My Stubborn Bride

By Mamak_Si_Agus

104K 10.3K 2.2K

Namjin (Jin GS) Yoonmin (Jimin GS) Taekook (Jungkook GS) Cast BTS Seokjin menjadi keras kepala akibat perj... More

M (Bagian 1)
Y (Bagian 2)
S (Bagian 3)
T (Bagian 4)
U (Bagian 5)
B (Bagian 6)
B (Bagian 7)
O (Bagian 8)
R (Bagian 9)
N (Bagian 10)
B (Bagian 11)
R (Bagian 12)
I (Bagian 13)
D (Bagian 14)
E (Bagian 15)
❤ (Bagian 16)
❤ (Bagian 17)
❤ (Bagian 18)
❤ (Bagian 19)
❤ (Bagian 20)
❤ (Bagian 22)
❤ (Bagian 23)
❤ (Bagian 24)
❤ (Bagian 25) Rahasia yang terungkap
❤ (Bagian 26) The Wedding
❤ (Bagian 27) Namjin
❤ (Bagian 28) Yoonmin
❤ (Bagian 29) Taekook

❤ (Bagian 21)

2.9K 318 146
By Mamak_Si_Agus

Suho berlari kencang mengitari lorong rumah sakit saat mendengar kabar adiknya Baekhyun menghilang. Sesampai di rumah sakit ia meluapkan segala emosinya hingga membuat keributan. Kekesalan semakin bertambah saat pihak rumah sakit tidak bisa memberikan hasil CCTV didetik-detik adiknya diculik. CCTV diretas, pihak rumah sakit tidak bisa menjelaskan kronologi kejadiannya. Suho bahkan memecat 4 orang bodyguard-nya karena dianggap tidak becus dalam bekerja.

Amukkan seorang Suho sangat membabi buta. Rasa pilu serta ketakutan yang kini menggerogoti pikiran serta hati membuat dia bertindak diluar nalar. Membanting meja dan menghancurkan beberapa alat rumah sakit. Tindakkan anarkis yang ia lakukan hanya membuat suasana semakin memburuk. Polisi sudah dikerahkan. Namun tidak ada jejak dan bukti dalam kasus penculikkan ini. Sungguh bersih tanpa jejak. Tampak frustasi seperti orang tidak waras beberapa petugas keamanan membawa Suho pada satu ruangan di rumah sakit.

Suho terlalu lelah hingga berdiam diri tidak berdaya. Suara ponsel terdengar, Suho panik tatkala mendapati nama Suga muncul di layar ponselnya.

"BAJINGAN KAU! DIMANA ADIKKU?" bentak Suho saat saluran telepon tersambung.

"Aku akan mengirimkan alamat dimana adikmu berada. Jika kau tidak datang sebelum matahari tenggelam. Aku akan mempaketkan tubuh kaku adikmu."

"SIALAN KAUUU..SIALAN!"

"Terserah kau saja. Oh.. satu lagi. Jangan bawa siapapun bersama mu. Atau adikmu benar-benar akan mati. Maaf! Aku mengancam!" Saluran telepon terputus dan membuat amarah Suho kembali memuncak. Mengeram dan membanting meja di depannya. Tak lama Suho mendapatkan pesan singkat sebuah alamat. Suho langsung bergerak menuju alamat tersebut.




.

.

.

My Stubborn Bride

.

.

.






Seokjin tersenyum segan saat Kakek Namjoon mengelus surai hitamnya lembut. Namun sang Nenek agaknya sedikit menatap Seokjin sinis. Tatapan tajam yang menyorot Seokjin dari ujung rambut hingga ujung kaki membuat Seokjin semangkin tidak enak hati. Berfikir apakah orang tua satu ini tidak menyukainya. Sementara ayah Namjoon tampak cuek dan tidak bersikap ramah.

