Darren Obsession ✔ [ON KARYAK...

By DyahUtami

388K 14.1K 888

HANYA TERSEDIA 10 CHAPTER. DAPAT DIBACA FULL DI Karyakarsa. A wattpad dark romance story. Book #2 of the Dar... More

COPYRIGHT
Author Note
The Characters
Basic Information
Prologue
Chapter 1
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Pengumuman!
Vote Cover
I N F O !!
INFO PRE-ORDER
INFO EBOOK
NEED HELP!
INFO PRE ORDER 2
INFO PRE ORDER (AGAIN)
INFO PRE ORDER 🙄
INFO PRE ORDER (BARU)
NOW ON KARYAKARSA!

Chapter 2

17.2K 1.1K 40
By DyahUtami


Maaf ya ada sedikit kesalahan. Entah kenapa yg chapter 2 tiba2 kehapus dan berubah jdi chapternya Bitter happiness, tapi udh diperbaiki kok.

Selamat membaca 😊

Vote comment share

Follow dan recommend

Regards,
DyahUtamixx






Julia menatap pantulan dirinya sendiri di depan cermin panjang miliknya yang ada di dalam kamar tidur. Ia sudah siap untuk pergi---entah kemana---bersama Darren atas paksaan ibunya. Ternyata pria itu memainkan taktik licik dengan memanfaatkan ibu Julia. Pria itu menginfokan pada ibunya mengenai rencana kencan mereka dan meminta bantuan untuk menyiapkan Julia.  Tentu saja ibunya merasa senang dan ketika Julia pulang, tanpa berbasa-basi langsung mendorong Julia ke kamar mandi. Setelah itu hanyalah samar bagi Julia dan disinilah Ia berdiri sekarang.

Oh well---sebaiknya Ia menikmati waktu bersama Darren daripada menghabiskannya dengan kekesalan. Sekali lagi Julia menarik napas panjang dan memperhatikan penampilannya. Ia terlihat begitu berbeda, dengan black chiffon dress, Ia terkesan elegan dan anggun secara bersamaan. Dress ini begitu pas ditubuhnya dan menampilkan setiap lekukan tubuh milik Julia. Panjang dress ini hanyalah sebatas diatas lutut, memperlihatkan kaki jenjang milik Julia. Dengan lengan sleeveless, dan juga bagian leher yang transparan, membuat Julia merasa lega karena belahan dadanya yang tertutup.

Rambutnya digerai dan dibuat bergelombang serta make-upnya yang natural membuat Julia lebih percaya diri. "Julia, apa kau sudah----Oh My! Putriku sangat cantik sekali..." Julia berdecak dan menatap ibunya dengan tatapan setengah jengkel, tapi tetap tersenyum.

"Mama, kau sudah mengatakannya padaku berkali-kali sejak aku keluar dari kamar mandi menggunakan dress ini."

"hush! Biarkan ibumu ini memujimu..." lalu seketika wajah ibunya berubah cerah saat mendengar bunyi bel, "ayo, pakai heelsmu... Pangeranmu sudah datang" Julia memutar bola matanya seraya meraih silver heels dari bawah meja rias. Setelah itu meraih black clutch dan berjalan keluar kamar. Ibunya sudah terlebih dahulu pergi untuk membukakan pintu.

Mata kiri Julia kembali berkedut kesal ketika melihat Darren berdiri di tengah ruang tamu, sedang menatap Julia dengan tatapan penuh kemenangan. "Ingat apa yang aku katakan padamu Darren, kembalikan putriku tepat pada waktunya. Paham?"

"Yes Adelina, aku tidak akan melanggar janjiku padamu" sahut Darren dengan senyum lembut yang dapat meluluhkan setiap wanita, termasuk ibunya dan juga... Dirinya. Darren berjalan menghampiri Julia dan meraih satu tangannya, mengecup punggung tangan itu lembut hingga pipi Julia merona merah karena perlakuan Darren yang seperti seorang Gentleman. "you're so beautiful tonight Julia"

"Terima kasih," bisik Julia pelan.

"Baiklah, kita pergi sekarang kalau tidak ingin telat."

