DANDELION [END]

By juan151012

45.1K 8K 1.7K

Bunga Dandelion atau biasa disebut dengan bunga Randa Tapak, bukanlah bunga yang terlihat menarik, namun dapa... More

Page 01
Page 2
Page 03
Page 04
Page 05
Page 06
Page 07
Page 08
Page 09
Page 10
Page 11
Page 12
Page 14
Page 15
Page 16
Page 17
Page 18
Page 19
Page 20
Page 21
Page 22
Page 23
Page 24
Page 25
Page 26
Page 27
Page 28
Page 29
Page 30
Page 31
Page 32
Page 33
Page 34
Page 35
Page 36
Page 37
Page 38
Page 39
Page 40 (1)
Page 40 (2)

Page 13

1.1K 198 31
By juan151012

Khusus chapter ini berisikan mature and abuse content.

Mohon maaf buat yang baca sebelumnya, tapi tidak disarankan bagi pembaca berumur dibawah 18 tahun untuk meneruskan.



[Dandelion itu tidak terlihat cantik. Tidak juga terlihat mewah. Cenderung terlihat ringkih dan disamakan dengan ilalang. Namu, pada satu dandelion tersimpan ratusan impian. Ratusan harapan. Dan aku ingin aku sepertinya.]

~ Kim Sohyun ~


***

Layaknya orang yang baru berpacaran, keduanya juga melakukan hal-hal yang umumnya dilakukan kebanyakan pasangan. Berkencan, makan malam bersama, nonton, hingga memasak bersama, keduanya juga melakukan hal itu, meski seluruh rangkaian itu cuma bisa dilakukan di apartement Jungkook.




Hari-hari keduanya juga berjalan dengan mulus, walau kegembiraan itu dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Bagaimanapun hubungan ini adalah terlarang. Sebuah rahasia yang cuma boleh diketahui oleh keduanya.




Tanpa terasa, sudah setengah tahun hubungan rumit ini berjala. Kenyataannya, hampir setiap malam mereka menghabiskan waktu bersama tanpa mempedulikan fakta bahwa suatu hari nanti keduanya akan berpisah.




Sejauh ini, semuanya berjalan dengan baik. Tertutup dengan apik. Namun, di sisi lain, teman-teman Sohyun menyadari perubahan ini. Meski mereka gagal menemukan penyebab kenapa Sohyun berubah jadi lebih sulit untuk ditemui.



Efek lainnya, semua pekerjaan Sohyun berjalan lancar. Kini yang perlu ia lakukan hanya tanpa harus berusaha keras lagi mencari pekerjaan atau bekerja lepasan seperti dulu.




Bukankah semuanya terlalu mudah?




"Hari ini aku akan memotret tunanganmu untuk iklan terbaru," ucap Sohyun yang sedang berada di salah satu kamar tunggu saat semua kru sedang men-setting area pemotretan.



"...."




"Aku baik-baik saja. Tenanglah. Aku masih menyadari posisiku," tukas wanita itu lagi yang kini terdengar agak dingin.




Kalau boleh jujur, terkadang sulit baginya untuk mengenyahkan rasa cemburunya pada Kim Jennie. Ia tidak bisa melakukan apa-apa pada saat Jennie mendatangi kantor Jungkook. Atau bisa merangkul Jungkook dengan bebas layaknya Jennie.



Bagaimanapun ia juga seorang wanita. Seorang manusia. Ia juga memiliki kecemburuan yang tersimpan di hatinya. Dan terkadang itu melelahkan.




"Nona Kim?"



Sohyun sontak menurunkan teleponnya yang belum diputuskannya saat salah satu pekerja datang dan menyapanya.




"Mohon dicek dulu apa lighting yang terpasang sudah sesuai."





"Sebentar," ucapnya singkat pada Jungkook yang masih menanti wanita itu kembali.




Sohyun yang tidak awas, menaruh ponselnya di meja sementara ia bergegas ke area setting. Tanpa sadar seseorang memasuki ruangannya dan melihat nama yang jelas muncul di layar ponselnya.





Hanya lima menit ia pergi, Sohyun kembali ke ruangan dan mengambil ponselnya kembali. Hanya ada dirinya yang meneruskan pembicaraannya dengan Jungkook.


***

Suka atau tidak suka, tega atau tidak, ia tetap harus melakukannya. Dendamnya pada Jungkook harus dibalaskan bila mengingat semua derita sang adik. Ya, singkatnya ia tidak mungkin memaafkan Jungkook dengan mudah.