Soal ayah Namjoon, Seokjin paham mungkin itu memang sudah menjadi sifatnya, masa bodo dan cuek, meskipun begitu Seokjin agak legah karena beliau sudah mengatakan Seokjin cantik dan cukup pantas disandingkan dengan Namjoon. Namun neneknya? Sepertinya ini tidak akan berjalan mulus.

"Eomma.. bisakah kau berhenti menatapnya seperti itu. Kau membuatnya takut." Nyonya Kim berkata, merangkul tubuh Seokjin demi menghilangkan rasa gugup.

"Kenapa? Memangnya aku tidak diperbolehkan menilai. Dia calon cucu ku. Aku punya hak!" Nenek Namjoon berucap ketus.

"Bilang saja Eomma tidak menyukainya, karena dia cantik kan. Mengaku saja lah!"

"Hum! Menyebalkan kau.." wanita tua itu membuang muka dan berjalan angkuh.

"Dasar nenek-nenek.. maafkan wanita tua itu ya Seokjin. Dia memang seperti itu. Tapi hatinya baik kok. Dia hanya tak suka melihat wanita cantik."

"Ha?" Seokjin tampak bingung "Kenapa terbalik Eomma. Eomma suka wanita cantik dan nenek sebaliknya."

"Dia hanya iri saja karena sudah tua. Hahaha..."

"Hei..aku mendengar mu." Pekik sang nenek.

Tiba-tiba Namjoon datang dan memeluk sang nenek erat dari belakang. Sangat erat sampai sang nenek tampak sulit bernafas.

"Grandma....I miss youuuuu...." Namjoon berucap sambil terus memeluk neneknya, menggoyang-goyangkan tubuh sang nenek.

"YAK NAMJOON! AKU TIDAK BISA BERNAFAS. LEPAS! DASAR MANJA!" PLAK satu jitakkan dikepala mendarat di atas kepala Namjoon.

"Yak..sakit Grandma!" Namjoon melepaskan pelukkannya dan mengusap-usap kepala bekas jitakkan itu.

Seokjin tertawa geli sedangkan nyonya Kim hanya menggeleng. Keluarga besar telah berkumpul. Makan malam kali ini bukan hanya diisi oleh 4 orang saja. Melainkan 6 orang, karena Taehyung sedang bersama Yoongi.

Seokjin masih diam, tidak banyak bicara. Sesekali matanya melirik ke arah Namjoon seolah membutuhkan perindungan diri. Namun sialnya Namjoon hanya asik melahap makanannya.

"Siapa orang tuamu?" Nenek Namjoon bertanya. Namjoon menghentikan aksi makannya.

Dengan penuh rasa keberanian Seokjin menjawab "Aku tidak tahu dimana orang tua ku. Mereka meninggalkan aku dan adikku sesaat setelah mereka bercerai."

Nenek Namjoon terdiam. Kembali ia melanjutkan makanannya.

"Kau punya adik Seokjin?" kini sang kakek bertanya.

"Ne Abeoji..aku punya satu. Namanya Taehyung." Jawab Seokjin disertai senyum yang manis.

"Jangan tersenyum begitu. Aku dan ayah Namjoon bisa terkena diabetes. Haha." Kakek Namjoon berucap sedikit menggoda.

"Jangan suka menggombal. Ingat rambutmu sudah putih semua." Nenek Namjoon menyahut.

"Haha..haha..kau selalu saja cemburu."

"Kau suka tinggal disini Seokjin?" kini tuan Kim, ayah Namjoon bertanya.

"Aku suka tuan. Aku suka di sini."

"Baguslah..Namjoon sudah menceritakan semuanya tentang mu. Bahkan soal bagaimana Namjoon bisa menemukan mu dan malah jatuh cinta padamu. Ku harap setelah menikah nanti kau bisa merawatnya lebih baik. Karena jujur saja, sebagai orang tua. Kami merasa kurang becus mengurusnya."

"Akh..tidak..tidak tuan.. Namjoon orang yang baik. Justru kalian orang tua yang baik. Tidak tidak seperti orang tua ku."

