Married by Accident

By litmon

5.2M 382K 57.6K

[ver. belum di edit] Jeon Jungkook dan Shin Jinri adalah tetangga yang terkenal selalu tidak akur. Jeon Jungk... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Litmon Info (Harap dibaca)
Chapter 22
Chapter 23
Pengumuman (Wajib Baca)
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
ask_litmon
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Pengumuman
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Tolong dibaca :'v
Chapter 59
OPEN ORDER MBA versi PDF

Chapter 51

21.8K 2.9K 139
By litmon

Universitas tempat Jungkook dan Jinri berkuliah hari ini sangat ramai karena Universitas mereka tengah mengadakan upacara kelulusan bagi mahasiswa-mahasiswa yang telah menempuh ujian akhir. Dari ribuan mahasiswa yang lulus, Jungkook adalah salah satu mahasiswa yang lulus tahun ini. Tidak tanggung-tanggung ia berhasil lulus dengan predikat cumlaude.

Memang tidak ada yang bisa diragukan lagi dengan kemampuan dan prestasi Jungkook. Oleh karena itu juga ia berhasil mendapatkan beasiswa melanjutkan sekolah disalah satu Universitas terkenal di Amerika. Proses mendapatkan beasiswa itu tidak mudah, Jungkook harus mengalahkan puluhan mahasiswa yang tidak kalah berprestasi dengannya untuk mendapatkan beasiswa tersebut.

Banyak yang mempergunjingkannya di belakang ketika namanya berada dipaling atas kandidat mahasiswa yang mendapatkan beasiswa. Banyak yang mengatakan Jungkook menggunakan cara curang untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Namun, bukan Jungkook namanya jika tidak bisa membukam mulut-mulut yang membicarakannya. Ia berhasil lulus dengan nilai sempurna dan bahkan mendapatkan penghargaan dari Universitas karena prestasinya.

Menyusul keberhasilan Jungkook, Jimin dan Taehyung pun tidak mau kalah. Mereka berdua juga berhasil wisuda tahun ini. Taehyung berhasil mendapatkan predikat cumlaude menyusul Jungkook sedangkan Jimin tetap santai dengan nilainya yang gagal mencapai cumlaude.

Jimin sudah tahu akhir dari nilai-nilainya. Bukan ia tidak mampu, hanya saja ia lebih mementingkan bisnis cafenya daripada perkuliahannya. Ia cukup keteteran membagikan waktunya anntara bisnis dan kuliah. Jadilah ia hanya dapat menyaksikan kedua sahabatnya mendapatkan predikat nilai sempurna.

-00-

Jinri sedikit menjauh dari Jungkook dan mertuanya yang sedang berbicara dengan Jimin dan keluarganya. Ia melihat sekeliling barangkali dapat bertemu dengan Yerin. Sejak tadi ia mencari-cari keberadaan sahabatnya itu. Yerin pasti hadir karena Taehyung juga wisuda hari ini. Ia mencoba menghubungi ponsel Yerin tapi nihil. Ponselnya tidak aktif.

Setelah ia ingat-ingat, ia juga tidak melihat Taehyung dan keluarganya. Biasanya Taehyung selalu tidak terpisahkan dari Jungkook dan Jimin. Tapi sejak tadi hanya Jimin dan keluarganya saja yang terlihat.

Jinri mencoba sekali lagi menghubungi ponsel Yerin namun tetap sama. Ponselnya masih tidak bisa dihubungi. Yerin memang akhir-akhir ini bersikap aneh. Sahabatnya itu seperti mencoba menghindar padanya. Hal itu mau tidak mau membuat Jinri curiga jika ada yang tengah disembunyikan oleh Yerin. Apalagi mengingat hubungan Yerin dan Taehyung memang tengah bermasalah.

"Taehyung lebih dulu pulang. Sepertinya masalah keluarganya semakin runyam. Aku melihat hanya Jin Hyung yang hadir tadi." itu suara Jimin yang tengah berbicara pada Jungkook. Perkataan Jimin seolah-olah menjawab rasa penasaran Jinri. Pantas saja ia tidak bertemu dengan Yerin maupun Taehyung. Mungkin Yerin tadi hadir namun pulang lebih awal pikir Jinri.