Lagi, pria berkulit putih itu memandang foto wajah sang adik dan tanpa sadar air matanya menitik.
Ini adalah pilihan yang sulit, tapi ia harus membuat Jungkook merasakan sakit persis yang dirasakannya. Walau itu artinya ia akan membuat orang lain ikut menjadi korban untuk pelampiasan balas dendamnya.



"Aku ingin kalian mendapatkan Kim Sohyun," titahnya singkat pada seseorang yang berada di ujung panggilan.


Pria itu merebahkan tubuhnya, bersandar pada kursinya. Jemarinya menyatu erat seiring pikirannya dipenuhi dengan hal-hal buruk. Idenya memang gila, terlebih wanita itu tidak bersalah apa apa padanya. Akan tetapi, ia sudah keputusan yang diambilnya.




Meski ia cenderung tertarik wanita Kim itu, tapi salahkan takdir yang kenapa harus bertemu dengan orang yang salah hingga menyeretnya masuk ke garis nasib yang buruk.




Balas dendam terlanjur mengusai hatinya ketimbang mengutamakan belas kasihannya. Ia ingin Jeon Jungkook menderita.


***


Melakukan pemotretan untuk dua projek berturut turut, membuat leher Sohyun menegang. Bukan bahu atau lehernya yang terasa kaku, tapi  tubunya juga merasa tidak nyaman saat ini. Mungkin efek karena terlalu banyak berdiri dan bergerak. Ia sempat berpikir itu alasannya. Namun, mau bagaimana lagi, inilah dunia kerja.





Sohyun tidak bisa memilih hidup nyaman dan tetap dibayar tanpa melakukan sembarang pekerjaan yang membuatnya merasa pantas mendapatkan bayaran setimpal. Sejak dulu ayahnya sudah menempa Sohyun jadi wanita pekerja keras.




"Saeron-ah, titik fokusmu masih terlihat kurang. Coba bergerak sedikit ke kanan." Sohyun bahkan masih sempat mengajari Saeron, asistennya di sela jam istirahat.




"Terima kasih, Sunbae," sahut Saeron diikuti wajah senang di paras cantik Sohyun.




Sohyun senang karena Saeron termasuk asisten yang mudah dididik. Selain itu, ia juga tidak mudah mengeluh dan terbilang cepat tanggap.




Di sela waktu senggang seperti inilah, Sohyun biasanya mengecek ponselnya atau mulai membalas pesan bertubi-tubi dikirimkan Jungkook. Pria itu hampir menyita semua waktunya setelah jam kerja usai. Tanpa disadari, hubungan ini sebentar lagi akan usai.




Sohyun ingin mulai menjaga jarak dengan Jungkook karena sadar perasaannya sudah semakin dalam pada Jungkook. Namun, sebaik mungkin ia menutupinya. Ia tidak ingin Jungkook angkuh dan merasa menang karena berhasil mendapatkan perasaannya.



Lagi pula Sohyun sadar tidak akan semudah itu membuat Jungkook jadi miliknya. Nyatanya, sejak awal pria itu sudah memiliki pemilik. Sekali lagi, Sohyun tidak lebih dari selingan untuk hidupnya yang monoton dan membosankan.



Ia sangat sadar itu.



"Saeron-ah, aku pergi sebentar ke apotek."




"Sunbae, apa kau sakit?" tanya Saeron yang menghentikan jemarinya yang kala itu masih latihan.




"Tenanglah. Mungkin aku hanya kelelahan. Aku akan membeli vitamin saja."



Saeron mengangguk. Sementara Sohyun hanya pergi membawa beberapa lembar uang yang diselipkannya di saku celana bagian belakang.




Tidak berapa Sohyun keluar dari ruang pemotretan, baru beberapa langkah menjauh, beberapa pria menyekap mulutnya dengan sapu tangan yang sebelumnya sudah dibubuhi obat bius. Dalam hitungan detik, Sohyun terkulai lemas tidak sadarkan diri. Siapa mereka atau mau apa, ia sama sekali tidak tahu apa-apa.

***

Pelupuknya terasa berat untuk diangkat. Atau bisa dibilang sama sekali tidak bisa. Ia bahkan tidak buta, tapi seseorang menutup matanya. Kepalanya terus bergerak, mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi. Sialnya, tidak ada pencahayaan yang bisa menyelinap. Tidak sedikit pun.




Jantungnya memompa lebih cepat. Ternyata tidak hanya mata, mulut pun dibeka hingga tidak ada kemungkinan baginya berteriak. Lalu, tangannya juga terikat. Semua pergerakannya terkunci hingga napasnya memburu dirundung kalut.




