Meet You (TAMAT)

By novila07

207K 13.4K 275

Married By Accident. Alasan mengapa Rere dan Dewa menikah. Bukan, mereka bukanlah remaja yang 'apes' karna p... More

PROLOG
Meet You |2
Meet You |3
Meet You |4
Meet You |5
Meet You |6
Meet You |7
Meet You |8
Meet You |9
Meet You |10
Meet You |11
Meet You |12
Meet You |13
Meet You |14
Meet You |15
Meet You |16
Meet You |17
Meet You |18
Meet You |19
Meet You |20
Meet You |21
Meet You |22
Meet You |23
Meet You |24
Meet You |25
Meet You |26
Meet You |27
Meet You |28
Meet You |29
Meet You |30
Meet You |31
Meet You |32
Meet You |33
Meet You |34
Meet You |35
Meet You|36
Meet You|37
Meet You|38
Meet You|39
Meet You|40
EPILOG
BANTUIN AKU DONG
Meet You | Extra Part Rev
Meet You | Precious
Meet You| Sleeptight Honey
MEET YOU: Rere's Side

Meet You |1

8K 547 10
By novila07

Mangkuk terakhir Rere letakan di meja makan, mengelap tanganya sebelum Ia melepas celemek biru tua yang Ia pakai untuk memasak tadi.

Tepat saat celemek biru tuanya Ia kembali cantolkan di samping kulkas, bel rumahnya berbunyi. Rere bergegas membuka pintu utama. Sebuah kecupan di dahi Rere terima dari si penekan bel saat pintu terkuak sempurna. Dewa, suaminya.

"Masak apa, Re?" Ucap Dewa setelah memberikan tas kerjanya kepada Rere.

"Ayam goreng sambal inggris sama lalapan. Maaf ya, tadi Aku ketiduran jadi nggak sempet belanja bulanan." Ucap Rere pelan. Ia masih menundukan kepalanya dengan tangan yang memilin tali tas kerja milik Dewa, suaminya.

Dewa menghela nafas pelan, bukan karna kecewa dengan masakan yang Rere buat. Dewa hanya merasa Rere selalu merasa 'bersalah' di sepanjang satu tahun ini, usia pernikahan mereka.

"Kamu tau aja kalo Aku lagi pengen Ayam goreng." Hibur Dewa. Rere mendongakan kepala menatap Dewa. Ada cengiran khas Dewa yang menghiasi wajah lelah Dewa.

Rere menyunggingkan senyum kecil menanggapi ucapan Dewa. Selalu seperti ini, Dewa seakan tahu bahwa Rere selalu merasa 'bersalah' sejak awal pernikahan mereka. Bahkan Rere masih menganggap pernikahan ini adalah kesalahan akibat kebodohannya.

*****

"Re, Ayo." Seru Dewa saat mendapati Rere masih di luar mobil.

Setelah makan malam yang cukup sunyi selesai, Dewa menawarkan diri untuk mengantar Rere belanja bulanan. Seperti biasanya juga, Rere menolak cepat tawaranya. Dia beralasan Dewa pasti lelah setelah bekerja seharian di kantor.

"Maaf ya, jadi ngerepotin Dewa." ucap Rere sambil memasang seat belt-nya. Ia tak ingin menambah kecerobohan dengan teguran Dewa karna Ia lupa memasangnya.

"Nggak repot kok, Re. Apa salahnya mengantar Istri sendiri belanja?" Goda Dewa yang sukses membuat pipinya memerah. Jelas Dewa akan mengantar Rere belanja sekalipun harus memaksanya. Dia tidak ingin kecolongan Rere menggunakan uang pribadinya untuk belanja bulanan. Lagi. Selama empat bulan usia pernikahan mereka, Rere dengan polosnya membayar keperluan mereka berdua. Dia memilih menggunakan uang pribadinya dari pada kartu kredit yang diberikan Dewa di awal pernikahan mereka. Pantas saja Dewa tidak mengalami perubahan keuangan setelah menikah.

"Dewa pengen makan apa besok?" tanya Rere saat Dewa meraih troli yang Ia pegang.

Dewa terkekeh mendapati pipi Rere yang masih saja berwarna merah. Ibu jarinya mengusap pipi halus Rere dan membiarkan istrinya melangkah menghindar karena malu. Menggoda Rere menjadi rutinitasnya satu tahun terakhir ini.

Rere mematung saat merasakan hembusan nafas Dewa yang ada didekat telinganya. "Makan kamu boleh?" bisik Dewa. Kekehan Dewa kembali menyadarkan Rere. Dia berdehem untuk menetralkan debaran yang tak Ia sukai.