Tuan Kim merasa tidak enak hati, tersenyum singgung ia berkata "Maaf Seokjin. Kalau begitu kau boleh panggil aku Appa. Tidak apa, kau punya orang tua sekarang."

Seokjin terdiam sesaat mendengar ucapan Tuan Kim. Menunduk menatap makannya. Setetes air mata jatuh mengenai piring yang isinya sudah habis setengah. Selalu seperti ini, Seokjin selalu ingin menangis saat membahas soal orang tua. Hatinya rapuh jika membahas orang tua. Bergetar bibir dan perlahan tangannya bergerak menghapus air mata. Ingin menatap melihat keluarga Namjoon. Tapi Seokjin tak mampu. Bagaimana lagi dia harus berterima kasih kepada keluarga ini.

Seokjin belajar, berfikir. Ternyata masih banyak orang baik di dunia ini. dan terkejut ternyata orang itu adalah orang yang bahkan sangat ingin ia hindari. Yaitu orang-orang kaya dan terpandang. Merasa bersalah telah berfikir orang-orang mereka adalah orang yang egois, Seokjin sadar bahwa itu merupakan pikiran yang kotor.

Manusia, seharusnya saling menghargai. Saling mengakui apapun posisi mu. Kita tidak punya hak untuk menghardik dan menghakimi seseorang. Seokjin masih terdiam dalam tangisnya. Hingga kepala terangkat saat Nenek Namjoon buka suara.

"Jangan menagis. Hapus air mata mu. Ku pikir kau orang yang kuat saat berkata kau tidak punya orang tua tadi. Jangan menangis. Aku tidak suka cucu ku lemah. Kau paham."

"Ne..Ne Halmeoni.." jawab Seokjin gugup dan menghapus air matanya. Sementara Namjoon dan yang lain hanya tersenyum kecil. Begitulah keluarga ini, sulit mengungkapkan rasa sayang dan kepedulian. Sekalinya ingin, malah kata-kata tegas yang muncul dari bibir mereka yang sangat tidak sinkron dengan isi hati.

"Panggil aku Grandma saja. Halmeoni itu terlalu kampungan."

"Ne..ne Grandma." Seokjin tersenyum. Namjoon tertawa kecil. Sungguh ini adalah momen yang paling Namjoon nantikan. Berkumpul bersama keluarga, apa lagi dengan kehadiran Seokjin yang menjadi pelengkap dalam keluarga ini.






.

.







Taehyung dengan berani mengecup bibir Jungkook dikeramaian. Mata besar Jungkook semangkin membesar akibat kaget dengan pergerakkan tiba-tiba Taehyung. Bertengkar kecil akibat Taehyung selalu sibuk dengan misi bersama Yoongi membuat Jungkook kesal dan tak mengangkat telpon dari kekasihnya. Hingga Taehyung khawatir dan memilih untuk menemui Jungkook di kampus.

Jadilah saat ini mereka duduk berhadapan di meja kantin. Jungkook baru saja menyelesaikan kuliahnya hari ini setelah mendapati Taehyung dengan santai terduduk selama hampir 1 jam di depan kelas menunggu Jungkook selesai kuliah.

Semenjak banyak bergaul dengan Yoongi, Taehyung menjadi anak yang lebih berani dan tidak memikirkan resiko dari apa yang akan dilakukannya. Prinsipnya berubah dari terlalu banyak berfikir hingga kerjakan saja, urusan apapun yang terjadi itu tinggal hadapi dan selesaikan nanti.

"Apa aku dimaafkan?" Taehyung berucap. Senyum khas andalannya kini menjadi pusat perhatian.

Jungkook masih terdiam membiarkan rona merah diwajahnya, ingin marah tapi kantin sedang ramai. Sialan, Jungkook ingin mengumpat. Kekasihnya ini sungguh jago meluluhkan hatinya. Ingin rasanya Jungkook melemparkan sebotol saus di wajah tampan itu.

"Hmm.. hm.. ayolah maafkan aku. Ku mohon." Kini Taehyung masang tampang memohon. Jungkook mendengus dan berdecak kesal.