Tidak lama ia mendengar derit pintu yang terbuka. Siapa yang masuk? Mau apa menahannya? Sohyun mau tahu. Namun, pikirannya sulit bekerja begitu mendenga pintu kembali tertutup.



Sohyun coba beteriak, tapi gagal. Lalu, ia mulai menggeliat tatkala merasakan sentuhan di bagian pahanya.





"Salahkan takdirmu yang bertemu dengan Jeon Jungkook. Aku terpaksa berbuat begini padamu."   
Suara itu terdengar berat dan terasa menjijikan ketika berbisik ke telinganya.





Bulu kuduknya bergidik ngeri diikuti isi kepalanya terasa kosong. Ia berpikir keras cara untuk kabur, tapi tidak ada satupun yang terpikirkan olehnya.




Sohyun yang tak bisa melihat, tidak bisa berteriak, hanya mampu menggelengkan kepalanya. Hanya terdengar ia mengerang seiring saat rasa takut berhasil menguasainya.






Tubuhnya kembali menggeliat ketika merasakan tangan itu menyentuh tubuhnya yang lain. Sohyun sadar saat ini pria itu berusaha melucuti baju yang dikenakannya. Tangan itu terasa menjijikkan saat menyentuh bagian bahu atasnya yang kini terasa dingin. Jelas kancing bajunya sudah terbuka. Bukan cuma menggerayangi tubuhnya, air mata Sohyun menitik saat benda kenyal mencumbui badannya.



"Akh!" Perekat di mulutnya akhirnya dilepaskan.



Sambil terisak, Sohyun mengiba, "Kumohon, lepaskan—"


Namun bukan simpati, bibirnya dipagut paksa hingga suaranya bungkam.





Sohyun ingin berteriak, tapi adakah yang akan menolongnya. Ia bahkan tidak bisa meronta kala bibir itu terus melumat kasar bibirnya hingga terasa kebas. Sohyun sempat berhasil melawan. Alih-alih mencium, ia malah menggigit bibir bawah pria yang menciumnya. Namun, satu tamparan membuat Sohyun terjatuh. Tubuhnya terasa lelah untuk melawan. Air matanya tidak tertahan lagi.




"Kumohon hentikan!" Suaranya terdengar parau.




Akan tetapi, sosok itu terus menciuminya dengan rakus.  Ia masih begitu sadar ketika pakaiannya dilucuti satu per satu. Ketakutannya semakin menjadi-jadi.



"Tidak, kumohon!"



Sohyun mencoba melawan, tapi semakin ia berusaha, ia semakin merasa tidak berguna. Suaranya yang melengking nyatanya tidak membuat pria itu berhenti, malah kini menindihnya. Memberikan beban padanya dan meninggalkan jejak-jejak menjijikkan di sekujur tubuhnya yang terasa dingin.




Dirinya berakhir mengenaskan sesaat hal terburuk itu tidak terhindari. Tidak hanya tenaganya, tangisnya pun mulai mengiring seiring kekuatannya menguap.


Entah berapa lama itu berlangsung, akhirinya sosok itu melepaskan perekat tangan Sohyun seiring ia tidak lagi menindihnya. Sohyun sendiri hampir kehilangan kesadarannya dengan sisa tenaga yang tidak seberapa.




"Ke-ken-kenapa aku?" Meski matanya tertutup, Sohyun sempat menyentuh lengan pria yang tampaknya berniat meninggalkannya begitu saja.


Dan benar, usai menepis tangannya, pintu kembali tertutup. Sama seperti Sohyun yang menutup matanya dengan air mata yang menitik. Wanita Kim itu tidak ingin mengakui kalau dirinya baru saja diperkosa.

***

(to be continued)

Sorry guys, this story only fiction.

Tidak ada bermaksud menyinggung orang lain, menceritakan hidup orang lain atau menjadikan lelucon untuk nasib seseorang. Pure hanya fiksi.

Karena Author sadar pemerkosaan itu termasuk kasus yang sangat sensitif.

Sekali lagi, ini hanya cerita fiksi. Tidak bermaksud menyinggung siapa pun yang baca.

Thank u ❤️

Continue Reading

You'll Also Like

25.6K 2.1K 17
[COMPLETED] [18+] [NC] Ada dua jenis ketakutan di dunia ini. Ketakutan Rasional dan ketakutan Irasional. Tapi sebelum itu, yang pertama harus kau la...
210K 32.1K 58
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
84.7K 12.7K 23
Dia Kim Yerim, hidup dengan kesialan di mata mereka. Satu per satu skenario buruk ditimpakan kepada tubuh mungil dan jiwa rapuhnya. Dia Jeon Jungkook...
418K 43K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...