ALARIX ( SUDAH TERBIT )

By Nilamunasari

3.5M 26.8K 1.5K

SEBAGIAN CERITA DIPRIVAT, FOLLOW DULU BARU BISA BACA!! Alarix pindah dreame yaa, bisa langsung cari dengan na... More

PERKENALAN
Tiba-tiba
Mengenal Rasa
Atas Hadirnya
Perlahan
Adik kelas
SPECIAL CHAT
New Story! Cek-cek!
Cek-cek lagi!!
Pengumuman-pengumuman
VOTE COVER
Banner Alarix!!
PO ALARIX!
OPEN PRE ORDER ALARIX!
New Story🦭
GRATIS!!

Mengalir begitu saja

82.8K 3.4K 166
By Nilamunasari


Pada jalan panjang yang begitu menyulitkan, ada banyak hal yang kita temui.
Tanpa pernah mencoba tahu, begini cara semesta memainkan peran-nya.
Dengan memulai kisah kita, menjadi sebuah cerita.
Yang baru saja, dimulai.

***

     Malam ini Raka dan para sohibnya sudah berkumpul dibasecamp seperti biasa. Mereka tengah menyusun strategi untuk segala kemungkinan yang akan terjadi.

Beruntungnya pertarungan dadakan tadi tidak banyak yang mendapat luka berat, walaupun muka memar, gigi rontok dah bibir terkoyak tidak masuk kategori berat bagi mereka.

Sebab berat bagi para berandalan tersebut adalah apabila salah satunya sudah tergeletak tak berdaya ditanah.

    Setelahnya Raka memulai pembicaraan yang sejak awal memang menjadi tujuannya, pembicaraan mengenai gadis yang tiba-tiba saja berporos dalam pikirannya. Entahlah, ada banyak hal yang tiba-tiba saja mengusik pikirn-nya.

Jadi tanpa fokus pada rencana mereka, Raka lebih mmikirkan gadis yang membuat dirinya terkejut setengah mati.

Karena kehadiran gadis itu tadi, membuat seluruh pikiran seorang Raka runtuh begitu saja. Karena gadis itu anak Alaska, mereka tidak boleh berkhianat.

Gadis yang tiba-tiba saja menjadi pusat perhatiannya, ketika bahkan walaupun jelas dan samar gadis tersebut sejak dulu memang kerap kali berputar disekitar matanya.

Entah itu sekedar melintas bersama kedua sahabatnya, atau karena gadis itu memang terlihat sedikit menarik baginya. Raka benar-benar kacau.

Tapi langsung ditepisnya semua pikiran itu. Mencoba sadar kembali, karena dia yang harus bermain disini.

     "Ada yang punya nomor Karin?" Katanya tiba-tiba.

Semua yang disana seketika menoleh. Menatap bingung Raka, karena lelaki itu tidak pernah terlihat ingin mengetahui sesuatu. Jadi, menanyakan nomor ponsel seorang gadis, adalah sesuatu yang langka bagi mereka.

     "Buat ape dah?" tanya Gery ingin tahu. "Tumben banget anjir!" sambungnya lagi.

     "Masang togel," teriak Joe menyambung.

     "Eh bentar-bentar. Karin mana?" potong Aska ingin tahu.

     "AwKarin noh yang naek kuda." Ardan menjawab.

Sontak semuanya tertawa disana. Begitulah kelakuan mereka, bahkan disaat genting dan serius semuanya masih bisa bercanda.

     "Bukannya dia teman sekelas lo?" tanya Raka menunjuk Aska. Menghiraukan seruan-seruan kolot teman-temannya. Karena Raka kerap kali melihat gadis itu sebelum dia menaiki balkon Alaska.

     "Lah makanya gue nanya tadi," jelas Aska membela diri.

Setelahnya Aska mulai mengeluarkan ponselnya, mencari kontak teman sekelasnya tersebut dari grup kelasnya.

     "Ada nih, di grup kelas. Mau?" Tawar Aska.

