ORKANOIS (END)

By KacangMas

17.5K 1.6K 481

Ini adalah kisah yang 'gila'. Bagaimana tidak? Kisah ini bercerita tentang seorang siswa SMA bernama Maraby... More

-(00)- Prolog Bab 01 (Maraby)
(01) Bully
(02) Menolong
(03) Orkanois
(04) Masa Lalu
(05) Mehdiard
(06) Sayap Putih
(07) Pedang Slaz
(08) Karena
(09) Aku Datang
(10) Mysteries of the Universe
(11) Berita
(12) Pembantai
(13) Galang
(14) Eksekusi
(15) Korup
(16) Kebangkitan
(17) Mencari
(18) Hujan Sang Penipu
(19) Terjun - [[akhir bab Maraby]]
-(00)- Prolog Bab 02 (Orka)
(02) 12 Kesatria
(03) Kedatangan
(04) Hellios
(05) Kekuatan
(06) Duel Angkasa
(07) Perang Mehdiard
(08) Keruntuhan
(09) Kiamat
(10) Sampai Di Sini (end)
Epilog -Potongan Semesta
(Bonus Cerita - 01) Lubang Kehidupan
(Bonus Cerita - 02) Satu-Satunya Cara
(Bonus Cerita - 03) Misi Mulia

(01) Raja Orma

392 38 6
By KacangMas

Terlihat beberapa penjaga bergantian terbang menjalankan rutinitasnya, berpatroli mengitari istana kerajaan megah yang berada di bawah kaki pohon Ratu Lidaras. Istana itu dibangun dari berbagai macam kristal warna-warni yang ditambang dari rawa-rawa planet. Gemerlap biru yang dominan dan warna kuning, merah, ungu, hijau, serta warna lainnya memancar begitu indah, memanjakan penglihatan. Istana itu milik seorang raja bernama Orma dari ras Teep, pemimpin sejati dari semua Orkis.

Ada ratusan tentara elit berjejer di pinggir singgasana raja pada rapat kerajaan yang diadakan setiap bulannya. Sedangkan empat menterinya siap melaporkan keadaan Orka kepada Raja Orma yang berzirah mewah, dengan tubuh kekar, dan bersayap perak mengilap.

"Hamba izin melaporkan tentang perkembangan jual beli kristal. Perdangangan dengan ras Reeya dan ras Krokoree semakin hari semakin berkembang pesat. Pasokan kristal sebagai sumber cahaya, sudah tersebar ke 80% bagian negara. Namun, kabar buruk datang dari segi makanan, yakni daun sang ratu sudah tak selebat dulu dan produksinya mulai menurun," jelas Menteri Perekonomian.

"Batang pohon juga tidak sekeras dulu," sambung Menteri Pertambangan.

"Sumber panas di akar pohon mulai meredup," tambah Menteri Energi.

"Kabar terbaru dari penyelidikan kami, para Mehdiard sudah masuk ke rana merah. Rutinitasnya mencangkok perkembangbiakan mereka di ujung akar bagian Barat, menjadi penyebab mengapa Ratu Lidaras menuju ... sekarat," jelas Menteri Pertahanan.

"Mereka sama sekali tidak kehabisan akal, walau sudah dilarang oleh kerajaan untuk berkembang biak langsung ke puncak bunga," ujar Duxa si Bayangan di pinggir Raja Orma.

"Mehdiard keparat! Akan aku hancurkan mereka!" geram Raja Orma.

Ratu Lidaras adalah paket lengkap seorang ibu, selain melahirkan bangsa Orkis, daunnya adalah sumber makanan bagi otak. Lalu, akarnya mengeluarkan panas sebagai sumber energi yang diserap oleh zirah. Energi panas itu terkumpul dalam zirah, dan disalurkan ke seluruh tubuh –layaknya baterai. Bahkan kulit pohonnya yang sangat keras, ringan, dan tajam, ditambang oleh Orkis untuk bahan baku senjata, baju, rumah dan keperluan lainnya. Namun, akibat ulah ras Mehdiard, sang ratu kian memburuk keadaannya.

Sudah 10 tahun lalu, Raja Orma membuat peraturan berupa larangan keras Mehdiard memasuki wilayah kerajaannya di bawah pohon ratu. Jika ada Mehdiard yang berani masuk, akan langsung ditangkap dan dihancurkan kepalanya. Namun tetap saja, seringkali Mehdiard melanggar aturan yang ditetapkan, menyerang ras lain dan bahkan merampas sumber daya pohon ratu secara berlebihan. Karena itulah, Raja sangat membenci ras Mehdiard. Bahkan Raja mempunyai hobi berburu Mehdiard yang berkeliaran di hutan.