"Masak rendang? Mau?"

"Kapan sih Aku nolak masakan yang kamu buat, Re?" goda Dewa lagi. Kali ini Dewa dibuat takjub.

Rere menampakan wajah kesal dengan meniup poni yang selama ini menutupi dahinya. Senyum Dewa melebar, ini jelas respon langka dari Rere.

"Pengen apel dong, Re."

Rere menoleh dan mengangguk. Ia memilih beberapa apel untuk ditimbang. "Sekilo cukup?" tanya Rere.

"Cukup nggak menurut kamu?" tanya Dewa balik. Rere menggigit bibir bawahnya karna kedekatanya dengan Dewa. Sedikit saja Dewa bergerak, dagunya akan menempel di puncak kepala Rere.

"Dewa.." Rere beringsut kesamping kanan Dewa dengan gugup.

"Kenapa?"

"Jangan nempel-nempel, malu."

Bodoh. Rutuk Rere.

Dewa terkekeh. Bukanya menuruti ucapan Rere, dengan sengaja Rere mengalungkan lengan kananya ke bahu Rere.

"Kenapa malu? Kita kan udah nikah, Re." ucap Dewa, mengeratkan rangkulan dibahunya. Kepalanya mendekat ke dekat telinga Rere. "Bahkan kita boleh berbuat lebih dari sekedar menempel."

Blush.

*****

"Mama? Kenapa nggak bilang kalau mau datang." sambut Dewa saat mendapati Mamanya datang bersama adik perempuanya.

"Kenapa memangnya?" sahut Mamanya jutek. Dewa hanya nyengir sambil meraih kantong yang dibawa adiknya.

"Kak Rere mana, Bang?" tanya Vanya mengedarkan pandangan ke rumah Dewa.

"Rere baru bangun-"

"Jam segini baru bangun?" ucap Mamanya sinis. Dewa menghela nafas pelan. Sementara Vanya hanya meringis mendengar nada suara Mamanya. Meski tak mengatakan secara terang-terangan, Mamanya jelas tak menyukai Rere. Belum.


"Rere kecapekan, Ma."

"Kecapekan kenapa, Dia saja tidak bekerja." serobot Mamanya cepat.

"Aku yang bikin Rere capek semalam." ucapan Dewa sukses membungkam Mamanya. Bahkan Vanya terbahak dibalik pintu kulkas.

"Mama, kapan datang?" ucap Rere yang baru saja datang bergabung didapur.

"Baru aja."

Rere meraih tangan Mama mertuanya untuk dicium punggung tanganya.

"Mau sarapan apa?" tanya Rere pelan kepada Dewa.

"Apa aja." jawab Dewa. Tanganya mengusap puncak kepala Rere dengan senyuman lembut di wajah tampanya.

"Please deh bang, mesra-mesranya bisa kali nggak didepan Vanya." Dewa tertawa mendengar keluhan Vanya. Adiknya ini memang sering memprotes ketika Ia mengusap puncak kepala Rere didepanya.

"Nggak usah bikin sarapan, itu Mama bawain bubur kacang ijo kesukaan kamu buat sarapan."

"Mama pengertian banget sih." ucap Dewa. "Jadiin satu mangkuk aja, Re. Makan berdua sama Aku."

Rere meringis mendengar kalimat Dewa. Meski mereka sering makan dalam satu wadah, jelas ini bukan waktu yang tepat untuk melakukanya.  Apa lagi didepan Mama Dewa yang memang belum rela Dewa menikah dengan Rere.

"Ya sudah, Mama pamit dulu. Ayo, Va."

"Kok buru-buru, Ma?" tanya Rere setelah memasukan bubur kacang hijau di mangkuk besar.

"Mama ada acara dekat sini jadi mampir sekalian nganter bubur buat Dewa."

Buat Dewa. Rere tersenyum kaku.

"Makasih ya, Ma. Rere juga suka bubur kacang hijau buatan Mama loh." ucap Dewa mencairkan suasana.

Rere ikut mengantarkan Mama mertuanya sampai di samping mobil. Menyerahkan tas tangan milik Mama mertuanya yang Ia bawakan.

"Itu kenapa nggak pakai sendal sih, Re." seru Mama Dewa saat melihat Rere bertelanjang kaki menginjak paving halaman rumah.

Rere tersenyum canggung menanggapi seruan mertuanya. "Maaf, Ma. Rere kebiasaan nggak pakai alas kaki dirumah jadi lupa pakai tadi pas keluar rumah."

"Lain kali pakai, nanti kakimu pecah-pecah."