Raka mengangguk. Tidak ingin banyak bicara karena sohibnya itu sibuk menggoda-nya.

Kemudian Raka mulai mengejakan nomor milik gadis itu kepada sohibnya tersebut.

     "Buset lo punya nomor AwKarin beneren bro?" ejek Gery kepada Aska.

Aska spontan menoleh, kemudian melanjutkan "Iyelah, gue kan mau masuk Ashiappp," jawabnya mantap.

    "A-team woi!! A-team!" Ardan menyambung keki.

    "Ralat A-team maksud aing!" Kata Raka lagi.

Semuanya tertawa disana.

     "Bakat lo ape nyet?" Joe bertanya geli.

"Nyabut rumput ama bersihin kolam," Gery menengahi.

     "Btw AwKarin, sekarang dia kagak naek kuda lagi," desis Joe masih membahas yang tadi.

     "Iya, udah naek onta dia!" Gery memperjelas.

Membuat semuanya lagi-lagi tertawa disana.

Dan tidak butuh waktu lama ketika nomor gadis yang setengah mati membuatnya penasaran itu, kini sudah berada ditangannya.

Pasalnya jika Raka sudah memastikan, dia harus mendapatkan. Tidak peduli bagaimanapun caranya. Sekalipun hal tersebut harus di belanya mati-matian.

Ketika nomor itu sudah tertera indah dilayarnya, Raka segera menghubungi gadis itu. Tanpa perhitungan lagi, dia melangkah kebelakang, karena seluruh sohibnya disana masih sibuk menggodanya.

    "Penasaran gue cewek mana sih yang berhasil naklukin Onta!" Gery berteriak dari tempatnya.

Raka hanya geleng-geleng kepala. Malas meladeni teman-temannya itu. Ketika tanpa sadar, panggilan-nya sudah diterima.

     "Temuin gue ditaman tempat tadi," katanya mengintimidasi.

Kemudian sambungan terputus, ketika Karin bahkan belum sempat untuk menjawabnya.

                             ***

    Disisi lain didalam rumahnya, Karin tidak punya pilihan daripada Raka menerornya terus-terusan, ia memutuskan untuk segera pergi ketempat yang telah dipinta oleh sang pentolan sekolahnya itu.

Dengan beralaskan kaos hitam dan celana bludru pink, Karin memantapkan langkahnya keluar kamar.

     "Mau kemana?" tanya Richard yang kini sudah berada dihadapannya.

     "Engg, emmm. Mau belanja kedepan sebentar," jawab Karin bingung. Sebab jika ia memberitahukan Richard perihal pertemuannya dengan Raka maka ia yakin akan ada perang dunia lagi nantinya. Percayalah. Karin bahkan bisa menebaknya.

     "Gue antar," tegasnya.

Begitulah sepupu Karin mendapatkan peran dalam hidupnya. Richard selalu ada disaat Karin bahkan tak perlu meminta bantuan, dia selalu ada sebagai pelindung Karin dikala amukan badai, dia bahkan selalu menjadi yang pertama setelah kepergian orang-orang tersayangnya. Bahkan disaat Karin terbaring lemah tak berdaya, Richard akan selalu ada disampingnya memberinya kekuatan yang mengantarnya pada pahit manis kehidupan.

      "Nggak. Gue minta antar Pak Prapto aja, lo tunggu dirumah. Jangan kemana-mana lagi, kalau nggak gue laporin keTante Sisca kejadian tadi pagi," ancam gadis itu brutal.

Hal tersebut sukses membuat Richard pasrah tanpa penyangkalan. Sebab jika ketahuan oleh orang tuanya, permasalahannya akan semakin runyam.

Karena ketakutan dalam keluarga mereka memang cuma satu, tak terelak-kan, tak terpungkiri karenanya Richard harus menerima kekalahan jika kerap kali ancaman Karin tertuju untuk orang tuanya, sebab itulah trauma paling mendalam setelah kepergian Lucas Daverio Ruth, selaku kakak kandung Karin.

