Man In Black《Jaeyong》✔

By acel_kins-

404K 65.6K 12.3K

[Thiller] [Mature] [Crime] Taeyong sang detektif diharuskan menangkap seorang pembunuh bayaran yang memiliki... More

Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14

Part 6

22.8K 4.2K 886
By acel_kins-

APARTEMEN bernomor 666 itu kini sudah di penuhi oleh beberapa polisi dan juga wartawan. Sama seperti sebelumnya, telah terjadi pembunuhan di tempat tersebut.

Taeyong yang baru saja datang langsung masukㅡmenembus garis kuning polisi yang terbentang di ambang pintu. Ia tidak perduli dengan beberapa pekikan wartawan, kepalanya diisi oleh kekalutan saat ini. Maksudnya, Jung Chaeyeon? Oh Tuhan! Semua ini semakin membuat kepala Taeyong pusing setengah mati.

Tubuh Taeyong terkesiap saat melihat mayat sang gadis yang berada di dalam bathub kamar mandiㅡair di sekitar Chaeyeon sudah berubah warna menjadi merah pekat. Bau amis menguar begitu jelas, banyak polisi serta detektif yang lain mulai mengambil gambar untuk barang bukti.

Mata Taeyong berhenti pada tulisan besar di dinding yang terletak dekat bathub. Ia menggeleng tak percaya melihat tulisan itu, benar-benar gila!

Big Man Was Here

Sleep Well Jung Chaeyeon! :)


Siapa psikopat gila yang berani meninggalkan tulisan menggunakan darah seperti itu? Taeyong yakin pembunuh yang sekarang serta kemarin itu pasti berbeda.

"Mingyu!" ia memekik begitu melihat seorang polisi yang ia kenal mulai menyuruh beberapa bawahan untuk mengangkat jenazah Chaeyeon dari dalam bathub.


Yang di panggil dengan cepat menoleh dan langsung menghampiri Taeyong. "Ini berbeda, kali ini berbeda." suaranya terdengar begitu kalut.


"Aku tahu! Apakah kali ini ada jejak yang di tinggalkan?" tanya Taeyong penuh harap. Ia tidak bisa membiarkan teman-teman terdekatnya terbunuh seperti ini. Apalagi jika Mingyu, Ten atau pun Doyoung yang terbunuh. Taeyong yakin ia pasti akan gila!

Mingyu menggeleng frustasi, ia mengigit punggung tangannya sendiri. "Kami belum menemukan apapun, semuanya bersih. Terlihat seperti pembunuhan berencana, kali ini bukan Man In Black, tapi Big Man. Aku yakin mereka pasti berhubungan, kata man yang digunakan terlalu familiar."


Nafas Taeyong memburu. Benar, kedua penjahat itu pasti memiliki hubungan karena kata Man yang digunakan terasa begitu familiar, dan juga keduanya sama-sama tidak pernah meninggalkan barang bukti. Membuat reputasi polisi dan juga detektif menjadi jelek di mata masyarakat karena tidak berhasil mengatasi semua masalah pembunuhan ini.


"Aku akan menyuruh Ten untuk ikut mengotopsi jenazah, dan Doyoung untuk menggeledah tempat ini. Siapa tahu ada yang terlewat kan?" ujarnya. Sebenarnya Taeyong sampai lebih dulu karena ia tidak bisa tenang begitu Mingyu menelepon, Ten serta Doyoung mungkin masih berada di jalan.


Mendengar itu Mingyu mengangguk. "Sebaiknya memang begitu, kita tidak bisa membiarkan ini semua terus terjadi. Hal seperti ini meresahkan masyarakat."

Lagi pula, Mingyu tak habis pikir. Sudah berapa kali terjadi kasus pembunuhan berencana seperti ini tapi mereka belum sekali pun menemukan barang bukti? Semuanya terasa begitu gila! Kepala Mingyu bahkan pusing memikirkan semua kemungkinan ini.


Tubuh Taeyong tersentak saat melihat mayat Chaeyeon yang sudah membiru dengan banyak tusukan yang menghiasi tubuhnya. Bahkan di pipi serta dahi wanita itu ada bekas tusukan pisauㅡTaeyong yakin pembunuh nya pasti seorang psikopat yang gila!