"Telat?" gumam Julia bingung. Darren hanya memberikan senyum misterius dan meletakkan tangan Julia di lengan Darren, kemudian mereka berjalan keluar apartemen saling bersisian.

Julia tidak tahu kalau malam itu akan merubah kehidupannya.
***
"Aku tidak menyangka kau akan membawaku ke sebuah opera, terima kasih Darren... Aku tidak menyangka malam ini akan terasa menyenangkan" ujar Julia bersemangat ketika mereka duduk berhadapan di salah satu meja yang ada di dalam restoran bintang lima.

Darren hanya memberikan Julia sebuah senyum dan meraih satu tangan Julia yang ada diatas meja, lalu menggenggam tangan itu lembut. "aku senang kau menikmatinya" tepat setelah Darren selesai menggumamkan kalimat itu, seorang pelayan datang membawa nampan. Diatasnya terdapat satu buah botol wine dan dua gelas berkaki tinggi. Pelayan tersebut meletakkan gelas di depan mereka dan membuka botol wine dengan hati-hati.

Julia memperhatikan proses itu dengan tertarik dan ketika bunyi 'pop' terdengar, pelayan tersebut menuangkan sedikit wine---yang ternyata adalah red wine---ke dalam gelas Darren untuk dicicipi. Setelah mendapat persetujuan dari Darren, pelayan itu melanjutkan proses dengan menuangkan red wine ke gelas Darren seutuhnya disusul gelas milik Julia. "tidakkah ini terlalu mewah? Menurutku kau hanya perlu mengajakku ke bioskop dan makan malam di restoran cepat saji, itu sudah cukup buatku," gumam Julia, tangannya meraih gelas dan menyesap sedikit red wine miliknya.

"Aku tahu, aku hanya ingin memberikan kemewahan untukmu" begitu huh? Memberikan kemewahan atau memamerkan kemewahan? Tanya Julia dalam hati dengan sarkastik. Ia menyunggingkan senyum pada Darren dan tidak berkomentar. "kau sudah berubah," ujar Darren tiba-tiba.

"Maaf?"

"Kau bukan lagi gadis berusia lima belas tahun yang polos dan naif" tambah Darren tidak sadar. Mata Julia mengerjap cepat karena tidak mengerti apa yang dimaksud oleh pria itu.

"Kau sedang melantur ya?" pertanyaan Julia menyadarkan Darren. Mata pria itu mengerjap cepat dan senyum misterius kembali hadir di wajah tampannya.

"Tidak ada. Aku hanya teringat sesuatu" gumam Darren pelan.

Ingatan Julia selama hidup di Brooklyn hanyalah samar. Ia sudah mengunci ingatan itu di benaknya yang paling dalam, tapi mendengar Darren berkata seperti itu, membuat Julia penasaran apakah mereka pernah bertemu sebelumnya? "oh begitu," gumam Julia pelan. Dua pelayan datang membawa makanan pembuka mereka dan ketika penutup dibuka, Julia mengernyit ketika Darren menggerutu dan meraih piring milik Julia. "Uhh Darren... Kenapa---?"

"Shh," potong Darren, lalu menatap salah satu pelayan dengan tatapan tajam. "apa-apaan ini? Apa kalian lupa apa yang aku katakan? Berikan yang baru!" lalu memberikan piring Julia pada pelayan tersebut cukup keras.

"Maafkan kami Tuan Russell," gumam pelayan tersebut sebelum berbalik pergi. Tidak lama kemudian, pelayan itu kembali dengan piring yang baru. Julia mengerjap bingung, dilihat sekilas tidak ada yang berbeda, kenapa Darren meminta yang baru? "ada lagi Tuan Russell?" tanya pelayan tersebut.

"Tidak ada untuk saat ini," lalu memberikan sinyal pada kedua pelayan yang berdiri untuk pergi. Julia menghela napas dan menatap Darren dengan tajam.

"Kenapa sikapmu seperti itu?" tanya Julia. "tidak ada yang salah dengan piring makananku, kenapa kau meminta yang baru?"

Darren tersenyum dan menjawab, "jangan dipikirkan, makanlah... Sebelum makanan utama datang," Julia mengernyit, tapi tetap menuruti apa yang dikatakan Darren. Ia tidak tahu menahu mengenai makanan kelas atas jadi Julia tidak mengungkitnya lagi.