    Karin telah berlalu meninggalkan Richard yang sudah menatapnya keki. Lagi pula ia tidak peduli, yang penting Richard tidak tahu perihal pertemuan-nya dengan Raka.

    Karin telah meminta Pak Prapto untuk segera mengantarnya. Perjalanan yang ditempuh selama hampir dua puluh menit itu harus Karin terima dengan esktra sabar, ditambah macet yang melanda kawasan tersebut, membuat Karin harus pasrah bahkan hanya untuk sekedar menemui sang pentolan sekolahnya itu.

    'Ish, baru awal aja gue udah stress. Gimana setiap hari ketemu tuh cowok!' gerutu Karin sebal.

    "Kenapa Non?" tanya Pak Prapto bingung.

Karin hanya terkekeh, sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Sampai akhirnya gadis tersebut sudah sampai ditempat yang telah dijanjikan.

     "Pak Prapto balik aja dulu, ntar aku pulang naik taxi," katanya memperjelas.

Pak Prapto kemudian melirik kesana-kemari, sibuk memastikan apakah baik dia meninggalkan seorang gadis kesayangan majikannya ditempat seperti ini. "Bener non? Non lama nggak? Kalau nggak, saya tunggu saja," ujar sang supir tulus.

     "Gapapa pak, pulang dulu aja," terang Karin lagi-lagi.

    "Tapi Non--" kata Pak Prapto berat hati.

    "Gapapa pak, aku mau ketemu temen aku aja, percaya deh!" Kata Karin memastikan.

Membuat sang supir pasrah dan menyetujui permintaan gadis itu. Jika sudah begitu Pak Prapto tidak lagi mengutarakan protesnya.

     "Eh tapi kalau Richard nanya, kasi tau aku lagi main dirumah Chelle ya Pak," pinta Karin sedikit memohon.

Sang supir mengangguk. "Baik Non," kemudian melanjutkan. "Yasudah kalau begitu hati-hati ya non." ada kekhawatiran dalam nada suaranya.

Karin tidak menjawab, ia kemudian memantapkan langkah kakinya menuju taman tempat ia mengucapkan pernyataan konyol seumur hidupnya. Tempat yang menjadi awal mula kehidupan-nya mulai kacau.

Pernyataan yang menghantarnya kepada sosok paling menakutkan disekolah, sosok dingin dengan mata tajam dan seseorang yang bahkan disegani oleh seluruh siswa disekolah, serta sang pemikat dalam sifat arogannya.

Karin kalah, ia bahkan menyerahkan seluruh dirinya kepada seorang lelaki yang jauh sebelumnya, kerap kali Karin temui dalam sorot matanya.

Semuanya Karin tujukan, sebagai bentuk pembelaan terhadap Richard yang dilakukannya tadi siang. Namun jika semua itu menyangkut Richard, Karin bisa memastikan ia tidak akan pernah menyesalinya.

     "Hebat," kata Raka ketika Karin baru saja sampai dihadapannya."Lo pikir waktu gue cuma buat nungguin lo?" hardiknya marah.

Karin spontan menghela nafasnya. Baru saja tiba, bagaimana bisa Raka sudah menghardiknya atas kesalahan yang bahkan tidak dilakukannya.

     "Tadi gue kejebak macet," jawabnya ketus.

Bagaimana bisa Karin melewati hari-hari bersama sang pentolan itu, ketika baru saja dimulai mereka sudah bertemu dalam wujud perang.

Raka tertawa sinis. "Bilang aja lo sembunyi dari pacar lo,"

     "Terserah lo deh, pikirin aja semua yang ada dikepala lo," rutuk Karin tidak peduli. "Jadi, ngapain lo nyuruh gue kesini?" sambung gadis itu lagi.

     "Buat ngasi tau, mulai sekarang lo harus putus sama cowok lo. Dan setiap hari, lo harus nunggu gue digerbang depan sekolah." Raka menjelas antusias. Senyum-nya menyeringai senang.