"A-apa yang terjadi?" nada suaranya bergetar; matanya tak lepas memandangi tubuh Chaeyeon yang mulai di masukkan ke dalam kantung hitam.


Mingyu bergidik ngeri. "Aku yakin dia di tikam lebih dari lima puluh kali, banyak sekali bekas tusukan di tubuhnya."


Memejamkan mata, Taeyong mencoba untuk tidak terpengaruh dengan semua itu. Aliran darahnya mengalir dengan deras dan Taeyong takut jika ia akan mengeluarkan darah dari hidung jika terus seperti ini. Semua hal seperti ini terlalu mengerikan baginya.

Drrrttt Drttttt


Berdehem, Taeyong mengambil ponsel dan memberi isyarat pada Mingyu. Ia keluar dari dalam kamar mandi lalu menempelkan benda pipih tersebut di telinga.

"Halo?"


"Hyung, ini Jungwoo. Aku sudah menemukan pemilik dari peluru serta nomor seri pistol yang kau berikan tadi."

Jantung Taeyong berdegup dua kali lebih cepat saat ini. "Aku kesana sekarang." ujarnya, lalu mematikan sambungan secara sepihak.


Ini harus cepat selesai, Taeyong akan bekerja keras agar semua hal gila ini berakhir.


"Doyoung! Ten!" pekik Taeyong begitu melihat kedua rekannya memasuki unit apartemen milik Chaeyeon.


Doyoung dan Ten segera menghampiri Taeyong. Nafas mereka terengah karena berlari menggunakan tangga darurat, habisnya terlalu ramai di lift. Semua sudut apartemen itu di penuhi oleh wartawan.


"Ada apa hyung?" tanya mereka serempak.


"Ten, kau ikut ke rumah sakit untuk mengotopsi jenazah dan Doyoung, tolong geledah tempat ini. Cari semua barang bukti yang bisa di temukan, sidik jari atau pun jejak kaki. Kita harus bekerja keras." titahnya membuat Doyoung dan Ten otomatis mengangguk patuh.


"Hyung mau kemana?" tanya Doyoung bingung saat melihat Taeyong yang sepertinya terburu-buru.


"Kantor, Jungwoo sudah menemukan sesuatu. Aku pergi dulu." setelah itu ia menepuk sekilas pundak Ten dan Doyoung lalu berlari keluar dari unit apartemen Chaeyeon.


***


Jungwoo memberikan selembar kertas pada Taeyong. "Ini, Hand Gun jenis Viracrate Brancloin yang di produksi pada tahun 1889, peluru perak yang di gunakan sangat cocok untuk senjata sejenis ini." ia memberikan foto senjata tersebut pada Taeyong.


"Nomor seri?"


"149990, aku tidak yakin siapa pemilik senjata ini. Ada beberapa nama yang tertera, senjata jenis ini cukup mematikan. Lihat," Jungwoo menunjuk kepala peluru yang bisa di putar dan di buka, "tempat ini bisa di masukkan racun." jelasnya membuat Taeyong terperangah.


Jadi, benda dari jaman kuno lagi ya? Walaupun tidak sekuno racun dan juga pena.


"Nama pemilik, Jung Yunho, Jung Jaejoong dan Jung Minhyung?" ia menatap lembar kertas tersebut dengan ekspresi tak percaya, bagaimana bisa? Satu Marga?


"Aku bertaruh jika senjata ini di wariskan kepada keturunan. Aku telah menyelidiki bahwa Jung Yunho dan Jung Jaejoong sudah meninggal dua tahun lalu dalam kecelakaan pesawat. Saat ini kedua tubuh orang itu masih belum di temukan karena pesawat terjatuh di segitiga bermudaㅡtengah laut." jelas Jungwoo sembari menunjukan laptopnya pada Taeyong. Artikel di dalam laptop itu menampilkan tentang kecelakaan pesawat yang menewaskan sekitar 280 orang berserta semua kru pesawat.


Kening Taeyong berkerut. "Bagaimana dengan Jung Minhyung?"


Jungwoo berdehem. "Masih hidup, tinggal bersama hyungnya."


