Married by Accident

By litmon

5.2M 382K 57.6K

[ver. belum di edit] Jeon Jungkook dan Shin Jinri adalah tetangga yang terkenal selalu tidak akur. Jeon Jungk... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Litmon Info (Harap dibaca)
Chapter 22
Chapter 23
Pengumuman (Wajib Baca)
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
ask_litmon
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Pengumuman
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Tolong dibaca :'v
Chapter 59
OPEN ORDER MBA versi PDF

Chapter 52

22K 2.8K 290
By litmon

Jungkook dan Jinri sama-sama menghempaskan diri mereka ke sofa dengan helaan napas lelah. Mereka berdua baru saja membantu Hana dan Namjoon. Seminggu yang lalu Hana melahirkan dengan normal dan hari ini adalah hari Hana keluar dari rumah sakit dengan membawa keluarga baru ke rumah.

Mereka juga membuat pesta penyambutan dan makan siang keluarga. Ya... keluarga Jeon memang suka membuat acara makan bersama jika hari-hari spesial apalagi ini adalah kehadiran cucu pertama dari keluarga Jeon dan keluarga Kim.

"Sudah seminggu dan aku melihat wajah Harang semakin mirip dengan Namjoon Oppa." celetuk Jinri.

"Kupikir juga begitu. Aku tidak melihat kemiripan wajah Hana Noona dengan anaknya. Harang mengambil wajah Namjoon Hyung." Jungkook sejak keponakannya lahir sudah sadar jika wajah keponakannya itu lebih ke wajah Namjoon.

Setiap orang yang menjenguk Hana dan bayinya pasti mengatakan Harang sangat mirip dengan Namjoon. Hal itu sempat membuat Hana dongkol, ia mengatakan Namjoon yang tidak adil dan berbuat curang. Tentu saja itu langsung mengundang tawa semua orang.

"Oh ya, Jungkook-ah... bagaimana dengan acara kita?" tanya Jinri.

Karena hari ini Hana keluar dari rumah sakit setelah melahirkan, Jungkook dan Jinri menunda acara mereka berdua yang sebenarnya ingin dilakukan sejak pagi tadi. Hari ini sebenarnya adalah hari tepatnya satu tahun usia pernikahan mereka.

Jungkook melihat jam diponselnya. "Masih sempat. Bagaimana jika kita langsung mengundi menu makan malam?"

Mereka berdua sepakat merayakan hari ulang tahun pernikahan di rumah dengan sederhana. Tidak ada liburan spesial atau makan malam di restoran mewah. Cukup menghabiskan waktu berdua dan makan malam di rumah dengan makanan yang mereka siapkan sendiri.

Untuk makan malam, mereka membuat undian atas saran Jinri. Mereka berdua masing-masing menulis tiga makanan yang ingin mereka makan hari ini lalu memilihnya secara acak.

Giliran pertama adalah Jungkook, ia terlihat langsung mengambil gulungan kertas nomor 2 milik Jinri tanpa pikir panjang. Aturan mainnya adalah ia harus memasak sendiri menu makanan yang sudah ia pilih tanpa protes. Begitu pun Jinri, ia harus memilih satu dari tiga menu makanan yang diinginkan Jungkook lalu memasaknya untuk makan malam.

Jika Jungkook langsung mengambil tanpa pikir panjang berbanding terbalik dengan Jinri yang terlihat penuh dengan pertimbangan ketika memilih kertas gulungan milik Jungkook. Ia harus tetap siaga setiap saat karena siapapun tahu jika suaminya itu usil. Jadi tidak menutup kemungkinan Jungkook menulis menu makanan yang tidak masuk akal diantara tiga kertas gulungan itu.

Butuh sekitar 7 menit bagi Jinri memilih hingga Jungkook pun mengeluarkan protesnya. Mereka bisa telat berbelanja jika Jinri semakin lama mengulur-ulur waktu. Waktu mereka tidak cukup banyak mengingat ini sudah jam 2 siang.

"Baiklah, kita buka sama-sama." ucap Jungkook dengan tangannya yang sudah membuka setengah gulungan dari kertas yang ia pegang.

Jinri membukanya dengan pelan. Ia berdoa di dalam hati semoga menu yang diinginkan Jungkook adalah menu makanan yang dapat ia masak. Bisa saja lelaki itu tiba-tiba menulis menu makanan Meksiko atau dari negara lainnya yang tidak ia ketahui.