Di akhir rapat, Raja Orma memamerkan putra tertuanya kepada rakyat. "Orkis! Lihatlah! Sayap Orba sudah tumbuh!" seru Raja Orma di dalam istana, memperlihatkan bahwa Orba, putra tertuanya sudah dewasa dan siap berganti tubuh.

"Kemari, Nak! Ayah akan memperlihatkan tubuh barumu," ajak raja bersama Duxa, si bayangan yang selalu melekat dengannya ke sebuah ruangan yang terkunci rapat.

Setelah satu demi satu kunci itu terbuka, terlihat dari dalam ruangan tubuh Teep yang kekar, berkulit merah gelap dan dilapisi zirah hitam elegan.

"Bu-bukannya, ini tubuh milik kakek? Sang pemersatu Orkis," ujar Orba yang begitu terkagum-kagum sambil menyentuh lembut tubuh itu dengan tangan mungilnya.

"Ya, dia adalah legenda besar. Sudah saatnya, tubuh ini mengukir legenda baru dengan dirimu di dalamnya," tanggap Raja.

"Tidak Ayah. Aku merasa belum siap. Lagi pula, Orkanois jauh lebih layak menggunakan tubuh ini," ujar Orba menolak.

"Kau hanya merasa iba kepadanya, menganggap jika Orkanois mendapatkan tubuh ini, kelak ia bisa sebanding denganmu. Lupakan perasaanmu terhadap yang lemah, Orba," ucap bayangan menaggapi.

"Kau adalah seorang kakak, putra tertua yang paling layak menjadi penerus tahta ini. Apa yang kau harapakan dari adik yang sayapnya saja belum tumbuh?" ucap raja sambil membungkukkan tubuhnya mendekati Orba.

"Tidak, Raja, sayapku sudah tumbuh," ujar Orkanois kecil yang tiba-tiba berada di sana dan memperlihatkan sayap birunya yang baru keluar sedikit.

Aku adalah Orkanois, yang kelahirannya tidak diharapkan oleh ayahnya sendiri, hanya karena terlambat menetas. Jika bagi Orkis biasa hanya membutuhkan setahun, aku telah menghabiskan lima tahun untuk menetas. Ayah menamaiku dari nama planet ini dan 'Nois' yang berarti kelemahan. Aku tidak membenci namaku, hanya saja aku iri dengan nama 'Orba', saudara tertuaku yang mempunyai arti 'Era Baru'. Padahal akulah yang akan memulai era baru untuk bangsa Orkis.

"Siapa yang mengundangmu datang kemari?" tanya si bayangan.

Orkanois berkata sambil memperlihatkan sebuah botol cairan. "Raja, aku hanya ingin menunjukkan bahwa keterlambatanku dalam berkembang bisa diatasi oleh serum yang baru aku ciptakan ini. Walau efeknya, aku kehilangan kendali dan tidak sadar telah menyerang para penjaga di luar sana. Biasa, efek obat."

"Orkanois, ucapanmu justru memperlihatkan kelemahanmu! Orba, putra tertua raja, jauh lebih kuat darimu. Ingat berapa kali kau kalah dari Orba? 765 kali," ledek si bayangan.

"Ilmu pengetahuan juga bisa diandalkan. Aku datang kemari bukan untuk meminta tubuh itu. Tubuh merah itu cocok dengan Orba. Aku hanya membutuhkan tubuh ras Teep biasa dan aku akan memodifikasinya sedikit. Lalu akan aku buktikan bahwa tubuh yang aku rancang sendiri jauh lebih hebat dari warisan tua itu di 'Duel Angkasa' nanti, duel yang akan menentukan siapa rajanya," ujar Orkanois.

"Sudah puas kau menghina warisan agung ini?" tanya raja dengan nada dingin.

"Menghina? A-aku tidak mengina. Aku hanya–"

"KELUAR!" bentak Raja menggelegar.

Satu bulan berlalu dengan hari-harinya yang dingin seperti biasa, Orba kini sudah sah mengambil alih tubuh sang legenda. Ratusan ribu rakyat dari berbagai ras berkumpul di luar istana menanti dengan antusias penampilan baru Orba. Gaung sorak soray menyambut Orba yang begitu gagahnya terbang mengitari istana dengan wibawa yang tertanam di tubuh itu.

Teriakan rakyat yang begitu mencintai pangerannya itu terhenti, kala Orba mendarat di tengah-tengah mereka.

"Orkis! Izinkan aku mengemban tanggung jawab yang telah dipercayakan padaku, menjadi penghuni baru bagi tubuh yang telah mengukir sejarah panjang yang tersebar di hamparan es planet Orka. Aku harap, bayang-bayang masa lalu kakekku, tidak memengaruhi sejarah baru yang akan aku buat bersama warisan agung ini," pidato Orba.

