ERASE

By mita_justmit

2.1K 304 236

||Romance 2019|| Milonna kira kisahnya sudah berakhir, benar-benar berakhir. Namun ternyata tidak semudah itu... More

Meet All Cast[ERASE]
Prolog
[1] Bagian Satu
[2] Bagian Dua
[3] Bagian Tiga
[4] Bagian Empat
[5] Bagian Lima
[7] Bagian Tujuh

[6] Bagian Enam

145 19 23
By mita_justmit

Vote sebelum membaca, dan komentar setelahnya. Happy reading ~

→ Hanya Harapan Kosong ←

Aku tahu kau tidak akan mungkin kembali, bahkan menatapku saja kau akan benci. Kau berhasil membuat rasa penyesalan menyelimuti hati kecilku, dan sialnya kau tidak memperdulikan itu.

Aku hanya ingin berkata, kembalilah. Akan aku obati luka yang telah ku sebabkan hingga sembuh tak berbekas.

- Mirza

C.L.B.K ←

"Mill, lo baik-baik saja, kan?"

Hembusan angin dapat Mirza rasakan, keheningan ini sungguh membuatnya memekik pelan, bukan, bukan karena menyesal sudah bertanya seolah dia peduli dengan keadaan Milonna. Dia hanya benci jika ada orang yang menghiraukan pertanyaannya.

"Gue baik kok."

Mirza terdiam. Hatinya ikut tenang mendengar jawaban singkat Milonna. Perlahan dia berbalik menatap cewek berambut lurus di depannya masih sibuk menyapu lantai.

"Jika sekiranya lo udah gak kuat karena kondisi lo, boleh pulang duluan. Masalah piket kelas biar gue yang kerjakan."

Entah Milonna harus bahagia karena mendengar kalimat panjang Mirza yang terdengar khawatir itu, atau sedih karena mungkin saja Mirza menyuruhnya pulang sebab merasa risih dengan keberadaannya.

"Bentar lagi gue selesai kok." Sahut Milonna tanpa menghentikan kegiatannya.

"Yaudah. "

Benar bukan, Mirza hanya terganggu dengan adanya dia, bukan karena peduli. So, gue harus cepat-cepat membereskan lantai kotor ini. Gumam Milonna dalam hati.

"Za, lo lama ih! " Tiba-tiba Jonathan masuk dengan di ikuti oleh Zayn di belakangnya, beberapa detik Jonathan terdiam melihat keberadaan Milonna, Mirza piket dengan Milonna?

"Tunggu, bentar lagi gue selesai. Tinggal membersihkan meja guru," sahut Mirza berjalan mendekati meja guru di sampingnya.

"Warbyasah!! Pantas saja Mirza betah, ternyata oh ternyata di temani Milonna, senang lihatnya," Zayn langsung memasang wajah ceria ketika mengetahui apa yang Jonathan ketahui juga.

"Milonna! Gue rindu lihat lo bermesraan dengan Mirza, ckckck. Kapan main bersama kami lagi?"

Sungguh, Mirza ingin sekali menyumpal mulut ember bertoa Zayn itu, memalukan.

"Hm, gue.."

"Gak usah dengarkan Zayn, dia gila!" Mirza memotong ucapan Milonna.

"OH!!" Brak, Zayn menggebrakkan meja dengan tangan kanannya sambil sedikit meringis. "Jadi lo anggap gue gila? Lalu apa kabar dengan ocehan galau yang selama ini,"

"WOY!!"

Pletak, penghapus kelas melayang dan mendarat tepat di kening Zayn. Kerjaan siapa lagi jika bukan Mirza yang kini memasang wajah merah karena emosi atau mungkin malu.

"LAMA-LAMA GUE TAMBAL MULUT PANCI LO!!" Sambung Mirza semakin emosi, hampir saja Zayn membongkar aibnya didepan Milonna, dia masih terlalu gengsi jika Milonna harus tahu apa yang selama ini Mirza lakukan, salah satunya galau memikirkan cewek itu .

Zayn menunduk sesal, dia berjanji tidak akan lagi keceplosan seperti itu hingga memancing emosi Mirza yang seramnya mengalahkan jembatan angker di Ancol.

"Iya, sorry."

Mirza masih mengatur deru napasnya yang kacau akibat kelakuan Zayn.

Hingga dia tidak sadar jika Milonna sudah selesai dengan piketnya dan mulai berjalan menuju pintu. Tapi sebelum tiba tepat di ambang pintu, Jonathan meraih tangan cewek itu.