Karin mengernyitkan dahi, bingung akan permintaan sang pentolan itu. "Buat apa?"

     "Buat kasi tau ke orang-orang kalau lo punya gue. Dan supaya pacar lo sadar, kalau dia udah ngelakuin kesalahan besar karena berani macarin anak SMA gue." tegas Raka, ada senyum kemenangan dalam lekukan bibirnya.

     "Terus apa keuntungan buat gue?" tanya Karin tidak terima.

     "Lo bisa banggain ke semua orang kalau gue punya lo."

Karin tertawa, tawa besar dengan nada meremehkan. "Kalau gue gak mau?" tantangnya disana.

Raka masih tenang, tenang yang selalu dia lakukan. Tenang yang selalu saja menyikapi segala hal. Tenang yang selalu saja mendebarkan sang lawan, karenanya memang kegilaan yang berteriak disekitar hidupnya.

Ketika gadis itu tidak semata-mata telah didapatkan, namun bisa dipastikan harus dimilikinya. "Lo bakal ngerasain gimana dimusuhin semua orang disekolah," seru Raka masa bodoh.

Senyum memuakkan yang terasa menjijikan bagi Karin.

"Lo brengsek!" katanya marah.

Dan Raka menyadari satu hal, bahwa gadis ini, bukanlah gadis sembarangan yang mudah saja dia pengaruhi. "Gue gak lebih brengsek dari pacar lo," elaknya tidak terima. "Dan sebrengsek-brengseknya, gue gak pernah bawa cewek kehotel," sambung Raka tiba-tiba.

Hal tersebut sukses membuat Karin membelalakkan mata. Membulatkan mulut seakan pendengarannya telah rusak, seraya memikirkan perkataan yang baru saja ia dengar.

Pasalnya Karin yakin Richard sepupunya itu bukanlah lelaki yang telah dihina Raka habis-habisan. Karin yakin. Sangat yakin. Yakin seyakin-yakinnya.

Ketidakpercayaan Karin tersebut sukses membuat Raka semakin jadi merasakan hawa kemenangannya.

     "Jangan nilai orang brengsek. Kalau lo bahkan belum tau kehidupan orang tersebut," jelas Raka lagi. Kemudian dia menambahkan. "Itu aja, gue sekalian mau ngapalin muka lo. Gue pergi. Lo tunggu disini, udah gue pesanin taxi."

Raka melangkah lebih dulu, namun baru satu langkah pertama dia berbalik, kemudian berujar "Dan satu lagi, kalau gue brengsek, gue gak bakal pesanin lo taxi,"

Karin tidak menjawab. Hanya mematung tanpa suara. Seakan pernyataan Raka mengenai Richard benar-benar membuatnya tertohok. Ia hanya membeku tanpa suara, memandang deru suara ninja Raka yang semakin samar dan kemudian menjauh. Berbelok dan menghilang dari pandangan.

Meninggalkan Karin seorang diri, dengan pemikiran yang tak kunjung menemukan jawaban.

                                 ***

    Sebetulnya Karin bisa saja melakukan penyangkalan. Namun ia tidak mungkin berani menerima resikonya. Pasalnya SMA Alaska memiliki aturan telak. Agar siswanya tidak berpacaran dengan anak SMA musuh.

Peraturan itu paten. Tidak bisa dihindari. Dan apabila ada yang berani melanggarnya, terlebih lagi bagi anak Alaska maka harus berurusan dengan para pemimpin disekolah tersebut.

Jadi untuk segala kemungkinan yang akan terjadi, Karin menerima seluruh perintah sang pentolah sekolahnya itu. Tanpa penolakan, apalagi sangkalan. Ia harus menutup rapat Richard selaku sepupunya. Karena apabila orang-orang tau, itu akan berdampak buruk bagi Karin dan juga Richard.