Jungkook menghela napas. "Aku harap ia tidak melakukan hal nekad untuk menentang orangtuanya."

Jimin mengangguk setuju. "Kuharap begitu. Aku juga sangat berharap ia menghentikan kebiasaan kabur dari rumah ketika ia bertengkar dengan orangtuanya. Aku sudah masuk blacklist ayahnya karena Taehyung selalu kabur ke cafeku."

Jinri semakin khawatir ketika mendengar obrolan Jungkook dan Jimin. Sepertinya Yerin juga tengah mendapatkan masalah. Setahunya orangtua Taehyung memang tidak menyetujui hubungan Taehyung dan Yerin.

Ia kembali membuka kontak Yerin dan meninggalkan pesan untuk sahabatnya itu. Jungkook memang melarangnya untuk ikut campur masalah Taehyung dan Yerin tapi ia tidak mungkin langsung mengabaikan sahabatnya begitu saja. Paling tidak ia bisa menjadi tempat Yerin bercerita dan berkeluh kesah.

-00-

Yuri menghentikan langkahnya lalu bersembunyi diantara kerumunan orang. Ia berniat memberikan bunga dan memberikan selamat pada Jungkook namun dengan cepat ia urungkan ketika melihat orangtua Jungkook dan Jinri tengah bersama Jungkook.

Mereka sedang berfoto bersama. Ia juga melihat ada Hana dan Namjoon yang baru datang. Menunjukkan dirinya ada disini sama saja membawa dirinya ke dalam masalah. Keluarga Jungkook sangat membencinya.

Yuri menertawai dirinya. Ada apa dengan dirinya? Kenapa ia begitu bodoh? Walaupun niatnya baik mereka tidak akan pernah menerimanya. Ia menatap keluarga itu tengah tertawa bahagia. Ia mengakui iri dengan Jinri yang dapat bergabung ditengah-tengah keluarga Jungkook. Keluarga yang terlihat bahagia dan hangat.

Dari awal ia tahu bahwa datang kesini hanya akan membawa kekecewaan untuknya. Namun, ia tetap nekad datang. Berharap keberuntungan ada dipihaknya walaupun kenyataannya tidak. Akhirnya, ia memilih mundur.

Yuri menghampiri lelaki jangkung yang kebetulan tengah berdiri didekatnya. Sepertinya salah satu keluarga mahasiswa yang wisuda hari ini. "Bisakah kau memberikan bunga ini pada lelaki yang disana?" ia menunjuk Jungkook dengan jarinya.

Lelaki itu mengangguk. Yuri memberikan buket bunga yang ia bawa seraya mengucapkan terima kasih kepada lelaki itu. Setelah itu ia langsung pergi. Setidaknya dengan buket bunga itu ia dapat menyampaikan rasa bahagianya atas kelulusan Jungkook.

-00-

"Hyung, ada kiriman untukmu." lelaki jangkung tersebut langsung memberikan buket bunga tersebut pada Jungkook.

Jungkook menoleh dan langsung menerima bunga itu. "Oh, Sanha. Kapan kau datang?"

Sanha membuka masker yang ia gunakan. "Baru saja, Hyung. Dari bandara aku langsung kesini."

Ternyata lelaki jangkung itu adalah Sanha. Yuri tidak mengenalnya karena tadi ia menggunakan masker. Ia lupa melepasnya karena terburu-buru. Sanha tentu saja kenal dengan Yuri. Ia terkejut ketika melihat kehadiran wanita itu.

"Terima kasih untuk bunganya." kata Jungkook tanpa tahu siapa pengirim bunga itu sebenarnya.

Sanha melihat kiri-kanannya. Jinri berdiri cukup jauh dari mereka, wanita itu tengah asyik mengobrol dengan Hana dan Yoora.

"Bunga itu bukan dariku, Hyung. Itu..." Sanha menjeda kalimatnya. "Itu dari Yuri Noona. Tadi ia ada disini."