"Rencananya sabtu-minggu ini gue dengan anak-anak yang lain mau pergi camping, lo mau ikut?"

Sontak bola mata Mirza menatap tajam pada Jonathan, berani sekali dia mengajak Milonna tanpa ijinnya terlebih dahulu. Siapa tahu kan dia keberatan, Jonathan benar-benar mencari mati.

"Ehm, camping?" Ada jeda sejenak setelah Jonathan mengiyakan pertanyaan Milonna barusan, "sorry, gue gak bisa ikut, soalnya ada acara dengan teman."

Meski marah, ada sedikit rasa sedih dalam benak Mirza saat Milonna menolak ikut pergi.

"Why? Bukannya cita-cita lo dengan Mirza bisa mendaki bersama? Belum terwujud, bukan?" Pekik Jonathan menatap penuh arti pada Milonna.

"Tapi.."

"Udalah Nath, ngapain lo ajak dia. Bodoh jika dia terima tawaran lo itu."

Zayn greget mendengar bualan Mirza barusan, rasanya ingin mengoleskan jus cabai paling pedas ke bibir cowok itu. Munafik!

"Ya, gue gak bisa ikut." Milonna hendak melanjutkan langkahnya, namun lagi-lagi Jonathan menghalangi.

"Ucapan Mirza jangan lo dengar, yaudah anggap saja lo ikut untuk nemenin gue, mau kan?" Mohon Jonathan, tatapan Mirza semakin tajam, wajahnya memerah, dan telinganya mengeluarkan asap, Ok itu hanya ilusi.

"Apa-apa'an sih Nath?" Sahut Mirza merasa tidak dihiraukan.

"Hm, gue tetap gak bisa ikut," sergah Milonna memimpin keras kepalanya.

"Ayolah.."

"Please, demi gue.." damn! Puppy eyes Jonathan sungguh menggemaskan, Milonna jadi tidak tega.

"Nath, gue gak,"

"Ah! Gue nunggu di luar saja, malas menyaksikan drama murahan ini!" Umpat Zayn sebal lalu meninggalkan kelas.

Tiba-tiba Mirza menghempaskan buku di tangannya ke meja, lalu berjalan dengan menarik ujung tas Jonathan,"pulang, pulang, gue udah lapar!"

Mereka semua meninggalkan Milonna saat Jonathan belum sempat mendengar jawaban yang Milonna lontarkan.

Gue ingin sekali ikut, tapi percuma jika Mirza gak menginginkan kehadiran gue. Batin Milonna terdiam.

Aneska berjalan santai dengan di temani Denion. Mereka menikmati sore hari yang mulai lenyap oleh warna-warna senja nan indah. Sepersekian detik mereka hanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Bagi Aneska, Denion adalah tipikal cowok manis dan perhatian, selama mereka dekat Denion tidak pernah sekali pun lupa memberi Aneska semangat dalam menjalankan rutinitas harian.

Aneska menyukai cowok yang perhatian.

Selalu memberinya semangat.

Dan tidak pernah absen memberi kabar walau pun hanya lewat chating atau telfon.

"Aneska?"

"Ya?" Jawab Aneska ragu-ragu.

"Sabtu ini gue dengan teman-teman yang lain akan pergi berkemah, mau ikut?"

Mereka berdua berbincang sambil berjalan menuju rumah Aneska.

"Sepertinya asik, tapi gue kan gak akrab dengan teman-teman lo yang lain. Pasti akan sulit. "

Denion berhenti sejenak, "kenapa harus di persulit? Teman-teman gue asik semua kok, cepat bergaul juga."

Aneska terdiam berpikir, mengikuti ajakan Denion memang tidak ada salahnya. Hanya saja apakah dia bisa berbaur nantinya, percaya atau tidak Aneska sebenarnya orang yang sedikit pemalu.

"Gue pikir-pikir dulu deh, nanti gue kabarin lagi, hehe." Pekik Aneska.

Denion hanya mengangguk kecil dan kembali melangkahkan kakinya.

Tidak lama keduanya tiba di depan sebuah rumah besar bercat abu-abu. Rumah sederhana yang memiliki halaman depan yang cukup luas, banyak pohon-pohon menjulang di sekitar dan beberapa jenis tanaman bunga hiasan.

"Ok, makasih udah mau antar gue pulang," ucap Aneska berbalik menghadap Denion.

"My pleasure honey..."

