SkyArt

By raini224

3.4K 360 52

Skyrain Alsava. Orang-orang memberinya predikat sebagai dokter sekolah. Terlebih lagi semua orang juga tau ji... More

♤SkyArt♤
♧《Prolog》♧
《Bab 1》♤《Skyrain Alsava》
《Bab 2》♧《Jangan Lupa Bahagia》
《Bab3》♤《Mengalah》
《Bab 4》♧《Apa lagi sekarang?》
《BAB 5》♤《Pesawat Kertas》
《BAB 6》♧《Cerita Lama》
《BAB 7》♤《Hukuman》
《BAB 8》♧《Es Krim》
《BAB 9》♤《Atap》
《BAB 10》♧《Kebetulan》
《BAB 11》♤《Isi Hati》
《BAB 13》♤《Kerja Kelompok》
《BAB 14》♧《Foto》
《BAB 15》♤《I Will Miss You》
☆《ARKA》☆
《BAB 16》♧《Rumah Iris》
《Bab 17》♤《Pelindung Bayangan》
《Bab 18》♧《Belum Saatnya》
《Bab 19》♤《Flashback》

《BAB 12》♧《Upacara》

139 11 0
By raini224

"Mampus! topi gue ketinggalan."

Sky kalang kabut mengacak acak isi tasnya. "Alamat kena strap ini mah, mana kayaknya panas banget lagi nanti."

"Coba gue liat di laci guru." Iris menghampiri meja guru, tidak berhenti disana ia juga mencari di lemari kelas.

"Tadi pagi gue kan bawa turun, gue sarapan, terus" sky memasang wajah pias, "Gue lupa ambil. Gue taro di samping gue padahal pas sarapan."

"Kenapa lo baru inget sekarang." Dytha memasang wajah jengkel.

"Gak ada." Teriak Iris sambil menghampiri keduanya. "Udah di ambil anak cowok kayaknya."

Sky cemberut. Namun itu tidak seberapa saat Seorang guru laki-laki masuk ke ruang kelasnya lengkap dengan penggaris kayu untuk menakuti muridnya. Bukan menggeprak meja menggunakan penggaris kayu pak Sholeh malah meniupkan pluit dengan begitu nyaring hingga siapa saja yang mendengarnya akan menutup telinga. Hitungan mundur juga di lakukan. Dan murid-murid semua terbirit-birit keluar kelas menuju lapangan.

Sky murung, seandainya dia tau lebih awal pasti ia bisa meminjam ke kelas lain. ketiganya akan mencari barisan kelas saat tiba-tiba seseorang menahan lengan Sky. Sky langsung menoleh kepada seorang gadis yang menyerahkan sebuah topi kepadanya.

"Ini topi kakak, jatuh tadi pas di tangga,"

"Ha? Topi?"

"Iya, duluan ya kak!" Gadis itu pergi tanpa berkata apapun lagi. Bisakah dibilang jika ini hari keberuntungannya? Sky mengembangkan senyumnya. Hal yang sangat sederhana memang namun menyelamatkan dirinya.

"Heh! malah bengong! masih pagi! Ayok lu barisnya urutan ke 6 aja biar gak kelia-" Iris menghentikan ucapannya sejenak, "Loh ini topi dari mana?"

"Ini topi keberuntungan gue," Sky mencium topinya sayang. Sky menoleh menatap Iris, "Udah yuk! Kita baris, di belakang aja. Pengap di depan."

Iris mendelik sebentar lalu menarik napas sabar. "Niat gue di depan biar gak ketahuan, cunguk! Sekarang lo mau di bawah pohon juga gak masalah," Iris menunjuk pohon di pinggir belakang lapangan . "Asal jadi anak sultan dulu."

Sky tidak mendengarkan, ia berjalan menuju barisan meninggalkan Iris dibelakang. Perlahan sesuai intruksi suara hiuk pikuk mereda disusul Upacara pun dimulai.

🔱🔱🔱

Setelah berpanas-panasan upacara akhirnya selesai. Beberapa murid langsung kembali ke kelas namun beberapa anak lainnya menuju kantin. Apalagi jika bukan untuk beli minuman setelah upacara yang cukup panjang. Diantara semua itu ada juga yang masih berdiri dengan sikap hormat ke arah tiang bendera. Mereka adalah murid yang terlambat, kekurangan atribut atau bolos upacara.

"Kamu. Siapa nama kamu?"

"Art."