"Hey, bukannya Raja Orma punya dua putra? Selama 23 tahun ini aku tidak pernah melihat putra yang satunya lagi," tanya salah satu rakyatnya kepada temannya.

"Entahlah. Bahkan aku ragu jika Orkanois masih hidup," jawabnya.

"Ratusan tahun lalu, semenjak cadangan tubuh menipis, membuat Orkis hanya boleh mempunyai satu keturunan. Hanya para raja dari 12 ras lah yang boleh memiliki dua putra. Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran raja, mengapa Ia menyembunyikan Orkanois putera keduanya," ujar temannya membalas.

Setetah selesai menyampaikan pidatonya, Orba berbalik ke hadapan istana yang di atasnya berdiri Raja Orma. "Rajaku! Raja kami. Hamba ucap syukur karena diberi kepercayaan agung ini."

"Bangun putraku! Pengabdianmu terhadap rakyat akan jauh lebih besar. Sudah selayaknya engkau juga mengemban kekuatan besar," balas raja.

Sementara itu, Orkanois sedang menyiapkan pemindahan tubuh, berganti ke tubuh yang jauh lebih besar, berkulit biru, dan beramor putih. Pemindahan itu ia lakukan di dalam ruangan pribadinya yang penuh dengan alat penilitian, ratusan kabel kusut terbelit di tangkai pohon buatan, pada dinding ruangannya berjejer senjata yang terbuat dari kayu, tersusun rapi botol cairan dari obat-obatannya di rak, dan banyak sekali wadah-wadah berisikan sempel kayu pohon Ratu Lidaras –kayu pohon ini jauh lebih ringan, kuat, dan tajam dari besi di Bumi.

Dalam prosesnya, ia membuka mulut selebar-lebarnya, lalu keluarlah organ dalamnya yang berupa otak dan jantung serta sepasang sayap. Otaknya berwarna biru dan sel-selnya bagaikan kristal yang mengilap. Di organnya ada tentakel yang berfungsi sebagai penghubung ke sistem saraf.

"Putraku, kekuatan besar, tanggung jawab, rakyat. Cih, dengarlah sandiwara kerajaan yang membosankan itu. Rakyatnya juga hanya bisa berteriak akan cinta buta terhadap rajanya. Sampai tidak seorang pun peduli, kalau hari ini adalah hari di mana aku harus berganti tubuh," gumam Orkanois kesal.

Tiba-tiba terdengar suara dari luar jendela.

"Orba! Apa yang kau lakukan? Sudah aku bilang jika ingin masuk, lewat pintu saja!" ujarnya kesal kala melihat kakaknya menubruk jendela kristalnya. Orkanois mempersilakan Orba masuk dan ia buru-buru menutup jendela.

"Orkanois, adikku! Mana mungkin aku lupa akan hari ini, di mana adikku berpindah tubuh," jawabnya sambil memeluk tubuh Orkanois kecil.

"Kau telat! Kau salah peluk. Bisa kau hentikan pelukan menjijikan itu? Kita sudah bukan anak kecil lagi," jawab Orkanois.

"Apa? Aku melewatkannya!"

Ia membalik badannya dan melihat tubuh Orkanois besar. Ia tak sadar bahwa adiknya kini sudah dewasa. Sang kakak yang bertubuh lebih besar darinya menyuruh Orkanois untuk membentangkan sayap. Ia meninju ringan dadanya sebagai rasa kagum kala melihat mereka berhasil tumbuh sebesar ini di planet membeku.

Orkanois melontakkan pertanyaan tatkala mereka duduk bersama. "Orba, apa kau tahu mengapa tubuh kita bisa abadi? Tidak ada kah Orkis yang penasaran mengapa tubuh ini bisa abadi dan bisa diwariskan dari generasi ke generasi? Atau tidak kah ada yang bertanya, dari mana asalnya tubuh ini?"

Orba kebigungan dan hanya terdiam mendengar pertanyaannya.

Mereka biasa duduk bersama di kursi tempat santai untuk berbincang. Hingga obrolan santainya teralihkan setelah Orba melihat pedang biru menyala, tergantung di dekat pintu. Ukuran pedangnya lebih kecil, jika dibandingkan dengan pedang yang biasa mereka punya.

"Kau membuatnya?" tanya Orba sambil melihatnya dari dekat.

"Tidak, aku menemukannya tertancap di kepala seekor naga," jawab Orkanois.

"Lucu sekali. Kita naga bukan?"

"Bukan. Kita hanya kadal jika dibandingkan dengan ukurannya yang sangat besar. Legenda itu nyata dan benar adanya, aku berhasil menemukan Nadreeg di sebuah reruntuhan," jawabnya.