Kenapa ia sampai berpikir seperti itu karena tadi pagi ia sempat mengintip riwayat pencarian Jungkook di google. Lelaki itu membuka menu-menu makanan khas Meksiko. Ia jadi berpikir jika Jungkook tengah mencari bahan untuk mengusilinya.

"Carbonara."

"Dakbal."

Mereka berdua sama-sama menyebut menu makanan yang tertulis di dalam kertas. Jungkook terlihat langsung menggaruk lehernya sambil menatap kertas yang tengah ia pegang dan Jinri membaca berulang-ulang menu makanan yang ditulis oleh Jungkook. Apa lelaki itu tidak salah? Ia menulis Dakbal.

"Da⎯Dakbal? Kau ingin makan Dakbal, Jungkook-ah?" tanya Jinri masih tidak percaya.

Jungkook mengangguk. "Mm... aku sudah lama tidak makan Dakbal setelah kedai Dakbal di depan kampus kita tutup."

Jinri menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal sama sekali. "Bukannya menu makanan dari Meksiko?"

Ini jauh dari dugaannya. Dari sekian banyak menu makanan, Jungkook hanya meminta Dakbal padanya. Ia bukannya tidak bersyukur hanya saja lelaki itu selalu membuatnya terkejut dengan segala sikap dan keinginannya yang diluar ekspektasi.

Kerutan didahi Jungkook terlihat dengan jelas. Untuk apa ia meminta menu makanan Meksiko?. "Tidak. Aku hanya ingin Dakbal. Bahkan aku menulis Dakbal di dua kertas lainnya."

Jinri terperangah. Ia mengambil dua kertas lainnya dan benar. Semuanya Dakbal. "Tapi... aku melihat kau mencari info tentang makanan khas Meksiko itu diponselmu tadi pagi." Ia menjeda kalimatnya. "jadi... kupikir... kau sengaja ingin mencari bahan untuk mengusiliku."

Jungkook terlihat mengingat-ngingat sesuatu. "Oh... itu. Bukan aku yang mencarinya tapi Namjoon Hyung. Tadi pagi ia meminjam ponselku untuk mencari info restoran khas makanan Meksiko. Katanya untuk menjamu rekan bisnisnya." ia tertawa. "mana mungkin aku begitu. jika aku mengusilimu sekarang, mungkin makan malam kita bisa batal begitu saja."

Ah... ya, jika masalah makanan Jungkook tidak akan macam-macam. Apalagi jika ada makanan yang memang ia inginkan. "Mungkin saja. Dan... omong-omong kenapa Dakbal? Kau bahkan menulis semua dakbal diketiga kertasnya?"

"Karena aku hanya ingin makan itu."

"Dihari ulang tahun pernikahan kita?"

Jungkook menoleh, ia menatap Jinri kembali dengan kerutan didahi. Dari cara bicara Jinri sepertinya wanita itu kurang setuju dengan menu makanan yang ia inginkan.

"Ya... kau keberatan?" tanyanya.

Jinri dengan cepat menggelengkan kepala. "Tidak... aku tidak keberatan. Aku hanya terkejut dengan makanan yang kau inginkan."

Jungkook sebenarnya juga terkejut dengan makanan yang diinginkan Jinri. Ia terkejut karena sebenarnya ia tidak bisa dan tidak pernah membuat Carbonara. Memang beberapa hari ini ia sudah mempelajari beberapa resep masakan yang sekira disuka oleh Jinri namun tidak dengan Carbonara. Ia hanya mempelajari masakan rumahan yang biasa dimasak oleh Jinri dan beberapa resep kue.

Ia kurang persiapan.

"Ngomong-ngomong bagaimana denganmu? Apa kau tidak keberatan membuat Carbonara untukku? Kau bisa, kan?" tanya Jinri lagi. Ia sempat melihat Jungkook kebingungan tadi.

"Tidak... aku bisa membuatnya. Aku tidak keberatan. Jika kau ingin Carbonara, aku akan memasakkannya untukmu." Jawab Jungkook dengan percaya diri.

Ia berkata seperti itu hanya karena egonya padahal ia tidak punya pengetahuan apapun tentang masakan yang bernama Carbonara. Jujur saja ia hanya bisa makan tanpa memperpedulikan bagaimana cara membuatnya. Haruskah ia menanyakan resepnya pada Hana kakaknya?

Tidak... tidak. Jika ia bertanya pada kakaknya bukan resep ia dapat tapi ejekan.