     Hal tersebut bermula ketika dulu sewaktu Karin duduk dikelas sepuluh ia pernah mendengar cerita mengenai Stevy sikakak kelasnya yang ketahuan berpacaran dengan Alex yang notaben tangan kanannya David selaku pentolan SMA Galaksi sebelum Richard.

Sama halnya dengan Raka, namun bedanya Raka sudah menduduki posisi pentolan sewaktu kelas sebelas. Dia sudah dipilih untuk menjadi pemimpib Alaska mendahului seniornya. Karena peranan Raka jauh lebih penting.

Ceritanya dimulai ketika Stevy digoda oleh Angga yang notaben siswa SMA Alaska atau teman sekelasnya. Angga sebenarnya masuk kategori pembuat onar. Tapi lelaki itu tidak pernah ikut tawuran sama sekali. Perlakuan Angga kepada Stevy sebenarnya hanya bentuk candaan. Namun Stevy malah menganggapnya berlebihan.

Hal tersebut membuat Stevy segera melaporkan godaan Angga itu kepada Alex, pacarnya. Pasalnya Angga sudah keterlaluan mengganggunya.

Jadi waktu itu malam sekali ketika diperjalanan pulang, Angga  dibuat bingung, karena sebagian orang menghentikan motornya dan tanpa basi langsung menghajarnya habis-habisan. Konflik kecil itulah yang membuat anak Galaksi dan Alaska semakin menampak-jelaskan ketidaksukaannya.

Karena hal itu juga Stevy segera dimusuhi oleh sebagian anak Alaska, lebih tepatnya hampir semua orang.
Hanya karena permasalahan itu.

Sebab malam itu Angga bahkan sampai dibawa kerumah sakit. Maka dari itu anak Alaska dilarang keras menjalin hubungan dengan anak Galaksi. Kalau sampai ketahuan, bersiap-siaplah menerima resikonya. Aturan itu bahkan tidak bisa diganggu gugat. Jadi siapapun yang berani melanggarnya, bersiaplah menjalani masa-masa kelam sewaktu SMAnya.

Ditambah lagi SMA Alaska dan Galaksi memang sejak jaman dulu sudah terkenal dengan permusuhannya dalam segala aspek. Tapi perihal mencintai tidak ada yang dapat menduganya, bahkan sekeras apapun larangannya.

Dan untuk menjaga segala macam rahasianya Karin menutup rapat dirinya, menerima permintaan Raka dengan penuh lapang dada dan tanpa penolakan. Karena ia harus menjaga Richard dan dirinya sendiri.
Sebab hanya Richard satu-satunya orang dimuka bumi ini yang dimilikinya.

Dan biarlah Raka berfikir jikalau ia memang pacarnya Richard. Karena dengan begitu bisa membuat Karin mengenal dunia menegangkan Raka. Dunia yang penuh dengan warna berbeda, serta dunia menakutkan yang harus diterobosnya masuk. Sekalipun pintunya berduri dan tajam.

Karena Karin sudah terlanjur jatuh pada titik poros lelaki itu. Dan ia, harus siap dengan segala resikonya.

***


Gimana part hari ini? Hehe
Pokoknya jangan lupa vote dan coment ya manteman!! Minta kritik dan sarannya luvvv!!

Karena saran dri kalian bikin aku semangattt ehehhee

Oh iya satu lagi, jangan lupa follow instgram aku @Nilamunasari ya heuheu

-Nila yang lagi meringkuk because sakit perut tangbulan:'''

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 196K 52
Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang Kafka Rafan El-Fatih. Di tengah...
9.4M 392K 63
On Going (Segera terbit) Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di ke...
2.6M 235K 63
⚠️ Ini cerita BL Askar Riendra. Seorang pemuda workaholic, yang mati karena terlalu lelah bekerja. Bukannya ke alam baka, dia malah terbangun ditubuh...
1.7M 238K 38
Tidak ada yang bisa menebak sifat Drystan sebenarnya. Cowok itu ... terlalu hebat berkamuflase. Drystan bisa bijaksana, galak, manja dalam satu waktu...