Jungkook baru saja ingin bicara ketika Jinri datang menghampiri mereka. Ia dengan cepat menarik kartu kecil yang diselipkan diantara buket lalu menyimpannya di kantong celananya. Jungkook belum sempat melihat isi kartu ucapan itu tapi ia tidak ingin mengambil resiko jika Jinri melihatnya. Ia sebisa mungkin menghindari kesalahanpahaman.

"Oh, Sanha-ya. Kau datang. Apa kabar?" sapa Jinri dengan senyum ramah.

"Noona, kabarku baik. Bagaimana kabarmu, Noona?" balas Sanha dengan senyum tidak kalah ramah.

"Kabarku juga baik. Oh ya, apa kau mau ikut makan malam nanti?" tawar Jinri.

"Ah... sepertinya tidak bisa, Noona. Aku memiliki beberapa urusan setelah ini." jawab Sanha dengan menyesal. Ia memang memiliki beberapa urusan di Seoul dan kebetulan ia datang saat hari kelulusan Jungkook.

"Aku tidak bisa memaksamu jika seperti itu." Jinri tersenyum. "Apa bunga itu darimu, Sanha-ya? Indah sekali."

Jinri mengambil buket bunga itu dari Jungkook lalu menghirup wanginya. Jungkook dan Sanha bertungkar pandang lalu saling memberi kode untuk bicara.

"Ah... ya... itu dari Sanha. Ia membawanya tadi." akhirnya Jungkook yang menjawab.

Sanha hanya mengangguk dengan senyum kikuk. Ia tiba-tiba gugup sendiri, mudahan Jinri tidak melihat kegugupannya sekarang. Jujur saja ia tidak bisa berbohong, oranglain dapat dengan mudah mengetahui dirinya sedang berbohong hanya dengan melihat ekspresinya.

-00-

Sesuai dengan rencana, malam ini keluarga Jeon mengadakan makan malam keluarga untuk merayakan kelulusan Jungkook tadi siang. Semua anggota keluarga datang hari ini kecuali Tuan Jeon. Tuan Jeon setelah menghadiri kelulusan putranya langsung berangkat keluar kota untuk menghadiri rapat penting yang tidak bisa ia tinggali. Sedangkan, orangtua Jinri terpaksa membatalkan keberangkatan mereka karena Jepang sedang mengalami cuaca buruk dan badai di berbagai tempat termasuk Tokyo hingga penerbangan ditunda untuk waktu yang tidak ditentukan.

Mereka menikmati makan malam dengan berbagai macam topik obrolan seperti biasa. Namun, ada satu keanehan yang terlihat. Nyonya Jeon terlihat tidak banyak bicara seperti biasa. Semua orang sebenarnya sadar tapi mencoba bersikap biasa dan pura-pura tidak sadar.

Sepertinya Nyonya Jeon tengah memikirkan sesuatu. Saat menyiapkan makan malam tadi pun, ia hanya berbicara seadanya saja pada Hana dan Jinri. Hana terlihat santai-santai saja dengan sikap ibunya sedangkan Jinri, jangan ditanya lagi bagaimana cemasnya wanita itu.

Jinri sudah sangat stres melihat sikap ibu mertuanya yang terlihat sangat acuh hari ini. Ia semakin yakin dengan dugaannya jika ibu mertuanya itu marah padanya. Ia ingin bertanya pada Jungkook namun tidak ada kesempatan karena suaminya itu sejak tadi sibuk mengobrol dengan Namjoon.

"Jungkook-ah, kapan rencana kalian berangkat?" Nyonya Jeon tiba-tiba bertanya hingga kini semua arah mata tertuju padanya.

Jungkook terlihat sekilas menoleh kearah Jinri lalu ke arah ibunya. Lelaki itu sepertinya tidak paham dengan pertanyaan ibunya.

Nyonya Jeon menghela napas. "Maksud Eomma keberangkatan kalian ke Amerika."

Baru terlihat Jungkook mengerti. "Oh... saat musim panas, Eomma... Ya... saat itu."