-00-

Jungkook kembali dari ruang studionya dengan membawa paper bag ke ruang tengah. Ia mengatakan pada Jinri ia memiliki kejutan. Lelaki itu membawa paper bagnya itu dengan senyum lebar.

"Kau mengatakan kau ingin memakai baju couple, bukan?" tanya Jungkook. Ia duduk disebelah Jinri dengan tangannya yang masih memeluk paper bagnya.

Jinri mengangguk. Ia menatap paper bag yang dipegang Jungkook dan mulai menebak-nebak isinya. Apa Jungkook membeli baju couple untuk mereka? Jika benar, maka itu adalah sebuah keajaiban.

"Apa ini baju couple?" tanya Jinri dengan antusias.

"Kau bisa lihat sendiri." Jungkook memberikan paper bag itu pada Jinri.

Jinri dengan senyum lebar menerima paper bag itu dari Jungkook lalu membukanya dengan cepat. Awalnya Jinri terlihat langsung berbinar-binar saat melihat isi paper bag tersebut. Benar dugaannya isinya adalah Hoodie couple berwarna putih. Namun, saat ia melihat gambar di kedua Hoodie itu matanya langsung melotot terkejut.

"Apa kita berdua akan memakai Hoodie ini saat pergi belanja juga?" Jinri berharap tidak karena gambar pada Hoodie itu sangat konyol.

"Ya... tentu saja." jawab Jungkook santai.

Jinri terperangah. Ia menatap Hoodie itu dan Jungkook secara bergantian. Mana ada pasangan yang memakai Hoodie dengan gambar wajah jelek pasangannya dihari ulang tahun pernikahan. Jika ada, itu adalah dirinya dan Jungkook.

Ini konyol. Sangat konyol sekali.

"Bagaimana bisa kau membuat kita berdua memakai Hoodie konyol ini dihari ulang tahun pernikahan kita yang pertama?" omel Jinri. "wajahku bahkan terlihat mengerikan di Hoodie itu dibandingkan wajahmu."

Wajahnya benar-benar terlihat jelek dan mengerikan. Jungkook membuat Hoodie dengan gambar wajahnya saat menangis dan itu foto close up. Sedangkan satunya foto wajah close up Jungkook dengan wajah berantakan. Ia ingat foto itu diambil saat Jungkook tengah sibuk menyusun tugas akhirnya.

Saat itu Jungkook bahkan tidak bercukur dan rambutnya dibiarkan acak-acakan. Lelaki itu sudah seperti gelandangan. Jinri bahkan sempat menyeret Jungkook untuk pergi mandi dan bercukur saat itu namun berakhir menjadi pertengkaran karena lelaki itu tidak bergeming sama sekali dari depan komputer dan tumpukan bukunya.

Namun, jika ia bisa jujur, Jungkook masih terlihat tampan walaupun tidak mandi berhari-hari dan tidak bercukur. Oleh karena itu ia protes jika itu bukan foto terjelek Jungkook. Ya... sebenarnya dimatanya Jungkook tidak pernah jelek difoto.

"Kata siapa wajahmu mengerikan digambar ini? Kau terlihat menggemaskan disini. Coba kau lihat bibir cemberutmu." Jungkook menunjuk bibir cemberut Jinri digambar Hoodie itu. "aku suka dengan gambar ini.

"Tapi aku tidak. Yang kau lakukan ini sama saja menyebar aib istrimu sendiri." protes Jinri.

Jungkook tertawa. "Ya! Jangan berlebihan begitu. Dimataku kau tetap cantik dengan ekspresi apapun."

Jinri mendengus, pura-pura terlihat tidak terpengaruh dengan rayuan Jungkook walaupun didalam hati ia bersorak senang. Ia dengan sekuat tenaga menahan ekspresinya agar terlihat tidak tersipu.

Jungkook hanya menanggapi dengan senyum geli, ia tahu Jinri tengah mati-matian menyembunyikan semburat memerah dipipinya.

Ia berdiri dari tempat duduknya. "Sebaiknya kita ganti baju dan pergi berbelanja."

Jinri mengangguk pelan, wanita itu mengambil Hoodie miliknya lalu berdiri diatas sofa. Jungkook mengerutkan keningnya bingung melihat Jinri.

"Apa? Kenapa kau berdiri diatas sofa?" tanyanya.

Jinri merentangkan kedua tangannya. "Gendong aku sampai kamar."