"Setelah ini tidak ada misi lagi." Ucap Jungkook ketus.

"Ya...baru saja kemarin kita kencan."

"Iya.. tapi karena misi itu kau susah sekali dihubungi. Menjawab pesan saja lama." Jungkook kembali merajuk.

"Ya sudah kalau masih merajuk aku pulang saja!" Taehyung mengancam dan bergerak ingin pergi. Secepat kilat Jungkook menahan.

"NE..NE..aku maafkan!" jawabnya ketus. Jungkook kalah, gadis ini terlalu lemah dengan segala ancaman Taehyung.

"By the way. Kau semakin cantik kalau marah." Goda Taehyung mencubit pipi gembil Jungkook, kemudian mengusap poninya.

"YAK KIM TAEHYUNG!"

"Hahaha.. I Love You Bunny. Muach!" Taehyung kembali menggoda dan berhasil membuat wajah Jungkook merah padam. Belum lagi beberapa mahasiswa berhasil bersiul karena menyaksikan perbuatan Taehyung.

"Menyebalkan."

"Alah..tapi suka kan? Aku janji setelah misi ini selesai kita liburan."

"Benarkah? Kita akan kemana?" Jungkook tampak antusias.

"Kemping? Bagaimana? Kau mau?"

"Berdua saja?"

"Memangnya kenapa?" Taehyung tersenyum menggoda sambil menaik turunkan alisnya.

"Bodo..kau langkahi mayat Jung Hoseok kalau begitu." Jungkook memutar bola matanya malas dan beranjak dari kursinya meninggalkan Taehyung. Sungguh jengah dengan sikap aneh kekasihnya itu.

"Yak Bunny.. tunggu!" Teriak Taehyung mengejar Jungkook. " Akh! Selalu saja salah." Gumamnya.




.

.

.





Air mata Jimin tidak berhenti saat menyaksikan wajah Yoongi yang penuh luka lebam. Sensitif dan cengeng. Semenjak mengandung suasana hati Jimin kerap berubah drastis. Menanggung kesalahan yang telah mereka lakukan, ditambah harus menahan sakit saat usia kandungan masih muda.

Malam ini diam-diam Jimin keluar dari rumah dengan alasan ingin membeli sesuatu. Semenjak kejadian Yoongi nekat mendatangi rumah Yoongi. Tuan Park melarang Jimin bertemu dengan Yoongi sebelum Yoongi datang bersama kedua orang tuanya untuk meminta Jimin. Namun Jimin tak mampu.

Dia mengandung anak Yoongi, betapa menderitanya Jimin jika tidak bertemu dengan Yoongi saban sehari saja. Terkadang Nyonya Park tidak tega dan membiarkan Yoongi ke rumah saat Tuan Park sedang tidak di rumah. Tentu saja mereka harus berbohong. Ibu mana yang tega melihat anaknya yang sedang hamil muda menderita karena dipisahkan dari ayah si jabang bayi.

Tuan Park terpaksa, hukuman tetap berlaku untuk seseorang yang sudah berbuat kesalahan. Kau berani berbuat, kau juga harus siap menanggung resikonya. Cinta macam apa yang merusak, cinta macam apa membuat orang buta. Obsesi, atau hanya nafsu belaka. Anak muda sekarang pikirannya sulit sekali di pahami. Banyak maunya dan suka berbuat sesuka hati tanpa memikirkan orang lain.

Jimin terus menangis sesegukkan, memeluk erat dan menghirup aroma tubuh Yoongi dengan rakus. Sudah 3 hari tidak bertemu jika saja Yoongi tidak menghubungi Jimin setiap hari. Mungkin Jimin bisa saja berbuat nekat.

"Ku mohon. Jangan tinggalkan aku. Aku rindu padamu. Sangat!" Jimin terus membenamkan kepalanya pada ceruk leher Yoongi. Udara malam yang dingin menyelimuti. Yoongi bahkan melepaskan coatnya kemudian ia pakaikan pada tubuh Jimin.

