel sekilas dan kembali memalingkan wajahnya, memilih menerawang langit diatas sana.

Jika saja Kenya memiliki pilihan dalam hidupnya, ia pasti akan memilih terlahir dari rakyat biasa dengan darah klan seutuhnya daripada menjadi keturunan bangsawan tapi tak terlihat seperti ini. Bukan keinginannya untuk hidup seperti ini, tapi ia tidak bisa menyalahkan ibunya karna telah berhubungan dengan 'iblis' keji seperti ayahnya.

Jadi jangan salahkan Kenya jika ia memilih takdirnya sebagai seorang 'iblis' yang lebih kejam dari ayahnya demi ibunya.

"Apalagi yang bisa kulakukan Rei. Seperti katamu, akan kuikuti semua permainannya sampai waktunya tiba untuk menghancurkan semua ia miliki." Farel bergidik melihat pantulan wajah Ken di kaca jendela mobil, ia tau pasti Kenya sedang tersenyum layaknya psikopat yang menemukan mangsanya. Membayangkannya saja Farel enggan, untung saja Kenya selalu memakai masker, jadi ia tidak harus melihat langsung senyum menakutkan itu.

Deg... Deg... Deg...

Detak jantung Kenya beradu saat matanya melihat senyum seorang gadis yang berdiri menatap bangunan Universitasnya dengan mata berbinar. Mata yang indah, senyum yang menawan tapi siapa dia. Kenya tak pernah mau berurusan dengan manusia apalagi seorang gadis, itu merepotkan. Tapi jantungnya tidak mau ditenangkan. Siapa gadis itu, mengapa jantungnya bereaksi tidak wajar padahal gadis itu hanya manusia biasa. Ia harus memastikan hal ini.

.

.

.

"Kenya ada apa? Kenapa tiba-tiba menghilang begitu?" Ken tersentak dan menoleh. Gadis itu menghilang, apa barusan ia melamun. Sial, dia kehilangan gadis itu. Ken harus mencari tau siapa gadis itu dan mengapa jantungnya menjadi aneh saat ia melihatnya.

"Hei, kau kenapa, mencari apa. Kau tiba tiba menghilang setelah turun dari mobil, kau pikir aku ini pengasuhmu yang harus selalu menjagamu dan memastikan kau selalu dalam jangkauanku, jadi kau bisa menghilang sesuka hatimu dan berpikir kalau aku pasti akan mencarimu, begitukah?" Wajah Farel merah setelah ia mengucapkan kalimat itu dalam satu tarikan napas, ditambah ia baru saja berlari menyusul Kenya yang langsung meninggalkannya begitu mobil mereka terparkir sempurna. Anak itu selalu semaunya, persis seperti ayahnya, begitulah pikir Farel.

"Bukankah itu memang tugasmu Rei."

Blush... Kini wajah Farel semakin merah menahan malu dan kesal yang bercampur. Benar juga ucapan Ken, tapi cara ia mengatakan itu sungguh menjengkelkan. Apalagi sekarang Farel ditinggal lagi padahal ia baru saja mengatur napasnya.

"Tunggu aku Ken, dasar kurang ajar. Aku ini lebih tua darimu tau, sopanlah sedikit padaku. Kau harus membelikanku minuman di kantin kalau mau kumaafkan. Kau dengar aku tidak, hei"

"Hn, kau berisik Rei, orang-orang melihatmu aneh." Kenya tetap meneruskan langkahnya tanpa memedulikan Farel yang terus memanggilnya. Pikirannya bercabang saat ini. Tentang ayahnya, juga gadis asing itu.

~To Be Continued ~

2020 Oct 12
20:20

Continue Reading

You'll Also Like

194K 490 19
21+++ Tentang Rere yang menjadi budak seks keluarga tirinya
112K 13.8K 22
Sang Tiran tampan dikhianati oleh Pujaan hatinya sendiri. Dia dibunuh oleh suami dari kekasihnya secara tak terduga. Sementara itu di sisi lain, dal...
3.3M 344K 53
𝙳𝚄𝙰 𝙰𝙽𝚃𝙰𝙶𝙾𝙽𝙸𝚂 𝚈𝙰𝙽𝙶 𝙱𝙴𝚁𝚄𝙹𝚄𝙽𝙶 𝚃𝚁𝙰𝙶𝙸𝚂. ... Dheleana Vreya, gadis cantik dengan seribu topeng licik di wajahnya. Mungkin o...
193K 273 15
Kumpulan cerita dewasa part 2 Anak kecil dilarang baca