Permintaan Jinri yang tiba-tiba minta digendong membuat Jungkook tidak bisa menahan senyum gelinya. Ia langsung memunggungi Jinri dan menyuruh wanita itu naik.

Jinri dengan senang langsung mengalungkan kedua tangannya dileher Jungkook. Tidak sulit bagi Jungkook untuk menggendong Jinri, yang sulit adalah ketika Jinri dengan sengaja meniup telinganya atau membisikkan kata-kata tidak jelas ditelinganya.

"Jangan menggodaku, Shin Jinri." peringat Jungkook, ia masih menghindari keusilan Jinri yang berusaha meniup telinganya.

Jinri hanya tertawa. Ia malah semakin menggencarkan niat mengusili Jungkook. Jarang ia dapat mengganggu lelaki itu. Biasanya Jungkook yang selalu lebih dulu mengganggunya bahkan sebelum ia menyusun rencana.

-00-

Tempat tujuan belanja Jungkook dan Jinri kali ini adalah pasar tradisional. Jungkook hanya ikut saja kemana arah yang ditunjuk Jinri. Entah kenapa kali ini Jinri ingin pergi ke pasar tradisional ketimbang ke supermarket dekat apartemen mereka.

Pasar tradisional cukup jauh dari tempat tinggal mereka, butuh sekitar 35 menit untuk sampai kesana jika menggunakan mobil tapi Jinri tetap bersikeras ingin berbelanja disana. Jadi Jungkook akhirnya lebih memilih mengiyakan saja daripada berdebat.

Ketika sudah sampai bukannya langsung keluar, Jinri malah terlihat masih diam ditempatnya duduk. Hal itu kembali mengundang kebingungan Jungkook. Apalagi pikirnya. Jangan katakan wanita itu berubah pikiran ketika mereka sudah jauh-jauh datang kesini.

"Jungkook-ah, kau yakin kita keluar dengan Hoodie ini?" tanya Jinri.

Ternyata Jinri masih mempermasalahkan Hoodie konyol mereka. Bagaimana bisa ia tidak memperdulikannya, setiap ia melihat foto wajahnya dihoodie yang dipakai Jungkook hatinya langsung sakit. Foto itu benar-benar jelek.

"Tentu saja. Kita sudah membuat perjanjian." sahut Jungkook sambil melepas seltbeltnya bersiap-siap untuk keluar.

Perjanjian? Jinri bahkan tidak tahu kapan mereka membuat perjanjian untuk memakai Hoodie bergambar foto konyol mereka. Ia hanya ingin baju couple biasa tanpa foto konyol mereka tapi Jungkook malah membuat ulah.

"Aku bahkan tidak tahu ada perjanjian seperti itu diantara kita." gumam Jinri sambil melepas seltbeltnya.

Jungkook hanya tertawa kecil. Setelah mereka keluar Jungkook langsung menggenggam tangan Jinri seperti biasanya. "Nikmati saja. Kita hanya bisa melakukan seperti ini sekali setahun."

Jinri langsung menoleh terkejut. "Jadi tahun depan kita akan menggunakan Hoodie seperti ini lagi?"

Melihat ekspresi terkejut Jinri membuat Jungkook kembali tertawa. Ia semakin gemas. "Mungkin tidak Hoodie lagi. Kita bisa membuat T-shirt atau jaket untuk tahun depan."

Yang benar saja? Jinri bahkan tidak mau membayangkan bagaimana ia dan Jungkook setiap tahun memakai pakaian konyol dihari ulang tahun pernikahan mereka.

-00-

Baru beberapa menit berbelanja, Jungkook sudah berisik menunjuk berbagai macam jenis makanan yang dijual disepanjang jalan bahkan lelaki itu sudah menenteng dua plastik berisi kroket dan pancake kentang. Padahal mereka belum sama sekali membeli bahan makanan untuk makan malam hari ini.

Jinri merasa semakin lama ia seperti membawa anak umur 5 tahun saat ini. Jungkook seperti bukan dirinya sendiri ketika melihat jejeran jajanan pasar di depan mereka. Percaya atau tidak sejak 30 menit yang lalu mereka masih berada di sekitar gerbang masuk pasar hanya untuk menikmati jajanan pasar.

Setelah puas menikmati jajanan, akhirnya mereka berdua melanjutkan acara belanja mereka yang sebenarnya dengan membawa daftar belanjaan masing-masing. Jungkook terlihat paling serius membaca daftar belanjaan miliknya. Ya... sepertinya lelaki itu sudah mendapatkan tenaga cukup untuk belanja dan memasak nanti.