"Hussh...aku tidak akan meninggalkan mu. Ayah dan ibuku akan menemui keluarga mu minggu depan. Aku janji." Yoongi berucap. Terus mengecup rambut Jimin. Terduduk sambil memeluk kekasihnya di kursi taman. Jimin melepaskan pelukkannya menyentuh sisi wajah Yoongi. Berdesis Yoongi saat tak sengaja tangan mungil itu menyentuh luka lebam.

"Kau dipukuli ayah mu?" Tanya Jimin, air mata masih terus mengalir. Tak tega melihat Yoongi terluka. Yoongi menggenggam tangan Jimin pada yang masih setia meraba seluruh sisi wajahnya. Yoongi tersenyum kecil.

"Aku tidak apa-apa. Yang penting ayah dan ibu ku sudah setuju aku menikahi mu."

Dengan tampang penuh kekhawatiran Jimin memandang wajah Yoongi sendu. "Kau sampai dipukuli begini. Apa Inspektur sekejam itu? Ayah ku tidak berbohong soal hubungan buruk mu dengan Inspektur."

"Tidak apa. Ini sudah biasa Jim. Tak usah khawatir. Kau jangan bersedih. Cukup jaga kesehatan agar bayi kita tetap sehat. Saat kita menikah. Aku janji tidak akan menyakiti mu lagi."

"Kau tidak pernah menyakiti ku Yoongi."

Yoongi tertawa kecil sesaat mengingat awal mereka bertemu. Dia bahkan pernah menjambak rambut Jimin saat mendapati gadis itu sedang menguntit. "Aku pernah menjambak rambutmu, aku pernah mencium mu kasar di tempat umum." Ucap Yoongi penuh kegetiran. "Maaf!"

"Dan setelah itu aku menamparmu. Ku rasa itu sudah cukup dan aku sudah memaafkan mu saat itu juga." Kini Jimin tertawa.

"Setelah misi ini selesai. Aku berjanji padamu. Kita menikah, dan aku menjadi orang baik."

"Kau bukan orang jahat. Kau hanya butuh perhatian lebih."

"Kau benar, dan kau sudah memberikannya untukku, jadi ku pikir, itu sudah cukup. Cukup hanya kau saja Jimin. Kau sudah segalanya untukku."

Jimin mengeleng kecil "Tidak, aku ingin bertemu dengan kedua orang tuamu. Aku ingin mengenal mereka. Pernikahaan itu menyatukan dua keluarga Yoon. Aku harus diterima di keluargamu dan kau diterima oleh keluarga ku. Kau paham maksudku kan?"

Yoongi mengangguk kecil, menundukkan kepala. Keluarga..sudah lama Yoongi tidak membahas soal keluarga. "Aku ikut apapun yang kau inginkan."

"Kalau begitu..bisa kau cium aku?" pinta Jimin. Sungguh, demi apapun Jimin sangat mencintai pria pucat ini, pria malang ini, pria kasar yang sudah membuatnya tenggelam hingga rela menyerahkan seluruh jiwa dan raga.

Yoongi mendekat perlahan, menarik tengguk Jimin dan menciumnya lembut. Tapi tidak dengan Jimin. Entah hormon berlebih atau apa, Jimin malah mencium Yoongi dalam, ia bahkan berani menyesapkan lidahnya sesaat Yoongi membuka mulut demi menghirup udara. Yoongi terkejut, sejak kapan Jimin seposesif ini, sejak kapan Jimin seberani ini. Menangis Jimin dalam ciuman itu. Yoongi memelukknya erat. Bibir terus saling mengulum, Jimin menutup mata dan melingkarkan lengannya pada leher Yoongi. Masa bodoh ditengah taman dan orang yang berlalu lalang. Sungguh Jimin menginginkan Yoongi terus berada disampingnya.