Jinri melirik Jungkook dengan tatapan aneh. Kenapa lagi dengan lelaki itu? Jungkook juga terlihat aneh. Tidak biasanya si Jeon itu menjawab dengan nada canggung seperti itu.

Nyonya Jeon terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. "Tapi sebaiknya kalian berangkat sebelum musim panas."

Sekali lagi semua arah mata tertuju pada Nyonya Jeon. Apa mereka tidak salah dengar? Jinri terlihat langsung berbinar-binar ketika mendengar perkataan ibu mertuanya. Secara tidak langsung ibu mertuanya itu mengatakan bahwa ia sudah mengizinkan kepindahannya dan Jungkook.

"Maksud Eomma? Kenapa kami berdua harus berangkat sebelum musim panas? Dan... tunggu dulu... Eomma mengizinkan kami berangkat?" tanya Jungkook langsung to the point yang langsung mendapatkan anggukan dari semua anggota keluarga lain. Mereka juga penasaran.

"Karena Eomma sudah mendaftarkan Jinri di kelas bahasa inggris. Ia mulai masuk saat musim panas." sahut Nyonya Jeon. "Ya... kalian bisa menganggapnya begitu." Ibu dua anak itu pura-pura menatap kearah lain sambil merapikan rambutnya saat ia berbicara seperti itu.

Semua orang terlihat bernapas lega kecuali Jinri. Ia terkejut mendengar ia ikut kelas bahasa inggris di sana saat musim panas nanti. Kenapa rencana itu tiba-tiba sekali? Ia bahkan tidak terpikir untuk ikut kelas bahasa inggris.

"Eomma, terima kasih. Dan... tentang kelas bahasa inggris untuk Jinri sepertinya itu ide yang bagus. Ia akan senang menghadiri kelas musim panasnya." Jungkook mengucapkan terima kasih dengan wajah bahagia. Sepertinya rencana mereka berhasil. Hana dan Namjoon berhasil membujuk ibunya.

Jinri langsung tersenyum walaupun terpaksa. "Ya... terima kasih, Eommonim. Itu sangat membantuku nanti."

Nyonya Jeon tersenyum dengan lebar. Ada kelegaan diwajahnya karena rencananya langsung diterima dengan baik oleh anak dan menantunya. Tidak sia-sia ia memikirkan rencana ini selama sebulan. Ini adalah salah satu alasannya kenapa ia lebih banyak diam sejak tadi karena ia sibuk memikirkan rencana-rencananya untuk Jungkook dan Jinri.

"Eomma juga sudah menghubungi bibi kalian Alice untuk mencari apartemen untuk kalian." beritahu Nyonya Jeon dengan nada bicara semakin antusias.

"Eomma, jika masalah apartemen aku sudah mendapatkannya." sahut Jungkook langsung to the point.

Nyonya Jeon terlihat tidak suka dengan jawaban putranya itu. "Batalkan saja. Biarkan Eomma yang mencari apartemen untuk kalian berdua. Eomma tahu mana tempat tinggal yang nyaman dan tidak. Itu sangat penting nantinya."

Jungkook terlihat menghela napas lelah. Sudah ia duga ibunya akan banyak ikut campur. "Eomma, aku tidak mungkin membatalkannya. Tempatnya nyaman dan dekat dengan Universitas."

"Eommoni, benar apa yang dikatakan Jungkook. Tempatnya sangat nyaman, aku kenal dengan pemilik bangunannya." Namjoon ikut membela Jungkook. Ia benar-benar kenal dengan pemilik bangunan apartemen yang akan disewa oleh Jungkook nanti. Pemiliknya itu adalah teman baiknya dan Hoseok.

"Tidak bisa!" Nyonya Jeon menjawab dengan suara keras dan tegas. "Jungkook dan Jinri tetap tinggal ditempat yang Eomma pilih."

Jungkook maupun Namjoon terlihat terkejut ketika Nyonya Jeon menjawab mereka dengan setengah membentak. Semua orang langsung bungkam. Jinri kembali pucat. Padahal ia baru saja merasakan kelegaan karena ibu mertuanya akhirnya mengizinkan kepindahannya dan Jungkook.

