For Rayden ✔️

By winka24

761K 72.2K 5.1K

[Completed] (FOR RAYDEN & FOR SHANUM ditulis di dalam satu work yang sama. Silakan baca dengan teliti setiap... More

p e r k e n a l a n
FR 1 - Shanum Argema
FR 2 - Rayden Alrescha Ravindra
FR 3 - Sama Atau Tak Sama
FR 4 - Sahabat Baru
FR 5 - About A Concern
FR 6 - Not Really Gone
FR 7 - Pesan Rayden
FR 8 - Karma Does Exist
FR 9 - Syukur & Pertama Kalinya
FR 11 - Who Is The Doer?
FR 12 - Accident
FR 13 - Hospital
FR 14 - Meet Gabriella
FR 15 - The Reason
FR 16 - Explanation
FR 17 - Therapy
FR 18 - Senja With Rayden
FR 19 - Prom Night
FR 20 - See You Again
FOR SHANUM
FS 1 - California
FS 2 - Invitation Letter
FS 3 - Time To Waive You
FS 4 - Niger
FS 5 - Her Little Boy
FS 6 - Listen To Her
FS 7 - Twilight In Maradi
FS 8. The Reason Why
FS 9 - About Fabian
FS 10. Discussion In Kairo
FS 11. Indonesia
FS 12. The Ravindra's
FS 13. Story of Them
FS 14. Counting The Days
FS 15. The Day [END]

FR 10 - His Smile

19.1K 2.1K 241
By winka24

FR 10. His Smile

🍁🍁🍁
Obsidian itu masih sama,
Berwarna abu seperti yang selalu kusuka,
Namun makna tak sampai sudah berbeda,
Dingin, tajam, penuh ketidaksukaan yang nyata,
Tak kutemukan lagi binar hangat yang selalu kutunggu hadirnya.

Tapi,
Aku ini egois.
Aku juga keras kepala.
Sekeras apapun kau mencoba,
Tak peduli walau itu sakit tak terkira,
Aku tak akan menyerah untuk mencoba menjelaskan semuanya.

Percayalah,
Cacian, makian, bully-an,
Semua itu tiada guna,
Semua itu tak menyakiti jiwa,
Karena itu tak ada apa-apanya,
Dibanding kau yang memilih menutup mata,
Seakan hadirku tak penting adanya.

Namun,
Lihatlah hasilnya,
Kini aku kembali berada di dekatmu,
Seperti mimpi menjadi nyata.

Rayden membukakan pintu penumpang depan tanpa suara, tangannya terulur membantu Shanum cekatan. Membuat gadis itu menggigit bibirnya gelisah ketika masih dengan tanpa suara Rayden melajukan mobilnya.

"Lo tinggal dimana?" akhirnya suara itu membuat Shanum yang sejak tadi tak berani menatapnya pun menoleh.

Shanum menjawab kaku, "Di rumah Tante," jawabnya polos.

Jawaban itu menghadirkan dengkusan kecil dari pemuda yang duduk disebelahnya membuat Shanum juga refleks memanyunkan bibir bawahnya. "Gue nanya rumah lo," balas Rayden masih dengan wajah datarnya.

"Oo ...," gumam Shanum pelan, "Rumahnya Tante di Sudirman," lanjutnya.

Mendengar itu Rayden mengangguk sekali, maniknya tetap berfokus pada jalanan di depan. Sangat tahu jika gadis itu merasa tak nyaman duduk di sebelahnya. Namun, Rayden tidak bisa berkata apapun. Niatnya memang ingin mengantar Shanum, walau masih dengan kecanggungan yang menerpa keduanya.

Sampai tak lama, bukannya berbelok ke arah kiri, mobil Rayden malah berbelok ke arah yang berlawanan dari rumahnya membuat Shanum menoleh cepat ke arah pemuda itu. Belum sempat bersuara, Rayden sudah memotong ucapannya.

"Gue mau beli makanan dulu. Di rumah gak ada orang," jelasnya tanpa diminta.

Shanum mengangguk pelan, "Memangnya Tante kemana?" akhirnya suara itu kembali keluar. Shanum berusaha sekeras mungkin agar suaranya tak terdengar aneh di telinga Rayden saking gugupnya.

Rayden meliriknya sekilas, "Mama di rumah," jawabnya.

Dahi Shanum mengerut tanda tak mengerti mendengar jawaban Rayden karena memang sudah banyak yang tidak ia ketahui tentang pemuda di sampingnya ini, "Kakak ... gak tinggal sama Tante memangnya?" tanyanya lagi.

"Iya."

Jawaban singkat itu menutup pembicaraan keduanya ketika mobil Rayden memasuki pelataran parkir Halalan Resto yang sudah Shanum ketahui. Tante Inggrit dan Yasmin juga sering mampir kesini karena memang makanan di sini sangat enak. Salah satu restoran yang banyak diminati semua orang saat ini.