Tak seharusnya Jimin begini, posesif, sensitif, cengeng. Dia hanya ingin Yoongi. Kenapa Bayi ini manja sekali pada ayahnya, terkadang Jimin kesal menahan semua ini. Namun apa yang bisa Jimin lakukan saat semua terjadi secara natural tanpa disengaja.

Apakah ini balasan dari segala perbuatan nekatnya, apakah ini balasan dari dosa-dosa yang ia dan Yoongi lakukan. Sejahat itukah Tuhan menghukum mereka. Ingin bersama saja rasanya sulit sekali.

Keduanya terus larut dalam ciuman. Pikiran terus berkecamuk. Jimin bahkan tidak tahu apa yang orang tua Yoongi akan katakan terhadap dirinya. Wanita murahan, atau hanya menjebak anaknya saja. Jimin tidak siap. Sungguh ia takut, sebab itulah ia ingin terus berada disamping Yoongi. Merasa aman dan merasa terlindungi.

Fakta yang ia ketahui soal keluarga Yoongi dari sang ayah sungguh membuat Jimin khawatir. Inspektur Min adalah orang yang kejam dan kerap berkata kasar sedangkan istrinya nyonya Min adalah orang yang dingin dan tidak banyak bicara. Seorang pemilik rumah sakit terbesar di Korea. Apa Jimin pantas? Apa mereka bisa menerima Jimin yang kini telah menyimpan benih darah mereka. Sebab tuan Park semakin kacau adalah ia tahu fakta keluarga Min. Ia paham bagaimana keluarga Min Yoongi.

Yoongi melepaskan ciuman itu, tersenyum dan menghapus air mata Jimin. "Jangan khawatir dan berfikir terlalu jauh. Keluarga ku tidak seburuk yang kau pikirkan. Aku paham kau memikirkan keluarga ku kan? Tenang saja. Ibu ku orang yang baik. Adikku juga. Tapi ayah.. jangan pikirkan dia. Kau mengerti? Aku mencintaimu Jim. Ku mohon jangan sedih. Izin kan aku menyelesaikan pekerjaan terakhir ku."

Jimin mengangguk kecil, air mata tak bisa dibendung. "Kau juga harus tetap sehat. Wajahmu jadi jelek begini."

"Haha.. jelek dan kau masih suka." Goda Yoongi.

"Dasar!" Jimin tertawa dan kembali membenamkan diri serta menghirup rakus harum tubuh Yoongi.





.

.

.





Seokjin kini pasrah dalam kukungan Namjoon. Sehabis makan malam ia diam-diam mengajak Seokjin ke dalam ruangan kerjannya. Kesempatan saat ayah, kakek dan neneknya di rumah, ibunya tidak akan bisa bebas. Ia harus duduk bersama berkumpul bersama mereka. Memberi kesempatan Namjoon berdua dengan Seokjin tanpa harus diawasi.

"Joon.. sudahlah..ini geli. Hentikan!" Seokjin sedikit risih dengan perbuatan Namjoon, ia mengukung Seokjin dan menciumi seluruh wajah, leher serta pundak Seokjin yang agak terekspos dengan gaun tidur yang minim dan berbahan sutra tipis.

"Kau menggoda ku Seokjin..." Namjoon mencium dalam bibir Seokjin, Seokjin hanya pasrah dan membalas ciuman itu. Tidak lama hingga Seokjin mendorong tubuh Namjoon menjauh.

"Joon..sabar. kita belum menikah."

Menghela nafas lemas Namjoon menghentikan aksinya dan mendudukkan diri di sofa panjang nan nyaman itu. Wajah kesal terukir, bibir di manyunkan lucu. Mengusak kepalanya yang tidak gatal, berdecak kecil, bergerak ingin bangkit dari sofa namun dengan sigap Seokjin malah menjatuhkan tubuhnya pada Namjoon. Membuat posisi berubah. Kini Seokjin menidurkan diri dengan nyaman di atas tubuh Namjoon. Namjoon tertawa.