Saat makanan pembuka selesai, dua pelayan kembali datang. Mereka menarik piring kosong dan meletakkan piring yang baru. Makanan utama. Julia tidak tahu harus mengatakan apa, tapi semua kemewahan ini membuatnya merasa jengah dan bayangan pizza terngiang dibenaknya. Saat penutup dibuka, Darren menginspeksi makanan yang ada diatas piring milik Julia dan juga milik pria itu sendiri. Setelah puas dengan apa yang didapatkan, Darren memberikan anggukan singkat dan kedua pelayan tersebut pergi.

Makan malam diisi oleh suasana canggung. Bukan karena Julia tidak tahu harus berbicara apa, tapi karena melihat sedikit sikap Darren yang membuatnya tidak nyaman. Julia merasa ada sesuatu yang pria itu sembunyikan dari Julia dan hal itu membuat Julia tidak mempercayai Darren. "bagaimana menurutmu dengan makan malamnya?" tanya Darren sesaat setelah mereka selesai menyantap menu utama.

"Tidak buruk. Terima kasih Darren," Julia mengedarkan pandangan. Meja makan mereka berada di area VIP. Julia tidak tahu berapa uang yang dihabiskan Darren untuk malam ini, tapi Julia hanya bisa diam dan mengikuti aturan main yang dibuat oleh Darren. Untuk ketiga kalinya, dua pelayan kembali datang dengan membawa makanan penutup, tapi sebelum makanan itu bisa diletakkan, Darren sudah berdiri dan menatap tajam salah satu pelayan dan berjalan cepat ke arah pintu dimana para pelayan itu muncul. Huh? Apalagi sekarang? Julia menatap salah satu pelayan dan memberikan tatapan tanya.

Kedua pelayan tersebut saling bertukar pandang dan kemudian bergumam, "makanan penutup malam ini adalah lemon cheese cake nona, tapi..." Julia melirik ke arah piring yang ada di tangan kedua pelayan tersebut.

"tapi yang datang adalah red velvet." gumam Julia datar. Kedua pelayan tersebut mengangguk kaku dan menundukkan kepala. Julia menarik napas panjang dan memberikan senyum kecil.

Kedua tangannya terulur dan meraih piring yang ada di tangan pelayan kemudian meletakkannya di atas meja. "tidak masa---" Kalimat Julia terhenti ketika mendengar pecahan dari arah pintu dimana Darren menghilang disusul dengan suara ribut. Julia menghembuskan napas panjang dan menghempaskan tubuhnya ke atas kursi. Darren muncul kembali dari balik pintu dan memberikan senyum permohonan maaf pada Julia.

"Maaf Julia ini seharusnya---"

"Kau tidak perlu berlebihan seperti itu, ini hanya makanan," potong Julia kesal. Darren mengerutkan kening kesal dan melemparkan tatapan tajam pada dua pelayan yang berdiri di belakang kursi Julia. "dan jangan menyalahkan mereka" tambah Julia kesal.

"Kau tidak mengerti Julia, aku ingin semuanya berjalan sempurna. Jika saja mereka bisa bekerja dengan benar dan---lupakan. Apa kau mau kembali sekarang?" tawar Darren dengan senyuman penuh rasa bersalah.

Julia mengangguk. Mereka sama-sama bangkit dari kursi dan berjalan menuju pintu keluar. Darren membuka pintu mobilnya untuk Julia sebelum berlari kecil ke sisi lain mobil. Pintu bagian kemudi terbuka dan Darren masuk. "apa ada hal lain yang ingin kau lakukan?" tanya Darren saat mesin mobil menyala. Matanya terfokus ke arah jalanan dan mobil bergerak keluar area parkir menembus jalan raya.

"Apa maksudmu?"

"Nonton di bioskop?" tanya Darren dengan santai.

Julia memfokuskan tatapannya ke jendela. Tangannya dijadikan tumpuan dan kepalanya menyender di kaca jendela. "tidak," jawab Julia singkat. Ia melirik sedikit ke arah Darren dan berkata, "aku hanya ingin pulang."

"Baiklah..."