"Turun," ujar Rayden ketika membukakan pintu penumpang untuk Shanum.

"Aku gak tunggu di sini aja Kak?" tanyanya.

"Gue gak mau makan sendiri."

Mendengar itu mau tidak mau Shanum mengangguk, dengan dibantu Rayden gadis itu keluar dari mobil pemuda itu. Masih dengan wajah datarnya, Rayden berjalan di belakang gadis itu menjaga dalam diamnya. Membuat sebagian hati Shanum menghangat tanpa diminta.

Baru saja membuka pintu restoran, tak disangka ada seorang anak kecil berlari menabrak tubuhnya membuat Shanum mundur beberapa langkah dan hampir terjatuh jika Rayden tidak menahan bahunya. Gadis kecil dengan hijab pink-nya itu terpaksa berhenti di depannya dan menunduk seketika. Kedua tangan gembil bocah itu saling bertaut membuat Shanum langsung berusaha menegakkan diri.

"Adik," panggilnya seraya menyamakan tingginya dengan bocah itu walau terlihat sulit. Rayden sendiri tak bersuara, masih berdiri di belakang Shanum sambil menatap kedua gadis berbeda usia itu berinteraksi.

Bocah mungil itu mendongak dengan bibir sedikit mencebik, "Maaf ya Kakak," ucapnya lucu.

"Gak apa-apa kok, sayang." ucap Shanum sambil tersenyum dan mengusap pucuk kepala bocah itu.

Gadis kecil itu menatapnya dan menyengir menunjukkan deretan gigi putihnya yang rapi. Kemudian pandangannya mengarah pada seseorang yang berada tepat di belakang Shanum, berdiri menatap mereka dengan tangan yang sudah tersimpan di dalam saku celana. Bocah itu tersenyum lucu pada Rayden, "Makasih kakak sudah bantuin kakak cantiknya," ucapnya membuat Rayden mengangguk dengan senyum sangat tipis.

Namun, Shanum bisa melihatnya. Jua senyum pertama yang ia lihat dari sosok yang selama ini menghilang dari pandangannya. Sosok yang tak pernah lagi sama, selama beberapa bulan mereka bersekolah di Megantara. Sosok tak tersentuh yang membuat Shanum hanya mampu menatap punggungnya.

"Asya," panggilan itu membuat ketiganya menoleh, seketika menyingkir dari depan pintu karena ada sepasang suami istri yang menghampiri anak kecil tadi.

"Daddy ...," pekik gadis kecil itu seraya menghampiri orangtuanya, mengulurkan tangannya untuk meminta gendong oleh pria yang datang sambil merangkul pinggang istrinya itu.

Shanum balas tersenyum ketika wanita disebelah pria yang dipanggil gadis kecil tadi tersenyum lembut padanya. "Maaf ya, Asya tadi mau cepat-cepat ke mobil padahal Daddy-nya masih ada keperluan sebentar," jelas perempuan itu pada Shanum.

"Gak apa-apa kok, Kak. Aku juga gak kenapa-kenapa," jawabnya sopan.

Senyum lembut perempuan itu masih terpatri di bibirnya, memilih mengusap pucuk kepala Shanum pelan, "Terima kasih, Sha ... num?" ujarnya seraya mengeja nama Shanum yang ada di name tag seragam gadis itu.

Shanum mengangguk, "Iya, Kak. Aku Shanum," ucapnya memperkenalkan diri.

"Mirip nama Mommy," suara gadis kecil itu kembali memotong percakapan dua perempuan berbeda generasi yang berdiri berhadapan, Asya menyengir ketika Shanum menatapnya lucu, "Kakak cantik namanya mirip Mommy. Nama Mommy-ku Shaqueeena," ucapnya membuat Daddy gadis kecil itu memutar bola matanya.

Tawa wanita didekatnya membuat Shanum yang bingung menoleh, "Daddy-nya Asya gak suka kalau ada yang panggil Kakak dengan nama Shaqueena," katanya menjelaskan, "Nama kakak, Aisyah Shaqueena." Wanita cantik itu mengulurkan tangannya yang langsung dibalas cepat oleh Shanum walau sedikit kesulitan karena kruk-nya.

"Yasudah. Kami permisi ya Shanum. Sampai ketemu lagi," Aisyah kembali bersuara, "Eum ... kamu, tolong dijagain ya Shanum-nya," sambungnya pada Rayden yang sejak tadi memperhatikan mereka.

Manik Shanum membola mendengar ucapan Aisyah, sedangkan Rayden hanya tersenyum canggung sambil mengusap tengkuknya. Pergerakan yang membuat Daddy-nya Asya tertawa spontan dan menepuk pundak Rayden pelan.

