Happy Reading
Typo dimana-mana
Tanpa pengecekan
***
"Maksudmu?" tanya Seith tidak percaya, "aku ini memiliki kemampuan melihat roh, bahkan tadi di atas aku melihat roh Phoenix yang sangat indah warnanya" ujar Zeffina sembari tersenyum, "bagaimana bisa?" tanya Seith tidak percaya.
"Tidak perlu tahu! Oh ya kamu bilang kamu membenci orang suci itu untuk menjadikan rakyat di sini memiliki kekuatan sihir, dengan menghilangkan kemampuan mata mereka. Lalu, kenapa kamu melakukan ritual?" tanya Zeffina, "sebenarnya, teman-temanku memiliki kekuatan sihir yang hebat dengan menghilangkan kemampuan mata mereka, aku iri" ujar Seith dengan menunduk.
"Kamu memiliki mata kemampuan seperti pacarku, dan apa kamu tahu pacarku begitu hebat walaupun dia sedikit ceroboh. Iri itu hanya kata yang digunakan oleh seseorang yang tidak mampu, tapi kamu harus tahu apa yang kita punya itu sejatinya milik kita, kita tidak perlu mengikuti orang lain agar tampak kuat ataupun sama dengan mereka. Kita hanya perlu menunjukkan jati diri kita, orang yang kamu katakan hebat itu belum tentu benar ataupun sempurna, jadi untuk apa mengikuti orang yang belum tentu kepastiannya. Bisa-bisa kamu tersesat" ujar Zeffina yang amat panjang.
"Tahu apa kamu!" ketus Seith, "kamu hanya pendatang, kamu tidak tahu apa-apa" ujar Seith dengan membalikkan tubuhnya. "Tunggu saat nanti kamu bertemu dengan temanku, akan aku perlihatkan siapa kami" ujar Zeffina.
***
"Zeffina berada di Hutan gaib, tempat orang-orang melakukan ritual. Bahaya jika dia bertemu dengan orang yang dapat melakukan sihir hitam level 9" ujar Steny yang dengan cepat berlari, meloncati pohon ke pohon dan berguling ke sana ke mari, membuat dirinya tampak seperti ninja yang sesungguhnya.
"Lihat, orang-orang yang melakukan ritual itu. Memang Roh itu membantu mereka dengan memberikan kekuatan sihir, tetapi mereka tidak tahu bahwa roh itu telah dikendalikan untuk mengambil mata kemampuan mereka dan juga mereka akan terbunuh secara perlahan-lahan" gumam Steny melihat sekumpulan orang yang tengah melakukan ritual, di mana ritual ini dilakukan di malam hari.
"Zeffina, sepertinya itu dia! Karena tidak mungkin ada orang yang menyalakan api di tempat seperti ini" ujar Steny melihat kepulan asap di antara pepohonan yang tinggi itu.
***
"Ini sudah malam, bagaimana kita mencari penginapan?" tanya Lily yang kebingungan, "ayo kita bertanya, mungkin saja masih ada orang yang tidak mempunyai kekuatan sihir di sini" ujar Antha. Mereka pun akhirnya menuju sebuah desa yang lumayan ramai di malam hari, desa itu di penuhi dengan orang-orang memakai jubah, walaupun tudung jubah mereka sengaja di buka. Seluruh warga di sini memiliki kulit tubuh putih pucat, bibir merah layaknya seperti vampire dan mata mereka tampak terlihat tajam dengan mata yang sedikitnya berwarna hitam.
"Seperti vampire, jika ada Zeffina pasti dia menyukainya" ujar Lily yang mengingat Zeffina, "tapi sekarang dia tidak akan menyukainya jika dia tersesat sendiri" ujar sedih Steve.
"Sudahlah, kamu tahu Zeffina itu tahu apa yang harus dia lakukan" ujar Stella, "walaupun dia menyukai hal-hal berbau horror" ujar Stella lagi.