"Eomma, biarkan mereka memilih tempat tinggal sesuai dengan kehendak mereka. Mereka yang lebih tahu mana tempat yang nyaman dan tidak untuk mereka sendiri." akhirnya Hana yang buka suara. Ia tidak tahan juga akhirnya. Sikap mengatur ibunya yang berlebihan terkadang membuatnya risih juga.

Nyonya Jeon terlihat mengambil napas panjang. Tiga lawan satu memang tidak seimbang. "Baiklah. Eomma tidak akan ikut campur dengan masalah tempat tinggal kalian disana tapi..." ia mengambil sesuatu dari dalam kantong dress yang ia kenakan lalu memberikannya pada Jungkook. "kalian berdua harus datang konsultasi ke dokter kandungan kenalan Eomma. Eomma sudah mendaftarkan nama Jinri. Itu alamat kliniknya."

Nyonya Jeon kembali membuat kejutan. Jungkook dan Jinri yang terlihat paling terkejut. Sepertinya masalah mereka belum selesai. Jika seperti ini Jungkook lebih memilih menghadapi ayah mertuanya saja ketimbang ibunya sendiri. Ibunya adalah masalah yang sebenarnya dari semua masalah yang tengah ia hadapi sekarang.

"Eomma... untuk apa kami harus ke dokter kandungan? Jinri tidak perlu konsultasi, ia baik-baik saja." sela Jungkook.

"Untuk apa? Tentu saja agar istrimu cepat hamil. Usia pernikahan kalian sudah hampir satu tahun tapi Jinri belum hamil-hamil juga. Eomma takut Jinri sulit hamil seperti kakakmu Hana." ia tidak mau hal yang terjadi pada Hana juga terjadi pada Jinri. Akibat terlalu lama menunda akhirnya menjadi susah hamil padahal ia ingin segara memiliki cucu dari anak-anaknya.

Jungkook entah untuk keberapa kalinya menghela napas dengan lelah. Ia tidak paham sama sekali dengan sikap mengatur ibunya yang semakin parah tiap harinya. Jinri memegang tangan Jungkook untuk memberikan ketenangan. Lelaki itu terlihat jelas tengah menahan jengkel.

"Biarkan aku bicara." ucapnya pada Jungkook.

Jungkook menggelengkan kepala. "Tidak. Jangan."

Seakan perkataan suaminya itu hanya lewat saja, Jinri dengan berani menghadap ibu mertuanya. "Eommonim, sebenarnya hal ini sudah lama ingin kami berdua sampaikan pada kalian." Jinri mengambil napas pelan. "Aku dan Jungkook sebenarnya sepakat menunda untuk memiliki anak terlebih dulu."

Jungkook terlihat menutup matanya sejenak dengan tangannya yang memijat pelipisnya. Bagus... Jinri semakin memperburuk keadaan. Ibunya pasti semakin meradang. Ia yakin itu.

"A⎯Apa? Kalian menunda untuk mempunyai anak?" Nyonya Jeon terlihat syok. "Jangan-jangan... Jinri-ya, kau memakai alat kontrasepsi?"

Jinri dengan pelan mengangguk sambil takut-takut. Demi apapun ibu mertuanya terlihat menyeramkan sekarang. Mungkin ini alasan kenapa Jungkook melarangnya barusan. Namun, waktu tidak bisa diputar kembali. Ia sudah mengatakannya.

Nyonya Jeon memegang dadanya lalu menyandarkan tubuhnya dikursi. Ia tengah mengatur napasnya karena terlalu syok. Pantas saja setiap ia membahas masalah cucu dengan Jungkook dan Jinri mereka berdua terlihat seakan menyembunyikan sesuatu. Ia sebenarnya memiliki firasat anak dan menantunya itu merahasiakan sesuatu darinya namun ia abaikan karena ia percaya hanya menunggu waktu untuk Jinri hamil.