"Dijaga dengan baik, gadisnya." ucapan itu terdengar begitu saja sebelum ketiganya beranjak meninggalkan Shanum dan Rayden yang terdiam tanpa suara.

"Dadaaaa ... Kakak Shanum," dan hanya suara Asya yang terdengar berikutnya.

• • •

Shanum duduk di meja paling ujung karena memang hanya meja itulah yang masih tersedia. Sepertinya Halalan Resto ini sangat maju membuat Shanum mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru restoran sejak tadi. Pengunjung restoran ini beragam, mulai dari orangtua hingga remaja seperti mereka.

Namun di lantai dua tempat mereka kini, di dominasi oleh kalangan remaja. Sepertinya memang dikhususkan oleh pemiliknya sesuai tema yang ada. Instagramable sekali untuk lantai dua ini, berbeda dengan suasana lantai satu yang terlihat lebih cozy dan kesan kekeluargaan yang disampaikan. Strategi marketing yang sangat menarik mengingat restoran ini hanya terdiri dari satu restoran saja tetapi dengan dua lantai memiliki konsep yang berbeda.

"Pesan apa?" suara di depannya membuat Shanum menghentikan kegiatannya yang sejak tadi mengamati sekitar.

Tadi, Shanum berpikir ia akan kesulitan untuk naik ke lantai dua. Namun HalRes ini ternyata memiliki lift yang bisa memudahkannya. Membuatnya semakin terkagum dengan orang-orang hebat yang telah membuat restoran ini sedemikian rupa.

"Sha ...," dan panggilan itu kembali membuat Shanum membeku.

Sha? Does he call her name?

"Ya?"

Rayden kembali menghela nafasnya pelan, tak menjawab namun menaikkan sebelah alisnya membuat Shanum segera mengangguk mengerti.

"Eum ... aku ...,"

"Chicken katsu roll?" potong Rayden lagi membuat Shanum dengan cepat mengangguk ketika mendengar makanan kesukaannya disebut begitu saja oleh pemuda itu.

Rayden tersenyum tipis, "Masih gak berubah," ucapnya.

Mendongakkan kepalanya, Shanum ikut tersenyum, "Gak semuanya harus berubah 'kan Kak?" ujarnya pelan.

"Yeah, not at all." balas Rayden sambil menuliskan pesanan mereka kemudian memanggil waiters yang berada tak jauh dari mereka. "Still avocado juice, right?" tanyanya balik ketika waiters tersebut telah berlalu.

Shanum tersenyum kecil dan mengangguk, "Masih tetap nasi goreng seafood pedas?" kali ini gadis itu bertanya.

"Still. But there's not same." jawab Rayden.

"Same with?" tanya Shanum. Sebenarnya ia tahu apa maksud ucapan Rayden tapi dia masih ingin menanyakannya. Ingin mendengar sendiri jawaban dari bibir pemuda itu secara langsung.

"You know what I mean." jawaban itu singkat namun maknanya sangat sampai. Shanum tersenyum mendengarnya.

"Besok buatin lagi ya?" rengek cowok bongsor itu pada gadis berkuncir dua yang sudah mencebikkan bibirnya kini. Memilih mengunyah katsu roll yang dibawakan oleh cowok itu tak banyak peduli.

"Sha ...," lanjutnya merengek.

"Apa sih Kak Ray? Aku nih lagi makan. Gak boleh diajakin ngobrol. Shuuttt ... diem!" ucap gadis itu memerintahkan Rayden diam seperti guru TK menyuruh muridnya agar tak banyak ulah.

Rayden mendelik kecil pada gadis itu, "Janji dulu besok buatin lagi ya?" lanjutnya tak menghiraukan Shanum yang sudah hampir memakannya mentah-mentah karena terus saja mengganggu acara makan gadis itu.

"Seafood di rumahku abis tau! Mama sampai ngomel-ngomel karena aku setiap hari masakin nasi goreng seafood buat kakak mulu. Cabai juga mahal! Enak aja minta buatin nasi goreng pedas tapi gak beliin bahannya. Katanya situ anak orang kaya, tapi morotin sayahhhh yang misqueen begini. GAK SOPAN ANDA ANAK MUDA!" cerocos Shanum dengan teriakan kecil di ujung kalimatnya membuat mereka berdua mendapatkan teguran dari penjaga perpustakaan.

"Shanum ... Rayden, kalau masih mau ribut silahkan keluar." akhirnya mereka memilih diam.

Selanjutnya mereka hanya terdiam, Shanum asik dengan dunianya sendiri yang kini bisa disaksikan oleh Rayden kembali. Momen dimana mereka selalu berinteraksi dalam diam namun menimbulkan kenyamanan. Tak semua bahana menjelaskan kata, tak semua suara menjelaskan aksara. Karena duduk diam sudah menjelaskan semuanya.

