My Ice Senior [Complete]

By DilaWahidatu

1.4M 107K 3.7K

[Masih Lengkap] Ini tentang bagaimana Adira menyukai Febby-kakak kelasnya yang mempunyai sifat dingin seperti... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62
Part 63
Part 64
Part 65 (End)
Extra Part
Annoucement

Part 19

22.1K 1.6K 48
By DilaWahidatu

Happy Reading!
~~~


Seluruh murid tengah berbaris dilapangan karena upacara bendera akan segera dimulai. Di tengah lapangan, anak Osis sibuk membantu mempersiapkan persiapan upacara, sedangkan anak PMR sibuk menyiapkan tandu di UKS.

"Slayer gue mana tadi?" tanya Amira yang sibuk mencari benda berbentuk segitiga berwarna kuning dengan lambang PMI miliknya.

"Tadi sama Angga, coba tanya aja," sahut Meka salah satu anggota PMR.

"Dir, hari ini lo tugas di lapangan ya?" ucap Gilang sang ketua PMR.

Adira yang sedari tadi sibuk menyusun obat obatan di kotaknya, menoleh, menatap Gilang dengan bingung. "Lho kok gue kak? Bukannya Kak Anis."

"Dia mendadak sakit, barusan chat gue," ucap cowok itu sambil memperlihatkan isi chatannya dengan Anis kakak kelasnya. "Lo dilapangan ya? Lagian yang jaga UKS udah cukup," bujuk Gilang, Adira hanya mengangguk mengalah.

Sebenarnya mood Adira masih kurang bagus, karena tadi pagi Syabila membahas soal pertemuan tidak sengaja mereka di kafe. Dia masih saja menggoda Adira menggunakan bahasa embel embel 'kencan' dengan suara yang lumayan kencang, sampai teman sekelasnya mengatakan 'Cie cie' bahkan ada yang sampai menghujat yaitu para fans nya Arif. Sungguh Adira malu, pipinya memerah, dia dan Arif mencoba menjelaskan apa yang terjadi, hingga mereka mengerti.

Cewek itu menutup kembali kotak obat dan menyerahkannya kepada Meka yang bertugas di UKS. Lalu Adira memasang slayernya di leher.

Adira baru teringat sesuatu, cewek itu mengetuk kepalanya dengan jari "Gue baru inget, topi gue ketinggalan di rumah," ucap Adira lalu menyengir.

"Haduh gimana sih lo."

"Ya mana gue tau kak, gue kira bakal jaga UKS"

"Kalian pada bawa topi gak?" tanya Gilang kepada anggota PMR yang berjaga di UKS, semuanya serentak menjawab 'tidak'

"Topi gue, gue pake soalnya yang tugas upacara senin ini kelas gue," jelas Gilang, cowok itu panik sendiri.

"Seharusnya kalian itu walaupun jaga di UKS tetep bawa atribut lengkap, apalagi topi. Kalo urusan mendadak kayak gini kan gak repot," lanjut cowok itu. Semuanya hanya menjawab "Iya kak"

"Yah, gimana dong. Masa iya gue harus dihukum gara gara atribut gak lengkap. Padahalkan gue bertugas jaga jaga siapa tau dari mereka ada yang sakit, dari belakang." Adira cemberut.

"Udah gak sok sedih lo, bilang aja lo ngode, yaudah ntar gue beliin di koperasi."

"Nah gitu dong, sebagai ketua yang baik harusnya lo peka. Nanti gue ceritain deh ke Yena kalo kak Gilang tadi baik banget beliin gue topi."

"Ye giliran ada mau aja, bisa diandalin lo. Dasar pencitraan," cibir Gilang, sedangkan Adira hanya memeletkan lidahnya.

Sedang asiknya bercanda sambil nunggu upacara siap, tiba tiba sebuah pesan masuk di ponsel milik Adira.

Mama :
Dek, topi kamu Mama liat ketinggalan diatas meja ruang keluarga. Jadi Mama titip ke Febby anaknya Tante Hellen

Adira :
Iya Ma

Adira membalas pesan tersebut lalu tersenyum lebar.

"Ngapa lo kesurupan?" tanya Amira bergidik ngeri.

"Kak Gilang, soal topi gue, gak usah lo beliin. Soalnya topi gue lagi dianter sama pangeran," ucap Adira disaat Gilang hendak melangkah keluar UKS.

"Sok juga pangeran pangeranan, lo sangka negeri dongeng? Tapi, alhamdulillah deh uang gue gak jadi ngurang."

"Kalo emang dasarnya pelit mah pelit aja," cibir Adira membuat cowok itu meringis.

"Udah sana sana kalian bawa tandu ke lapangan, upacaranya mau mulai tuh" ucap Gilang lalu cowok itu berlari menuju lapangan.

Beberapa anak PMR berpencar ke barisan perkelas, untuk berjaga jaga takut ada yang sakit atau pingsan. Begitu juga dengan Adira, tapi kali ini cewek itu nampak tak tenang menunggu topinya yang tak sampai sampai.

Matanya terus mencari keberadaan Febby, padahal upacara akan dimulai sebentar lagi, guru BK juga sudah mulai berkeliaran mencari murid yang tidak lengkap atributnya.

"Aduh, gue ke UKS ajalah," kata Adira,tangannya mulai berkeringat.

Bayangkan saja jika kalian anak baik baik yang tak pernah buat masalah, tiba tiba harus dihukum karena tak bawa atribut, apa perasaannya? Panas dingin, campur aduk pokoknya. Bukan lebay tepi emang kenyataannya seperti itu.