"Kalian berdua membuat usaha Eomma sia-sia selama ini. Eomma bahkan sampai jauh-jauh pergi ke China untuk membeli obat penyubur kandungan dan suplemen demi memiliki cucu darimu dan Jinri tapi... kalian..." Nyonya Jeon tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Ia terlihat kecewa.

"Eommoni bahkan menelponku untuk membelinya saat perjalanan bisnis waktu itu." bisik Namjoon pada Hana istrinya.

"Hah? Kau tidak ada menceritakan padaku waktu itu. Kupikir Eomma sangat berobsesi memiliki cucu." Hana terlihat membulatkan matanya.

"Aku lupa menceritakannya padamu. Sayang, sepertinya kehamilanmu tidak cukup untuk mengobati rasa ingin punya cucunya." balas Namjoon kembali berbisik.

Jika Hana dan Namjoon sibuk berbisik-bisik ditempat duduk mereka, lain halnya Jungkook dan Jinri yang sudah pusing tujuh keliling menghadapi Nyonya Jeon yang tetap bersikeras ingin mempunyai cucu segera dari mereka.

Jungkook terlihat lelah dan Jinri terlihat semakin stres. Jinri semakin menyesal karena memberitahukan tentang ia yang menunda kehamilannya. Jika ia menurut pada Jungkook maka masalah ini tidak serunyam ini.

"Pokoknya kalian berdua harus memikirkan apa yang Eomma katakan. Tidak baik menunda sesuatu." Nyonya Jeon kembali bersuara. Kali ini suaranya terdengar mulai tenang tidak setinggi tadi.

Kali ini Jinri yang menganggukkan kepalanya sedangkan Jungkook hanya diam dengan wajah menunjukkan ketidaksetujuan sama sekali. Lelaki itu masih menentang kehendak ibunya walaupun sudah tidak bersuara.

-00-

Jungkook dan Jinri memutuskan untuk menginap malam ini, begitu juga dengan Namjoon dan Hana. Mereka sepakat menginap untuk menemani Nyonya Jeon karena memang ibu mereka sendiri malam ini di rumah. Tuan Jeon masih dalam perjalanan bisnisnya.

Jam sudah menunjukkan tengah malam namun Jungkook dan Jinri masih bersantai di atas ranjang sambil memainkan ponsel masing-masing. Entah kenapa merasa berdua sama-sama tidak bisa tidur setelah perdebatan panjang dengan Nyonya Jeon di meja makan tadi.

Dari kamar sebelah terdengar masih ada suara Namjoon dan Hana yang sepertinya juga tidak bisa tidur. Sayup-sayup terdengar pasangan itu tengah mengobrol.

Jinri mematikan ponselnya lalu meletakkannya di atas nakas. Ia melirik Jungkook disebelahnya. Lelaki itu masih larut dengan game yang ia mainkan di ponselnya.

"Jungkook-ah?" panggilnya.

"Mm... kenapa?" sahut Jungkook dengan matanya yang masih fokus pada ponselnya.

"Aku ingin melepas alat konstrasepsi seperti yang diminta Eommonim. Bagaimana menurutmu?" Jinri bicara sambil menatap langit-langit kamar. Ia tidak berani menatap Jungkook saat membicarakan hal itu.

Jungkook langsung menghentikan jari-jarinya yang tengah sibuk mengusap layar ponselnya. Lelaki itu terlihat terdiam bahkan saat game yang ia mainkan game over ia tidak memperdulikannya.

"Jika kau melepasnya, kau tahukan apa yang terjadi? Apa kau siap?" dibanding menjawab Jungkook malah balik bertanya.

Jinri menoleh kearah Jungkook. "Kau tidak ingin?"

Jungkook mengambil napas pelan. "Aku bukannya tidak ingin. Aku hanya ingin tahu apa kau siap karena kau yang hamil dan melahirkan."