"Kapan kakak ada waktu?" tanya Shanum masih dengan jemari yang sibuk menuliskan aksara dalam bukunya. Rayden yang sejak tadi menatapnya sedikit tersentak.

"Maksud lo?"

Shanum mendongak dengan senyum yang selalu dilihatnya tiga tahun lalu, senyum yang tak berubah walau mereka pernah terpisah, "Aku masih hutang penjelasan akan semuanya, Kak. Sebelum kakak pergi lagi, aku rasa aku harus menjelaskan semua permasalahan yang terjadi." jawabnya.

"Pergi lagi yang lo maksud itu apa?"

Senyum lebar nan cantik gadis itu kembali tercipta, "Aku masih ingat. Semuanya. Bukankah kakak harus melanjutkan kuliah ke luar negeri? Seperti keinginan Om dan Tante?" ujarnya.

Rayden menghela nafasnya, memilih menyandarkan punggungnya pada kursi di belakangnya. Duduk dan berbicara seperti ini bersama Shanum tentu meruntuhkan semua tekadnya. Shanum memiliki kendali tersendiri akan dirinya yang Rayden sendiri tak tahu harus bagaimana. Menjauh dari Shanum adalah keputusan terberat setelah menerima dengan lapang dada keputusan sepihak Papa-nya akan cita-citanya. Tapi Rayden memang harus menjauh, entah masalah dulu adalah kesalahpahaman atau bukan. Menurutnya, tak kembali adalah pilihan terbaik.

Tapi sepertinya itu tidak untuk Shanum. Menyaksikan sendiri gadis itu masih bertekad untuk mengajaknya bicara, mencari cara agar bisa mendapatkan maaf darinya, bahkan ujungnya Rayden sendiri yang tak bisa membiarkan gadis itu lebih lama. Shanum, sejak dulu, memiliki arti tersendiri bagi seorang Rayden Alrescha Ravindra.

Setelah ini, apa gue masih sanggup meninggalkan lo lagi, Sha?

"Tahun ini tahun terakhir kakak di sekolah. Artinya, aku gak akan ketemu kakak paling tidak lima sampai sepuluh tahun ke depan. Karena aku yakin, Om gak akan membiarkan kakak kuliah hanya sampai lulus bachelor aja 'kan?" lanjut gadis itu lagi. Rayden masih tak bersuara, pikirannya berkecamuk dan memilih menikmati suara renyah gadis cantik di hadapannya.

"Semua itu salah paham. Tapi aku gak pernah menyangka, kalau kakak akan pergi tanpa ikutan promnight malam itu. Aku pikir, aku masih punya waktu untuk jelasin semuanya ketika malam prom tiba. Tapi ... kakak gak ada." suara getir gadis itu akhirnya merobohkan tembok yang Rayden bangun susah payah selama ini.

Hanya Shanum dan selalu Shanum Argema yang berhasil melakukannya, sejak pertama kali maniknya menemukan sosok manis ini berjalan dengan kruk-nya melewati gerbang sekolah Megantara.

Tangan Rayden terulur mengacak poni gadis itu, "Nanti. Gue bakal minta penjelasan semuanya nanti. Still like this, Sha. I need this moment." Dan ucapan itu kembali menghangatkan hati sang gadis. Rayden bisa melihatnya dari netra yang terlihat berkaca itu. Sampai sebuah lengkungan tercipta di bibir pemuda itu membuat Shanum benar-benar menangis karenanya, dengan tawa.

Tuhan, jika aku harus berpisah lagi dengannya. Beri aku sedikit waktu, setidaknya sampai aku bisa memberikan kenangan indah untuknya.

🍁🍁🍁
Happy Reading.

Coba coba keluarkan senjata kalian melalui kolom komentar hahaha siapa tau aku berniat double up wkwkwk

Salam,
Winka.

Continue Reading

You'll Also Like

462 100 44
Song Suji namanya dia berpisah dengan teman masa kecil nya pada saat umur 9 tahun dan pergi ke Jepang untuk ikut dengan ayah ibunya untuk mengurus pe...
136K 13.4K 48
Spin-off Takdirku Kamu 1 & 2 | Romance - Islami Shabira Deiren Umzey, dia berhasil memenangkan pria yang dicintainya meski dengan intrik perjodohan...
6.1K 1.9K 23
COMPLETED.Isinya cuma kemanja dan kekanak-kanakan Caca yang bisa saja bikin kamu muak. Atau justru gemes sampai pengin cekik mati. Setelah ditinggal...
448K 37.6K 39
"1000 wanita cantik dapat dikalahkan oleh 1 wanita beruntung." Ishara Zaya Leonard, gadis 20 tahun yang memiliki paras cantik, rambut pirang dan yang...