Selama perjalanan pulang, suasana di dalam mobil hanya diisi oleh keheningan yang terasa tegang. Julia dan Darren masing-masing sibuk dengan pikiran mereka sendiri, tapi keheningan mereka buyar ketika suara dering ponsel memecah kesunyian. Julia melirik dan mendapati ponsel milik Darren yang berbunyi. Darren langsung menyambar Bluetooth earphones dan bergumam, "si?" mata pria itu masih fokus ke jalan raya, tapi sesekali ekspresi terlihat berganti-ganti di wajahnya yang tampan.

Genggaman tangannya di setir kemudi juga mengencang hingga buku jarinya memutih. "bagaimana bisa?" tanya Darren dengan nada kesal. Jeda sejenak, lalu Darren kembali berkata, "baiklah aku akan segera kesana," lalu melempar benda yang menempel di telinganya ke pangkuan pria itu.

Julia langsung menghadap ke arah Darren sepenuhnya, "apa ada masalah?" Julia menyadari kalau mobil mengambil jalur lain dan berputar memasuki jalan tol. Darren tidak mengatakan apapun dan memilih serius menyetir. Ekspresinya sekarang berubah datar dan tidak ada satupun emosi terbaca disana, kecuali mata biru dinginnya yang terlihat semakin dingin. "Darren?"

"Maaf kita harus menunda, ada urusan mendadak dan aku harus segera mengatasinya. Kau tidak masalah jika ikut bukan? Aku akan mengatakan pada Adeline nanti" gumam Darren.

"Umm.. ya... Tidak masalah... " ujar Julia dengan ragu.

"Bagus,  ini tidak akan lama. Aku berjanji"
***
Sudah dua jam berlalu dan tidak ada tanda-tanda Darren akan kembali. Julia sudah menunggu dengan sabar di salah satu kamar yang terlihat begitu luas dan memiliki aroma milik Darren. Julia menyimpulkan kalau kamar ini milik Darren, yang membuat bingung Julia adalah kenapa Darren menyewa apartemen sederhana di komplek apartemen tempat tinggal Julia, sedangkan pria itu memiliki mansion mewah seperti ini? Julia menghela napas dan memperhatikan penampilannya yang sudah berganti menjadi lebih nyaman, celana boxer dan kaus polos kebesaran yang Ia temukan di walk-in closet. Julia merebahkan dirinya di atas ranjang king size dan memperhatikan langit-langit kamar dengan tatapan kosong.

Kenapa dirinya mengiyakan sedari awal? Oh itu karena Julia terpaksa. Julia mengalihkan tatapannya dari langit kamar ke pintu saat mendengar suara kunci diputar. Julia melihat pintu terbuka dan Darren berjalan masuk. Postur pria itu terlihat lesu dan wajahnya diisi oleh ekspresi lelah. Tangannya menarik dasi yang melingkari kerah kemeja dengan sedikit kasar, lalu melepas jas yang melekat di tubuh kekarnya dengan asal.

Julia bangkit dan duduk di tengah ranjang sambil menatap Darren bingung. "apa masalahmu sudah selesai?" Darren menghempaskan tubuhnya diatas ranjang dan membaringkan tubuhnya di dekat Julia. Pria itu menatap langit kamar selama beberapa saat sebelum memfokuskan matanya ke wajah Julia.
"Untuk saat ini, ya," gumam Darren. Pria itu menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan Julia dan meletakkan kepalanya di pangkuan Julia sedangkan kedua tangannya melingkari pinggang Julia. Wajahnya menghadap ke arah Julia dan mata birunya menatap Julia lurus. "aku suka dengan posisi ini." Julia hanya tersenyum kikuk. Darren membenamkan wajahnya di perut Julia dan bergumam, "jadilah milikku Julia."

"Emm... Kau melantur Darren, sepertinya kau sangat lelah," gumam Julia berusaha melepaskan tangan Darren dari tubuhnya. Tangan Darren mengerat dan semakin menekan wajahnya di perut Julia.