"Jelek. Kau jelek kalau merajuk seperti itu." Seokjin berucap. Mengecup bibir Namjoon sekali. Dibantu dua lengan yang bertumpuh pada dada Namjoon demi membawa tubuh serta wajahnya menggapai bibir Namjoon.

"Akh! Ku mohon jangan goda aku Seokjin..."

"Kau lucu Namjoon." Seokjin mengejek. Kesal, Namjoon kembali menarik tengkuk Seokjin dan menciumnya dalam. Tak lama kemudian ia lepaskan.

"Kau penggoda yang ulung Seokjin. Kau benar-benar membuat ku gila."

"Benarkah?"

"Hu'um! Aku akan menghukummu setelah kau sudah sah menjadi istri ku."

"Oww..aku takut sekali." Cibir Seokjin. Namjoon menekan bokong Seokjin kuat.

"YAK KIM NAMJOON!" Protes Seokjin.

"Akh..begitu saja lemah."

"Mesum!"

"Jangan lupakan aku ini pria. Usia ku sudah 25 tahun. Wajarkan, kalau saja aku Yoongi. Kau sudah habis ku terkam."

"Sudahlah hentikan. Aku ingin tidur. Ini sudah malam." Seokjin bergerak ingin pergi tapi Namjoon menahannya. "Tidak boleh pergi. Tidur saja di sini."

"Kau bukan kasur Joon. Badan mu bisa sakit ku timpa begini."

"Tidak apa-apa. Aku ingin kau mendengar detak jantungku saat sedang bersamamu."

Seokjin hanya tersenyum, menuruti Namjoon dan menyandarkan kepalanya pada dada Namjoon. Tertawa kecil saat ia dapat mendengar degup jantung yang terdengar tidak beraturan itu. Namjoon mengelus rambut Seokjin, membuat Seokjin menutup matanya dan tertidur. Namjoon pun menutup matanya.

Jika ini adalah hadiah dari Tuhan atas apa yang telah ia ambil dulu, bisakah Namjoon berharap ini tidak akan diambil lagi. Sungguh, Seokjin adalah hadiah terindah dari semua yang pernah Namjoon dapat. Rasa sakit itu musnah saat Seokjin perlahan menerima cintanya, kehadiran Seokjin membuat hidupnya berubah. Hati menghangat seiring musnahnya masa lalu yang dingin dan kelam itu.

Bukan awal yang mudah untuk keduanya, bukan kisah yang manis diawal pertemuan mereka. Tapi waktu seolah menjawab, waktu seolah berpihak, takdir seolah terlukis. Memang sudah selayaknya dua makhluk yang menderita ini disatukan demi menambah satu kisah kebahagiaan dari seluruh kisah umat manusia di bumi.

Kini keduanya saling terlelap. Memejamkan mata tanpa beban pikiran. Saling merasakan detak jantung saling bernafas dalam ruang yang sama. Hanya menunggu. Menunggu sedikit lagi waktu hingga raga dan jiwa mereka menyatu, menyalurkan segala hasrat dan nafsu yang membelenggu. Semoga saja saat itu tiba, tidak akan ada lagi hal yang harus di khawatirkan.




.

.

.





Suho terus berlari di apartemen itu. Dia paham, ini adalah alamat apartemen milik Yoongi. Dan gedung ini milik Kim Royalty. Suho dengan amarah yang membuncah, namun tak bisa menepis rasa takut.

Tentu saja dia tahu siapa Min Yoongi, tentu saja dia paham bagaimana psikopat itu suka menghabisi musuh dan rekan bisnis Namjoon. Menelan ludah kasar saat ia berada di pintu apartemen itu. Tersentak saat pintu terbuka, hati-hati ia melangkahkan kakinya memasuki apartemen dengan suasana yang mencekam. Aura kegelapan sungguh terasa saat pertama kali kau menginjakkan kaki mu dalam apartemen itu.