"Aku rasa kita perlu bertanya kepada seseorang yang memiliki mata kemampuan" ujar Antha, "seperti apa?" tanya Siren, "lihatlah, jika ada seseorang memiliki mata berwarna hitam, berarti dia memiliki kekuatan sihir, dan jika kalian melihat orang dengan bola mata berkemampuan tetapi sedikit pudar berarti dia juga memiliki kekuatan sihir. Jadi carilah orang yang memiliki mata kemampuan yang tampak sempurna" ujar Antha, mereka pun hanya mengangguk.
"Hempaskan para Penyihir!!" teriak seseorang, "Hentikan ritual tidak bermakna itu!!!" teriaknya lagi, "jangan biarkan mata kemampuan kita menghilang!!" teriak orang itu. Wanita dengan rambut kuning gelap, dengan mata berwarna putih, tampak tidak menyukai keadaan di Kerajaan itu.
"Lihatlah dia, kurasa kita bisa mendapatkan informasi darinya" ujar Antha dengan menatap wanita itu, "kamu benar, kalau begitu biar aku saja yang ke sana. Aku bisa melakukannya" tawar Lily.
"Baiklah, tetapi berhati-hatilah" ujar Bryan yang mempercayai Lily yang ramah ke setiap orang, Lily pun langsung tersenyum dan dengan segera dia berlari ke arah wanita itu, dengan adanya beberapa orang yang sepertinya mendukung wanita berambut kuning itu.
"Permisi" ujar Lily dengan menyentuh bahu wanita itu, "Ya, ada apa?" tanya wanita itu yang dengan segera merespon Lily, "apa kamu tahu dimana penginapan di sini?" tanya Lily dengan tersenyum lebar, "penginapan? Apa kamu memiliki kemampuan sihir? Jika punya maaf kami tidak bisa membantumu" ujar wanita berambut kuning gelap itu dengan menatap tajam Lily. Lily pun membuka tudungnya.
"Bukan, aku berasal dari luar Kerajaan Marvick dan aku sedang mencari penginapan yang tanpa adanya orang yang memiliki sihir" ujar Lily, "Oh, benarkah? Berarti kamu bertemu dengan orang tepat. Tetapi maaf penginapan di sini penuh dengan orang-orang yang memiliki kekuatan sihir, jadi hemm" orang itu langsung berpikir. "Bagaimana jika kamu menginap di tempatku" ujar wanita berambut kuning gelap itu, "maaf sebelumnya, tetapi aku tidak sendiri aku bersama dengan teman-temanku" ujar Lily.
"Lebih bagus lagi, kalian bisa menginap di tempatku. Karena tempatku cukup luas" ujar wanita itu dengan tersenyum, "benarkah, terima kasih banyak" ujar Lily tersenyum. Dengan segera Lily memberitahu yang lainnya dan hingga akhirnya mereka mengikuti wanita itu.
***
"Apa kamu memiliki sesuatu? Aku sangat lapar" ujar Zeffina dengan memegang perutnya itu, "tunggu" Seith mengecek sesuatu di pinggangnya, karena ada ransel yang terkait di sana.
"Ini" Seith mengeluarkan sebungkus Roti dan memberikannya kepada Zeffina, "Oh Roti" ujar Zeffina yang begitu bahagia melihat Roti itu untuk mengisi perutnya, Zeffina pun segera mengambillnya tetapi dengan cepat Seith menarik kembali Roti itu.
"Eitts" ujar Seith, "jika kamu menginginkannya beritahu aku dulu, dimana tempat Roh Kuat berada" tawar Seith, "tidak mau!" ujar Zeffina.
"Kenapa?" tanya Seith heran, "karena kamu melakukannya karena iri" jawab Zeffina.
"Tetapi kan –dan tiba-tiba saja Roti itu mendadak terdorong ke arah Zeffina dengan sendirinya, "Oh" Zeffina tampak tersenyum, berbeda dengan Seith yang tampak kaget.
"Terima kasih, aku akan memakannya dengan lahap" ujar Zeffina ke arah sampingnya, yang dilihat oleh Seith, Zeffina sedang berbicara sendiri.