Lagi-lagi Taeyong merasa begitu bingung. "Lalu kenapa tidak kakak nya saja yang mewarisi senjata itu?"


Kedua bahu Jungwoo terangkat; tanda jika ia tidak mengetahui hal tersebut. "Hanya itu yang bisa aku dapatkan, Jung Minhyung berumur dua puluh satu tahun sekarang." jelasnya, membuat Taeyong mengangguk paham.


Sepertinya ini akan menjadi hari yang sangat panjang. Secepatnya Taeyong harus menemukan Jung Minhyung untuk diinterogasi.


"Terimakasih Jungwoo." ia berdiri dan memberi hormat pada Jungwoo lalu tertawa kecil, sedangkan lelaki bermarga Kim itu tidak bisa menahan senyumnya saat melihat Taeyong yang memberi salam seperti itu.


Di kertas yang Taeyong genggam saat ini, sudah ada keterangan dimana lelaki bernama Jung Minhyung itu tinggal dan yang membuat Taeyong semakin bingung adalah, tempat tinggal Minhyung berada di ujung gang kecil tempat toko antik itu berada.


"Jung MinhyungㅡJung Jay?" langkah Taeyong terhenti saat menyatukan kedua nama itu. Tubuhnya bergetar, apa semua ini berhubungan? Pemilik toko antik yang menjual racun serta pena dan juga adiknya yang memiliki senjata dari tahun 1889.


Nafas Taeyong memburu, dengan tergesa ia berlari masuk ke dalam mobil dan menginjak pedal gas dengan kekuatan penuh.


Ini semua pasti berhubungan.


***


"Maaf, tapi apakah Jay ada?" Taeyong menatap datar lelaki tinggi di hadapannya. Lelaki yang sama yang pernah ia temui di dalam toko antik milik Jay.


Sebenarnya Taeyong tidak ingin kembali kesini semenjak kejadian ciuman itu, tapi ini mendesak! Sangat mendesak.


Lelaki berambut cepak di hadapan Taeyong mengernyit. "Jay ada keperluan, jadi aku yang menjaga toko. Memangnya kenapa?"


Menelan ludah, kening Taeyong berkerut. "Kalau begitu, pertemukan aku dengan Jung Minhyung."


"Pardon?"


"JUNG MINHYUNG!" Pekik Taeyong kesal. Semua kegilaan ini sudah membuat emosi Taeyong tidak bisa di kendalikan. Ia harus cepat menemukan semua orang-orang yang berhubungan.


Lelaki berambut cepak ituㅡLucas menatap Taeyong dengan remeh. "Maaf, tapi ini sudah melenceng terlalu jauh. Ada urusan apa kau dengan Jung Minhyung?"


Gigi Taeyong bergemeletuk, kedua tangannya mengepal hingga buku-buku jarinya memutih. "Pertemukan. Aku. Dengan. Jung. Minhyung." ia menekankan setiap katanya.


"Tidak bisa."


"BERENGSEK!" Ia mengulurkan kedua tangan untuk mencengkram kerah baju Lucas. Tidak perduli jika tinggi tubuh mereka yang jauh berbeda, Taeyong tidak bisa menahan semua ini lebih lama lagi. Ia sudah muak!


"Easy Man, what's wrong with you?"


Suara pintu terbuka membuat Taeyong dengan cepat mendorong tubuh Lucas hingga lelaki itu terhempas ke samping, dan kini tatapan mata Taeyong bertemu dengan netra cokelat milik Jay.


"Jung Jay, aku perlu bertemu dengan adikmuㅡJung Minhyung." geram Taeyong marah; berhasil membuat sebelah sudut di bibir Jaehyun terangkat; membentuk seringai.

Tbc


Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 162K 28
Jaehyun adalah Seorang Dokter muda dan Juga Duda Muda yang memiliki dua Anak bernama Mark Jung berumur empat tahun dan Jung Jeno tiga tahun. Dia mend...
415K 7.8K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.
274K 31.6K 22
(1st #Thantophobia 18 Juni 2020) Jaehyun yang tak bisa membedakan antara cinta dan obsesi. Taeyong berada tepat di genggaman tangannya, membuat kekas...
286K 22.2K 102
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...