Mendengar perkataan Jungkook membuat ia terdiam sesaat. Sebenarnya jika ia ditanya apa ia siap atau tidak untuk hamil dan melahirkan saat ini. Ia akan jujur jika ia masih takut. Namun, ketika mendengar orangtuanya dan orangtua Jungkook sangat ingin memiliki cucu membuat ia bertekad untuk melawan rasa takutnya. Ia percaya mereka selalu bersamanya dan Jungkook tentu selalu disampingnya. Oleh karena itu ia berani mengambil keputusan untuk melepas alat kontrasepsi.

"Aku sebenarnya sedikit takut tapi ketika mendengar perkataan orangtua kita membuatku menjadi yakin semuanya akan baik-baik saja." jawabnya dengan senyum.

Jungkook menatap Jinri cukup lama seakan ia tengah mencari keyakinan dari perkataan istrinya itu. Memiliki anak diusianya saat ini bukan hal yang buruk. Ia juga ingin sebenarnya namun disudut hatinya masih ada rasa keraguan.

"Lebih baik kau pikirkan lagi matang-matang. Aku tidak ingin hal ini menjadi beban untukmu nantinya." jawab Jungkook akhirnya.

Ia tidak menjawab ya atau tidak, ia hanya meminta agar Jinri memikirkan lagi keputusannya. Hal itu terlihat membuat Jinri kecewa. Dimatanya entah kenapa jawaban Jungkook seperti kata halus dari tidak setuju. Lelaki itu sebenarnya tidak mau memiliki anak terlebih dahulu.

"Omong-omong, sebentar lagi ulang tahun pernikahan kita yang pertama. Kau ada rencana?" Jinri mengalihkan pembicaraan sekaligus untuk menutup rasa kecewanya. Ia tidak ingin memperbesar masalah.

Jungkook melihat kalender di ponselnya. Ia mengerutkan dahinya. "Masih ada satu bulan lebih."

Jinri mengerucutkan bibirnya. "Satu bulan itu sebentar. Lebih baik kita merencanakan mulai dari sekarang. Inikan ulang tahun pernikahan kita yang pertama."

Lelaki itu terlihat berpikir, jujur saja ia tidak punya ide apapun diotaknya tapi Jinri sudah menatapnya dengan tatapan menunggu. Jika ia jujur tidak punya ide, ia yakin itu akan menjadi masalah baru.

"Bagaimana jika kita catat saja dulu rencana yang kita inginkan lalu saat akhir bulan kita bahas yang mana rencana yang akan kita pilih." saran Jungkook asal. Ia mengatakan apa yang ada melintas diotaknya saja.

Jinri terlihat tersenyum, ia menganggukkan kepala setuju. "Okey... aku jadi tidak sabar."

Ide langsung bermunculan dipikirannya. Ia langsung membuka ponselnya untuk mencatat rencana-rencana yang akan ia lakukan bersama Jungkook nanti. Jinri seakan melupakan kekecewaannya tadi karena sekarang ia sibuk memikirkan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan.


-TBC-

Satu yang ingin litmon bilang, nikah muda apalagi masih sekolah itu ribet guys apalagi dari awal gak ada kesiapan sama sekali :'v pas orangtua pengen cucu lah langsung pusing kya si jk-jinri. Kan masih pengen seneng-seneng. (gue lagi bijak habis denger curhatan temen xD)

Sorry telat update, baru punya energi buat update wkwk :'v 

Continue Reading

You'll Also Like

338K 37.1K 39
Gimana kalo kamu pacaran sama anak culun dan polos, lalu setelah menjalani hubungan identitasnya terbongkar?? renjun × you start : 27 Juni 2020 end...
82.4K 2.5K 42
(Complete) Sandra pikir, berpacaran dengan Arvind adalah salah satu kebahagiaan untuknya. Walaupun tahu bagaimana kisahb sang kekasih yang masih seri...
273K 15.5K 33
[TERSEDIA DI DREAME] Cerita ini pernah saya posting pada tahun 2015, lalu saya selfpublish. Sekarang, cerita ini saya repost di wattpad. Selamat mem...
14.5M 644K 52
[SUDAH TERBIT. TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA INDONESIA!] Kisah Nadira Amanda yang HAMIL diusianya yang bisa dibilang muda, 17 tahun. Nadira hamil oleh...