Guru kedisiplinan itu mengerutkan alis, baru tau jika ada yang namanya Art di sekolah ini. Pak Jo kembali bertanya untuk memastikan jika pendengarannya tidak bermasalah, "Apa?"

"Art, Pak."

Pak Jo mengangguk anggukan kepala, kembali bertanya. "Kelas berapa? 10? 11?"

"Sebelas pak."

"Sebelas apa?"

"11 IPA 1."

"Kalau kamu kenapa?"

"Topi saya hilang pak."

"Makanya kalau punya barang itu dijaga. Hal kecil seperti itu aja kamu bisa hilang. Gimana pacaran, di rebut orang pacar kamu, baru tau rasa," kata Pak Jo sambil berjalan menuju yang lain. Dytha dengan sigap mencatat nama nama murid yang melanggar peraturan.

"Cieeilah, bapak curhat. Saya ngerti kok pak, gimana rasanya di tikung. Apalagi kalo yang nikung teman sendiri," ucap Aldy lantang di ikuti sorak sorai dan tawa disekitarnya.

Dytha berhenti menulis data siswa yang melanggar peraturan. Beralih menatap Aldy tajam. Sesaat kemudian melirik Geby yang juga berada di dalam barisan ia membuang muka. Sialan! cecunguk itu cari mati.

"Ekhm. Berhenti tertawa! Bapak capek! Kalian itu sudah kelas sebelas-"

"Kita juga tau kali pak kita udah kelas 11. Kalo bapak capek itu istirahat, gitu aja kok masih perlu dikasih tau," balas Rigel santai

"Iya! Tapi kalian gak sadar diri-"

"Kita semua tau diri kok pak," bela Aldy.

"Oh ya?! Apa coba contohnya?!" tantang Pak Jo.

"Ini kita lagi berdiri. Bapak gimana sih," cibir Rigel menyulut emosi Pak Jo.

"Kalian berdua Diam dan dengarkan! Sekali lagi-"

"Sekali lagi dapet piring ya pak?"

"Aldy ..." geram Pak Jo sambil menatapnya tajam.

"Eh? iya deh pak, peace, kita kan cinta damai," tukas Aldy.

"Dengar."

"Dari tadi kita udah dengerin bapak. Jadi kapan kelarnya?" ucap Rigel.

Pak Jo mengerang kecil lalu menghembuskan napas perlahan. "Kalau begitu semua bubar kembali ke kelas masing-masing KECUALI Rigel dan Aldy. Kalian berdua hormat sampai tengah hari."

Dytha mengulum senyum menahan tawa.

"Pak! ini tuh gak adil!" Erang Rigel. Membanting topinya.

"Oh, kalau gitu jam satu siang nanti kalian lanjut bersihkan semua toilet cowok." Perintahnya tegas tak terbantahkan.

Sepeninggal pak Jo dytha tertawa lepas. Sedangkan kedua cowok itu mengerang frustasi dan mengumpat kasar.

"Hahaha ... makanya kalo orang ngomong tuh dengarkan."

"Kita dengerin kok. Buktinya kita ngejawab saat pak Jo ngomong artinya kita dengerin yang mau dia sampaikan kan?" Elak Aldy tak terima.

"Yah ... terserahlah. Suka hati kalian aja," Dytha mengibaskan tangannya, "Selamat menikmati hukumannya."

🔱🔱🔱

"Sky! Gawat! Gawat! GAWAT!!!" Dytha memasuki kelas sambil berteriak histeris. Sky mengerutkan alis. Di samping Sky Iris melirik acuh. Kemudian kembali mengerjakan soal matematika. Dytha menghampiri Sky lalu membisikan sesuatu yang membuat Sky membelalak.

"Serius?!" tanya Sky panik. Mendengar nada panik itu Iris menoleh bingung ke arah keduanya.

"Ada apaan sih?" tanya Iris penasaran.

Dytha mengitari meja lalu menghampiri Iris dan membisikkan hal yang sama kepadanya. Ia membelalak, "Lo tau dari mana?"

"Gue liat sendiri."

"Gimana dong ini," tanya Sky gelisah lalu menggigit bibir dalam.

"Lo tau rekannya siapa aja?" tanya Iris serius kepada Dytha.

"Belom. Nanti gue cari tau."

"Harus. Harus tau pokoknya," tegas Iris kemudian terlihat memikirkan sesuatu.