"Roh anak-anak ini sangat baik ya" ujar Zeffina yang langsung memakan roti itu, "beritahu aku sekarang juga!!!" teriak marah Seith.
"Bugh!" seseorang tiba-tiba datang dari arah atas. Karena kegelapan malam, Zeffina dan Seith tidak dapat melihat orang itu. "Apa itu?" tanya Seith yang sedikit kaget.
"Hei! Apa kamu Roh? Ataukah kamu Makhluk lain?" tanya Zeffina yang langsung berdiri, begitupun dengan Seith. "Hihihihihihihihihi!" Steny memutar rekaman suara tawa kuntilanak yang membuat Zeffina seketika tertarik.
"Suara apa itu? Kenapa tampak menyeramkan?" tanya Seith sedikit ketakuan, "Wow, bagaimana bisa Kuntilanak mengungsi ke Planet Zaverius?" tanya bahagia Zeffina. "Sedang tersesat, tetapi tetap saja kamu selalu bahagia" ujar Steny yang langsung menampakkan dirinya.
"Putri Steny, ahh ternyata itu kamu. Aku kira benar-benar ada Kuntilanak di sini" ujar Zeffina, Steny pun langsung memeluk Zeffina, "Untungnya kamu selamat" ujar Steny dengan tersenyum. Melihat hal itu Seith tampak kaget melihat seorang wanita berpakaian hitam mengkilap dengan rambut Cyan yang tampak bercahaya.
"Wow, bagaimana bisa ada wanita seperti itu?" gumam Seith yang tidak dapat menyembunyikan matanya yang membesar itu. "Siapa dia?" tanya Steny melihat seorang pria berdiri di hadapannya karena Zeffina membelakangi Seith.
"Namanya Seith, aku bertemu karena saat melintasi lingkaran cahaya itu, dan aku tidak sengaja menimpanya" ujar Zeffina memberitahu Steny, "tetapi dia baik-baik saja kan?" tanya Steny.
"Tidak apa-apa aku baik-baik saja" ujar gugup Seith.
"Dan katanya, Dia itu sepupu dari Pangeran Kerajaan Marvick" ujar lagi Zeffina, "Oh, benarkah kalau begitu kebetulan, aku ingin bertemu dengannya" ujar Steny. "bertemu dengannya? Ada urusan apa?" tanya Seith yang tampak penasaran.
"Perkenalkan, aku Steny. Putri dari Kerajaan Lozency" ujar Steny memperkenalkan dirinya, "benarkah? Apakah kamu putri yang dibicarakan oleh Wanita bernama Zeffina ini?" tanya Seith tidak percaya, "Ya itu benar" jawab Steny, "tetapi kamu tidak terlihat seperti seseorang yang pemarah?" ujar Seith dengan menatap Steny.
"Zeffina" ujar Steny dengan kesal, dengan segera Zeffina langsung berlari kebelakang Seith.
***
Hallo apa kabar?
Bingung mau ngomong apa, yang pasti saya selalu Meminta maaf dan Berterima kasih kepada kalian semua... Readers terbaik tanpa Silent, Ups!
Saya Up lebih awal yang biasanya Malam Senin
Entah itu hal baik atau buruk bagi kalian, yang pasti saya selalu berterima kasih
Crystal Eyes baru mencapai 43 bagian
Yang sekiranya, perlukah di perpanjang lagi? Dengan alur yang sedikit aneh?
55? Or 60? Or 65? Or 70?
BAGIAN???
How are you Multieyes? Lucy? Bibi Jenny? Kent? Kenny? Leonard? Lezzy? Viona? Bahkan Ryzid?
Apa mungkin saya terlalu fokus kepada Steny dan yang lainnya?
Tunggu lah dan ingat kata-kata ini
"Ketika sebuah cermin menampakkan jati diri seseorang, dengan seseorang yang mencoba menyelamatkan temannya dengan cara salah. Apakah mereka akan berakhir dengan baik?"
Tunggu
GentaHued_Deune