"Yaudah buruan Dir, kita cukup kok orang segini," ucap Amira, Adira mengangguk dan disaat cewek itu ingin melangkah matanya menangkap sosok bu Dini. "Kok gak jadi?" tanya Amira

"Ada bu Dini," ucap Adira sambil melirik guru itu yang sudah terlihat dari kejauhan.

Sepertinya hari ini tak berpihak pada Adira. Rata rata murid yang tidak beratribut lengkap adalah siswa, kalo masih ada siswinya sih gak masalah. Tapi bagaimana jika dirinya tertangkap sendiri sebagai siswi yang tidak beratribut lengkap, kan keliatan seperti murid nakal.

Bu Dini sudah mulai berkeliling di bagian kelas 11, dua orang siswa yang baris paling belakang ditarik bu Dini dari barisannya dan membuat barisan baru. Langkah Bu Dini mendekat, Adira terus merapalkan doa, berharap secepatnya yang dia panggil pangeran tadi datang menyelamatkannya seperti di cerita dongeng yang sering ia baca.

Tiba tiba tubuh jangkung seseorang berada dihadapannya, memakaikan topi berwarna abu abu dengan lambang SMA Starla di kepalanya. Adira mendongak, mendapati Febby yang sibuk membenarkan letak topi itu. Adira hampir saja menangis karena memikirkan topi yang tak kunjung datang.

"Gue cariin rupanya disini," kata cowok itu datar tanpa ekspresi. Setelah memasangkan topi tersebut, Febby berjalan pergi menuju barisan kelasnya.

Adira belum sepenuhnya tersadar, tangan cewek itu meraih topi dikepalanya sambil tersenyum.

"Ciee, pangerannya udah dateng," celetuk Amira yang masih berdiri tak jauh darinya.

"Apaan sih," balas Adira cuek, tapi dia yakin pipinya saat ini sedang merona.

***

"Sekitar dua mingguan lagi, sekolah ngadain persami di puncak. Semua diwajibkan ikut," ucap Adrian, ketua kelas itu sedang berdiri didepan papan tulis sambil membaca selembar kertas bersama Arif yang membawa tumpukan kertas.

Semua murid yang tadinya ribut karena jam kosong melanda, menjadi diam dan menyimak kedua cowok yang baru masuk kelas setelah dipanggil rapat dengan Osis katanya.

"Satu kelas harus berpartisipasi minimal 2 siswanya untuk perform disaat malam api unggun. Jadi kalian harus tentukan dari sekarang," tegasnya.

Murid Xl Ipa3 itu semuanya mengusulkan Adira dan Arif yang akan tampil malam itu. Karena bagi mereka, kedua orang itu sangat cocok jika harus berduet. Pertama Arif yang pintar main gitar, kedua Adira yang mempunyai suara bagus. Mereka berdua seperti bintang dikelas itu.

Adira dan Arif saling pandang, cowok itu mengeryitkan alisnya meminta jawaban. Lalu berjalan menuju meja Adira untuk membuat kesepakatan.

"Oke, gue sama Arif yang akan ngewakilin kelas kita" kata Adira memutuskan, setelah berdiskusi sedikit dengan Arif. Lalu teman temannya itu bersorak bangga.

"Jadi apa ada yang ingin ditanyain lagi?"

Putri menunjuk "Gue. Gue mau nanya, acara ini kelas apa aja yang ikut?"

"Sebenernya ini acara khusus untuk kelas Xl dalam rangka mengenal alam. Tapi untuk dua minggu kedepan kelas Xl Ipa dulu yang diluan berangkat baru minggu selanjutnya kelas Xl Ips" jelas Adrian, mereka yang mendengarnya hanya menganggukan kepala.

"Oh iya, pembimbing kita nanti ada anak Osis, beberapa guru, dan beberapa pembimbing dari luar" ucap Arif ikut menjelaskan.

Kemudian, cowok itu mulai berkeliling dari satu meja ke meja lain untuk membagikan kertas pemberitahuan kemah persami kepada teman temannya, semua tampak antusias menunggu hari itu datang.

"Jadi mau lagu apa?" tanya Arif yang sudah berdiri lagi disamping meja Adira sambil membagikan kertas terakhir.

Dia sengaja tidak memberikan kertas tersebut awalan, padahalkan sebelumnya, dia ada diposisi yang sama saat dirinya dan Adira diskusi kecil.

"Gak tau nih belum kepikiran," kata Adira sambil menerima kertas itu.

"Yaudah, dipikirin dulu. Ntar kalo udah ketemu lagu yang pas, kita mulai latihan," ujarnya

"Oke. Siap!"

TBC

Jangan lupa Voment, biar gak sider:))

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 138K 55
"Status doang pacaran, tapi dianya lebih asik sama sahabatnya sendiri. Sebenarnya pacar dia tuh gue atau cewek itu sih? Kesal banget!" sewot Alissa y...
2.2M 96.3K 52
WARNING!!! INI CERITA ANAKNYA YOGI DAN KINARA (MY ICE BOY) "Dan lo siapa? Berani-beraninya lempar gue pake kertas ini?" Dia merebut kertas itu dari t...
176K 9.7K 49
Sometimes it takes sadness to know happiness But never let the sadness of your past and the fear of your future ruin the happiness of your present Ba...
432K 30.5K 56
[BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Sequel: DESTINY Judul pertama(DANIEL) Diganti jadi (KANAYA) Rank: #-1 Acak [01-05-2021] #-1 Smk [03-05-2021] ***...