"Tapi, tadi Fikri nolak gitu. Gak tau juga sih bener apa enggak. Nanti gue coba tanyain."

"Gue aja yang tanya," sela Iris langsung.

"Lo yang tanya? Yang ada perang dunia, sih, iya."

Iris tersenyum misterius, "Santai. Gue udah punya cara biar dia beneran gak ikut."

"Tapi, gimana kalo gue gak menang."

Iris dan Dytha kompak menatap Sky tajam.

"Bisa gak jangan pesimis gitu. Kita mau berjuang nih demi lo malah di gituin," sarkas Iris. Dytha mengangguk setuju.

"Jelas-jelas lo juga jago matematika. Tapi yang selalu di pilih setiap lomba pasti IPA 1. Ini tuh gak adil!" gerutu Dytha.

"Oke. Gue punya ide. Lo yang berhadapan dengan guru. Nanti gue berhadapan dengan Fikri dan rekannya itu. Dan lo ..." Iris memutar tubuh menghadap Sky, "Belajar yang bener, jangan bikin perjuangan kita jadi sia-sia."

"Yap! Setuju! Buktiin kalo anak IPA 3 juga bisa berprestasi, walaupun kebanyakan gak benernya."

Sky menatap keduanya haru lalu tersenyum geli, "Siap bos! Laksanakan!" Sky mengangkat tangannya seperti sedang hormat.

🔱🔱🔱

Sudah hampir dua jam setelah bell pulang sekolah. Iris menunggu di perpustakaan dengan tidak sabar. Tepat pukul 5 sore ruangan ini harus ditutup namun orang yang di tunggunya belum juga menampakan batang hidungnya.

"Apa dia gak datang?" Berulang kali Iris menelpon orang itu namun tak kunjung datang. Dengan kesal Iris keluar dari perpustakaan. Melewati lprong sekolah yang sudah sepi. Iris menghentikan langkahnya saat merasakanSebuah getaran di sakunya menandakan ada pesan masuk.

KetosGila. Sori gue lupa ngabarin lo, gue ada urusan mendadak. Ini juga baru liat handphone.

Iris menarik napas lalu membuangnya dengan kasar. Mulutnya terlalu gatal untuk tidak berhenti mengucapkan kalimat caci maki. Jarinya sigap menekan tombol telpon namun tetap tidak ada jawaban darinya.

"Sial!" umpat Iris. Menarik napas dalam lalu bergumam, "Sabar ... sabar ... tahan." Iris menarik napas lalu membuangnya dengan perlahan, terus berulang.

Namun sedetik kemudian memekik kencang. Tidak lama setelah ia menghentikan geramannya handphonenya kembali bergetar.

Aliyen,Dytha is calling ...

Iris menekan tombol hijau lalu menempelkan handphone tersebut ke dekat telinga.

"Hallo?"

"Lo dimana?"

Iris menyerengit menarik handphonenya dan melirik nama yang tertera di layar. Dari suara Iris tau jelas itu suara Sky.

"Loh Sky? Kok lo yang telepon?"

"Lo lupa hp gw di sita?"

"Oh iya ya," Iris memikirkan sesuatu. "Tapi kan bisa pakai handphone nyokap lo atau telepon rumah." seseorang disebrang sana mendengus.

"Lo mikir apa deh? Cepet ke rumah Dytha juga lagi nginep nih."

"Owh gitu. Oke OTW. Ngomong-Ngomong bokap lo-"

"Lagi gak ada. GC kalo gak mau kehabisan coklat."

"Ada coklat?! Seriusan?"

"Hmm ... iya cepet kesini makanya."

"Siap boss ku. Memang lo doang deh yang paling sehati sama gw. Tau aja gue lagi gak mood."

"..."

"Oke, oke. Dah." Iris memasukan handphone ke dalam saku rok kemudian melangkah menuju parkiran dengan wajah ceria. Benar hanya butuh coklat untuk mengembalikan mood-nya yang hancur.

__________________________

TO BE CONTINUED

Jangan lupa vote, komen plus sharenya ya!

Terakhir jangan lupa
folow
Instagram

Raini224

______________________________
S E E 🔱🔱🔱 Y O U

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 104K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
229K 30.5K 62
Lift yang Caine naiki tiba tiba jatuh, dan ia masuk ke portal dunia lain. Apa yang harus Caine lakukan.... CERITA INI 100 % HANYA KHAYALAN. JANGAN C...
2.3M 124K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...
531K 26.1K 36
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...