"Iya, Ma."

"Ya sudah Mama pulang, baik-baik Kamu sama Dewa."

"Iya, Ma." Rere mencium punggung tangan mertuanya. Lagi.

"Pamit ya, Kak. Kapan-kapan Vanya mampir." Vanya mencium kedua pipi Rere.

"Kakak tunggu." balas Rere kalem.

Rere masih berdiri sambil melambaikan tanganya. Saat mobil Mertuanya hilang di perbatasan pagar rumahnya, Rere baru menurunkan tanganya.

"Ayo naik."

Rere terpekik pelan saat berbalik dan mendapati Dewa sudah berjongkok didepanya.

"Dewa ngapain?"

"Mau gendong Kamu, ayo."

Mendapati tingkah manis Dewa, Rere tak kuat menahan senyuman lebarnya. Ah, terkadang Ia meras bersyukur diantara rasa bersalahnya atas pernikahan ini.

*****

Tok tok tok

"Masuk."

Mendapat respon dari pemilik ruangan, Rere mendorong pintu kaca yang cukup berat. Ruangan Ayahnya.

"Ayah." sapa Rere. Laki-laki paruh baya yang dipanggil Ayah menoleh dengan senyuman lebar diwajahnya.

"Hai sayang. Kangen Ayah sama anak manja ini." goda Ayahnya. Bahkan Ayahnya tau Rere adalah anak mandiri sejak Ia kecil.

"Rere bawa makan siang buat Ayah."

Sepasang mata coklat milik Ayahnya melebar senang. "Asyik Ayah makan enak nih." seru Ayahnya. Rere terkekeh senang mendapati tingkah Ayahnya yang meski memasuki usia lima puluhan tapi masih berjiwa muda.

"Enak banget, Re." seru Ayahnya setelah menelan suapan pertama tumis brokoli dengan campuran udang. Makanan favorit Ayahnya.

"Itu masakan Bunda loh, Yah."

Kunyahan Ayahnya berhenti. Berganti senyuaman kecut. Rere melihatnya meski samar.

"Pantesan enak." Ayahnya terkekeh santai dan melanjutkan makanya. Rere hanya tersenyum melihatnya.

Meski masih saling memuji, harapan melihat orang tuanya rujuk adalah hal sulit yang bisa Rere wujudkan. Orang tuanya memutuskan berpisah saat Rere kelas satu SMP dan hak asuh jatuh ke Bundanya.

"Yah."

"Iya."

Rere menumpukan dagunya di atas tumpukan tanganya. Ia menatap wajah Ayahnya yang tampak mulai menua. "Ayah yakin nggak bisa rujuk sama Bunda?"

Ayahnya terkekeh dan memilih melanjutkan makanya. Hal yang selalu Rere dapatkan saat Ia menyinggung masalah rujuk.

"Pesona Ayah udah nggak mempan sama Bunda, gimana dong?"

Rere tersedak jus jeruk kemasan yang sedang Ia minum. Terkejut? Jelas. Ayahnya tak pernah memberi jawaban bahkan bercandaan sekalipun setiap Rere menyungging masalah ini.

"Usaha dong, Yah." buru Rere. Ayahnya menghentikan kunyahan sebelum tersenyum ambigu.

*****

Aku Up! Rajin kan? Wkwkwk

Entah sereceh apa aku ini, dapet 4 pembaca dan satu vote aja uda seneng sampe langsung up next part.

Terimakasih pembaca setia yang mau-maunya meluangkan waktu buat baca cerita dari amatir yang masih mengasah menulisnya macam aku. Kritik yang membangun jelas Aku nantikan. Silahkan tuangkan keganjilan kalian di kolom komentar dan support aku di ivon bintang.

Big thanks

Novila07

Continue Reading

You'll Also Like

464K 39.6K 60
jatuh cinta dengan single mother? tentu itu adalah sesuatu hal yang biasa saja, tak ada yang salah dari mencintai single mother. namun, bagaimana jad...
5.4K 199 63
Berat jika ditanya pasti apakah Sarah memiliki perasaan lebih dari teman untuk Vino, begitu juga sebaliknya. Hingga tiba di usia dewasa, diusia yang...
781K 28.9K 33
[KAWASAN BUCIN TINGKAT TINGGI 🚫] "Lo cuma milik gue." Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng besar yang menjunjung tinggi kekuasaan...
2.7K 136 25
Tania Adora Heriyanto merupakan anak dari calon Presiden Indonesia pada pemilu 2019 Budi Heriyanto. Tania sendiri merupakan Anggota Dewan Perwakilan...