"Jinri-ya... bagaimana jika kita memasak kepiting rebus?" Jungkook tiba-tiba berhenti di depan toko seafood. Matanya terlihat berbinar menatap kepiting-kepiting berukuran besar yang diletakkan didalan akuarium.

Jinri menghela napas. Ini sudah ketiga kalinya Jungkook berhenti di depan toko seafood dan daging lalu menyebut menu makanan yang ia inginkan pada Jinri.

"Bisakah kita fokus saja mencari bahan masakan yang sudah kita rencanakan? Uang belanja kita tidak cukup lagi jika membeli kepiting." sahut Jinri sedikit kesal. Mereka sudah membuat anggaran untuk acara ini dan sepakat untuk tidak belanja lebih dari anggaran yang ditentukan.

"Hah? Ayolah... kita tidak mungkin jatuh miskin hanya kepiting." Jungkook tetap bersikeras ingin kepiting. Ia bahkan sudah membayangkan bagaimana enaknya kepiting rebus buatan Jinri.

"Tidak." tolak Jinri. "ini yang paling tidak aku suka darimu, Jungkook-ah. Kau menyuruhku untuk berhemat tapi kau sendiri tidak tahu cara berhemat."

Jinri kembali mengeluarkan omelannya. Jungkook mungkin tidak tahu bagaimana susahnya membagi uang belanja agar cukup untuk keperluan mereka selama sebulan. Lelaki itu selalu seenaknya meminta sesuatu tanpa mengingat perkataannya sendiri.

"Kalau begitu pakai uangku saja. Beres, kan?" Jungkook langsung mengeluarkan dompetnya dan memberi uang pada Jinri. Hanya cara itu yang dapat membukam mulut cerewet istrinya itu.

Dan... benar saja. Jinri langsung diam dan menerima uang itu walaupun dengan wajah terlihat masih kesal. Dasar wanita pikirnya. Jika sudah menyangkut masalah uang, perang pun mungkin mereka hadapi.

-00-

Ternyata pemilik toko seafood itu sejak tadi memperhatikan perdebatan Jungkook dan Jinri. Ia menghampiri pasangan menggemaskan itu sambil tersenyum.

"Apa kalian ingin membeli kepiting? Ini baru saja datang." kata bibi pemilik toko dengan ramah.

"Ya, kami ambil lima ekor." sahut Jungkook dengan cepat sebelum Jinri membuka suara.

Jinri langsung menatap Jungkook sengit. "Apa? Lima ekor? Ya! itu terlalu banyak." bisik Jinri pada Jungkook dengan nada marah.

"Tolong, dua ekor saja, bibi." lanjut Jinri dengan senyum manis berbanding terbalik dengan ekspresinya pada Jungkook barusan.

"Dua ekor itu terlalu sedikit. Kenapa kau pelit sekali?" protes Jungkook ketika Jinri meralat perkataannya.

Jinri tidak mengubris protes Jungkook. Ia tetap membeli dua ekor kepiting. Jika menuruti keinginan Jungkook, mereka bisa saja tidak jadi membeli bahan makanan lainnya. Memangnya mereka ingin menjamu siapa hingga membeli lima ekor kepiting yang besarnya hampir sebesar wajah Jungkook bahkan mungkin lebih besar.

"Kekasihmu lucu sekali." komentar bibi pemilik toko itu pada Jinri.

Jinri terlihat langsung kikuk. Ia tersenyum salah tingkah. "Ia bukan kekasihku. Ia... suamiku."

Bibi pemilik toko itu terlihat terkejut. Ia kira pasangan di depannya ini sepasang kekasih namun ternyata pasangan suami-istri. Mereka berdua terlihat sangat serasi.

Jungkook mendengar pembicaraan Jinri dan pembicaraan bibi pemilik toko, ia diam-diam tersenyum. Baru kali ini Jinri secara terang-terangan mengakui hubungan mereka yang sebenarnya pada orang asing.

Entah kenapa ia merasa senang.

-TBC-

Bonus:

Continue Reading

You'll Also Like

158K 15.5K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
22.3K 7.3K 39
DI PUTUSIN PACAR GARA-GARA CILOK? -ALVARO BILEK
14.5M 644K 52
[SUDAH TERBIT. TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA INDONESIA!] Kisah Nadira Amanda yang HAMIL diusianya yang bisa dibilang muda, 17 tahun. Nadira hamil oleh...
121K 18.6K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...