"Apa?" Sahut Aneska memastikan jika pendengarannya tidak salah.

"Apa?" Kata Denion seolah menyadari raut kebingungan di wajah Aneska.

"Barusan lo bilang,"

"Honey?" Potong Denion, dan Aneska mengangguk pelan. "Lo gak suka gue panggil itu?" Lanjutnya.

"Hm, gak papa gue suka kok, hehe."

"Yaudah sana masuk, jangan lupa setelah tutup pintu sediakan tabung oksigen, karena gue tahu lo akan butuh itu."

Aneska bepikir keras, dan sial setelah menyadarinya cewek itu langsung merona malu.

"Apa'an sih, yaudah bye gue masuk dulu. Sampai nanti."

Sungguh Aneska tidak dapat mengatur detak jantungnya yang mulai berirama cepat. Jangan-jangan dia benar jatuh cinta pada cowok itu, arghh Denion memang hebat, buat gue jatuh cinta dalam waktu secepat ini!

Milonna terus saja sibuk menentukan keputusan apa yang aka dia ambil. Ya, ini mengenai perjalan mendaki yang Jonathan tawarkan di kelas tadi. Cita-cita dia dan Mirza dulu memang ingin mendaki bersama, menikmati keindahan alam dengan Mirza berada di sisi dan menggenggam tangannya. Pasti akan terasa indah, bangun pagi menghirup udara segar, berjalan-jalan, membuat api unggun, dan bernyayi bersama. Sempurna sudah kebahagiaan yang dia rasakan jika itu benar terwujud.

But..

Hari, menit, hingga detik ini nyatanya peluang agar cita-cita itu terwujud sungguh jauh di depan mata. Mirza bukan lagi seseorang yang berhak melakukan semua itu bersama. Haknya sudah hilang, angan-angan hanya menjadi saksi bisu semua ini berlalu. Jadi tidak ada harapan untuk apa yang selama ini diharapkan.

DzzZZZZZZ

Satu pesan dari Aneska sontak menghentikan lamunan Milonna di balkon kamarnya.

Aneskaa

Sabtu ikut yuk? Gue di ajak berkemah oleh Denion, tapi bingung gak ada teman, pleaseeeeeeee lo mau, kan?

Milonna terkejut bukan main, dia sudah tahu jika Aneska dekat dengan salah satu sahabat Mirza itu. Hanya saja dia baru tahu ternyata Denion mengajak Aneska untuk ikut. Oh God, gue semakin ngidam ikut!!!! Pekiknya frustasi.

Lo yakin mau ikut?

Sebenarnya sedikit ragu sih, tapi jika lo ikut gue pasti semangat, really!

Nanti gue ngapain disana?

Molor!
Ya gabung lah, bukannya lo pernah bilang kenal dengan Jonathan? Dia ikut juga kok. Pleaseeee

Satu yang harus kalian tahu, Aneska itu belum tahu sama sekali mengenai hubungan Milonna dan Mirza. Aneska tahu jika Mirza adalah teman Denion, tapi dia tidak tahu jika Mirza adalah mantan Milonna.

Ya.. tapi Nes, gimana ya..

Aelah sekali saja jangan ada kata tapi -_- ayolah Mill?

Oke. Gue ikut tapi lo jangan sibuk sendiri ya nanti!

Yeaaaayyy!! Siap!! Gitu baru Milonna yang gue suka!
Yaudah bye, mau prepare, xixi.

Masih lama Oyy!!

Ya gakpapa jadi nanti tinggal otw XD

Serah lo!

Sebenarnya Milonna masih sedikit ragu, tapi sudalah setidaknya waktu liburan Milonna tidak membosankan, dan satu lagi ini satu-satunya cara agar dia dan Mirza bisa dekat lagi. What? Apa sih yang gue pikirkan, ngapain berharap pada orang yang udah ninggalin lo! Gumam Milonna kesal, dia mengusap-usap wajahnya gusar.

Memang benar, mau sekeras apapun lo coba untuk benci. Tapi hati gak pernah bisa di bohongi.













Ketemu minggu lagi yeay!!

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK NTAR GUE MUSEUMKAN! XD

Continue Reading

You'll Also Like

16.8M 731K 42
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
6.2M 321K 59
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
793K 7.6K 9
(Sedang dalam proses revisi, di publikasikan berkala) Dokter Rony Mahendra Nainggolan tidak pernah tahu jalan hidupnya. Bisa saja hari ini ia punya k...
1.3M 127K 49
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...