Orba berbalik dan langsung bergegas pergi, bermaksud untuk melaporkannya kepada Raja Orma. Langkahnya tertahan setelah Orkanois memperlihatkan kekuatan pedang itu di hadapan matanya, sebuah kekuatan untuk berteleportasi. Ia membuka portal yang terhubung ke ruangan pribadi Orba dan mengambil palu rakasasa miliknya. Sang kakak terheran-heran kala melihat palu yang adiknya bawa adalah asli.

"Kekuatan ini aku beri nama teeporth."

"Orth yang berarti lubang. Lubang ras Teep!"

"Namun, kekuatan teeporth ini hanya bisa digunakan oleh Orkis yang sudah menancapkannya di kepala selama beberapa hari, semacam untuk sinkronisasi. Itu terjadi begitu saja, setelah kucabut dari kepala Nadreeg, dan rasanya sakit sekali," ujar Orkanois.

"Hebatnya lagi, kau masih hidup. Oh iya, naga itu, di mana keberadaannya?

"Lokasinya berada di dekat daratan Mehdiard. Waktu itu aku masih menggunakan tubuh kecil, hingga gampang menyamar."

"Apakah legenda itu ... masih hidup?"

"Aku rasa ... sudah lama mati. Aku rasa," jawab Orkanois ragu.

"Ini kekuatan baru yang sangat luar biasa," tanggap Orba.

"Raja hanya mengandalkan otot, padahal Teep sangat unggul di bidang pengetahuan dan penjelajahan. Akan kubuktikan jika pengetahuan juga bisa mengalahkan otot," ujar Orkanois teguh.

Ia pun membuka zirahnya, dan ratusan kabel keluar dari portal biru yang berputar di tubuhnya. Kabel muntifungsi dan mampu mengeluarkan kejutan listrik yang sangat besar.

"Dari mana datangnya kabel-kabel itu?" tanya Orba keheranan.

"Dari dimensi teeporth, dimensi luas namun gelap, tapi sangat berguna untuk peyimpanan barang. Pedang ini adalah kuncinya. Selain itu, kabel ini bisa memancarkan dan menangkap sinyal dari semua ras Orkis, karena sistem otak kita ternyata bisa terhubung."

"Hey Orba, kau mendengarku?" tanya Orkanois lewat pikirannya.

"Hey Adikku! Kau membuat tubuh yang aku pakai ini seperti es rapuh. Apakah ini pertanda kau siap mengalahkanku?" jawabnya lewat pikiran juga.

"Tidak, ini belum aku sempurnakan. Ada beberapa hal yang ingin aku tambahkan, salah satunya kekuatan untuk menghubungkan dan memanipulasi pikiran."

"Itu akan menjadi kekuatan yang sangat mengerikan," balas Orba terkagum-kagum.

Orkanois meletakan kembali pedang birunya dan memohon. "Orba boleh aku meminta satu hal. Aku harap kau tidak membocorkan ini kepada Raja. Setelah mengetahui ini, mungkin dia akan melakukan penyerbuan besar-besaran ke daratan Mehdiard."

"Baik. Beritahu saja jika kau sudah siap untuk memamerkan pedang yang menakjubkan ini. Apakah kau sudah memberi nama pedangnya?"

"Belum."

"Bagaimana kalau pedang slaz?"

"Ide bagus!"

"Untuk pemberian nama, serahkan saja pada si ahlinya," ujarnya sombong. "Sebentar, aku ingat sesuatu. Bukankah hari ini kau ada kelas pelatihan 12 Ksatria? Jika tidak cepat-cepat, kau bisa telat," ujar Orba.

"Mana mungkin aku melupakan kelas yang terdiridari perwakilan tiap ras itu.Tenang, aku bisamenggunakan teeporth untuk ke lokasi dengan cepat sesuka hati," ujar Orkanois.


*Slaz : Tusuk dalam bahasa Orkis

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 57.7K 34
Tak pernah terbayang olehku akan bertransmigrasi ke dalam novel yang baru aku baca apalagi aku menempati tubuh tokoh yang paling aku benci yang palin...
2.9M 186K 46
[Part lengkap] Blur : Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang...
1.2M 12.4K 33
Jatuh cinta dengan keponakan sendiri? Darren William jatuh cinta dengan Aura Wilson yang sebagai keponakan saat pertama kali bertemu. Aura Wilson ju...
1.8M 102K 25
❝Apakah aku bisa menjadi ibu yang baik?❞ ❝Pukul dan maki saya sepuas kamu. Tapi saya mohon, jangan benci saya.❞ ©bininya_renmin, 2022