Gugup dan jantung berdebar, Suho benar-benar menuruti Yoongi datang sendiri tanpa membawa siapapun demi agar nyawa adiknya tetap selamat. Belum sempat ia berjalan mengitari seisi ruangan seseorang membekapnya dari belakang. Suho pingsan sesaat obat bius pada sarung tangan itu terhisap habis oleh saluran pernafasan. Suho limbung dan tak sadarkan diri.

Tubuh terasa kaku dan udara dingin menusuk permukaan kulit. Taehyung membuka kasar kain yang menutupi sepasang mata Suho. Ujung atas bibirnya terangkat, sinis. Senyuman meremehkan.

Suho merasakan sakit dikedua pergelangan tangannya, diikat kebelakang membiarkan tubuhnya terduduk di kursi besi. Sesaat matanya yang kabur mulai normal, ia dapat menyaksikan tubuh adiknya terbaring tak berdaya di atas tempat tidur di dalam ruangan berlapis kaca tebal. Air mata langsung mengalir, penuh sesak di dada menyaksikan adiknya menjadi korban atas pembalasan dari perbuatan kejinya. Suho bergetar hebat.

"Ku..ku mohon lepaskan adikku. Biarkan dia tetap hidup. Ku mohon.. ku mohon.. ku mohon MIN YOONGI!!!" memohon sekaligus meluapkan emosinya, Suho berteriak penuh amarah, memberontak, bergerak kasar. Tak bisa menyerang karena dirinya terikat. Yoongi menyeringai dengan tawa remeh.

"Bagaimana? Bagaimana rasanya melihat orang yang kau sayangi terbujur tidak berdaya? Kau suka?" Sahut Taehyung. Kemarahan dan dendam. Sorot mata tampak kosong. Tatapan miris melihat seseorang merasakan apa yang kemarin sempat ia rasakan.

Kemudian mata terbelalak kaget sesaat melihat langkah dua orang masuk ke dalam ruang eksekusi itu.

"Kau tahu.. penderitaan bukan pada yang mati, tapi pada yang ditinggalkan, Kau tahu, luka yang paling perih adalah luka yang kau torehkan pada orang yang paling kau sayangi. Dan kau tahu.. dendam yang paling kejam adalah dendam seseorang yang kau anggap lemah. Kau tahu..siapa orang paling bodoh di muka bumi ini??...kau! karena kau telah membunuh orang yang paling di sayangi oleh orang lemah itu. Dan kau harus menjadi korban dendamnya dan menjadi korban perluapan emosinya." Seokjin membungkuk mengucapkan kalimat itu. Satu tangannya menjambak kasar rambut Suho, kemudian beralih mengelus rahangnya lembut. "Kau tampan juga." Ia tersenyum manis. Cantik, itu yang Suho lihat. Tapi sorot matanya penuh oleh kobaran api yang siap membakar siapa saja.

"Seokjin..." Namjoon berucap. Cemburu,  senyum remeh juga terukur disamping lesung pipi manis itu.






















Tbc


7 hari, satu minggu.. Eaakk.. 😅😅😅
Maaf agak lama up date.

Sehat semua kan?

Kalian tahu status apa yang paling mengesalkan?
Jomblo.. Uwakakak..
Padahal single itu juga status ya kan.. Tapi gak seperih orang bilang awak jomblo. Kan jijik gitu.. Haha.. 😆😆😅😅😆 #stress

Oke lah.. Terus tunggu ya..
Semoga kalian tetap suka. Semoga alurnya tetap sesuai dan bisa dipahami.

Thank u... Thank u.. Thank u... Buat yang baca, vote dan komen.. 😘😘😘

Aku Cinta kamu.. Mmuuaaaccch!!! 😚😚

🍁🍁🍁



Selamat malam minggu kawan
🍀🍀

Continue Reading

You'll Also Like

53.1K 11.6K 131
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
78.7K 3.6K 8
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa😸 (GirlxFuta)🔞+++
984K 79.7K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
419K 34K 65
"ketika perjalanan berlayar mencari perhentian yang tepat telah menemukan dermaga tempatnya berlabuh💫"