"Aku serius. Sudah kukatakan aku menginginkan dirimu. Aku mencoba seperti pria normal lainnya dengan mengajakmu berkencan, tapi aku bukan pria penyabar. Jadilah milikku" Julia menarik napas dan jantungnya berdegup cepat saat mata biru milik Darren berubah dalam sekejap, yang semula terlihat dingin bagaikan es, sekarang terlihat menggelap karena nafsu yang tiba-tiba hadir diantara mereka.

Darren perlahan bangkit dan tanpa memutus kontak mata, mendorong tubuh Julia serta menindih tubuhnya dengan tubuh kekar milik Darren yang beratnya melebihi berat tubuh Julia. "Darren..." gumam Julia pelan.

"Aku berjanji akan membahagiakanmu Julia, aku akan berikan dunia untukmu. Jadilah milikku." setiap kata yang dikeluarkan oleh Darren bagaikan mantra bagi Julia ditambah dengan kecupan seringan bulu yang diberikan oleh Darren disekitar leher Julia, membangkitkan sisi lain dari diri Julia yang selama ini terkubur sangat dalam.

Tangan Darren yang berada di pinggang Julia merayap naik dan mengusap tubuh Julia dengan sensual, membuat tubuh Julia meremang. "aku akan membuatmu menjadi wanita paling beruntung di dunia ini Julia..." sekali lagi Darren berusaha membujuk. Kali ini satu tangannya bergerak turun dan mengusap pusat kewanitaan Julia dari atas boxer yang dikenakannya. "say yes..."

Napas Julia menderu dan setiap tarikan napas terasa begitu berat. Matanya terpejam dan saat itulah Julia sadar kalau dirinya tidak bisa mengelak godaan yang diberikan oleh Darren. Dengan erangan pelan Julia menganggukkan kepala. Kedua tangannya mencengkram kemeja Darren begitu erat hingga Julia takut pakaian itu akan robek karena ulahnya.

Darren menyunggingkan senyum penuh kemenangan dan tanpa berkata apapun lagi langsung merobek kaus yang digunakan Julia menjadi dua. Tidak peduli jika itu adalah kaus miliknya. Darren langsung menyerang Julia seperti predator yang sudah tidak sabar menyantap mangsanya. Darren menyesap puting milik Julia sedangkan tangannya meremas yang lain. Sedangkan tangannya yang bebas berada di pinggang Julia, memastikan wanita itu tidak bergerak ataupun menjauh.

Darren mengangkat kepalanya dan memperhatikan wajah Julia yang penuh akan kenikmatan. Tangan wanita itu bergerak naik dan menjambak rambut hitam milik Darren. Suara protes keluar dari bibirnya saat merasakan Darren berhenti melakukan apa yang dilakukannya. Darren menyeringai ketika wanita yang begitu diinginkannya akhirnya tunduk dan jatuh ke dalam pesonanya.

Sekarang Julia berada di dalam genggamannya dan Ia bisa menguasai wanita ini sesuka hatinya. Menjadikan wanita ini sama seperti yang Ia inginkan. Julia adalah malaikatnya dan tidak ada yang bisa memisahkan dirinya dari Julia. Sama seperti yang Ia inginkan ketika pertama kali melihat malaikatnya ini sepuluh tahun yang lalu.
***
"Darren..." Julia kembali menggumam dan mencoba menarik perhatian Darren yang tiba-tiba berhenti. Pikiran Julia tidak bisa kembali bekerja seperti semula, yang Ia inginkan hanyalah sebuah sentuhan di tubuhnya.

Satu tangan Julia bergerak menangkup wajah Darren dan perlahan mendekatkan wajahnya. Tangan Julia sedikit gemetar ketika mata biru itu menatapnya intens. Menunggu apa yang akan Julia lakukan, tapi setelah meyakinkan diri, akhirnya Julia mendekatkan bibirnya dan mencium Darren dengan begitu lembut dan hati-hati. Ia ragu apakah yang dilakukannya salah, tapi ketika Darren mulai membalas ciumannya, Julia bisa bernapas lega.

Ciuman mereka yang semula begitu lembut dan pelan, perlahan berubah menjadi intens dan liar. Saat Darren mulai mengambil alih ciuman itu, Julia merasakan keposesifan dan juga nafsu yang begitu besar di dalam ciuman itu.

Darren menggigit bibir Julia dan menyesapnya tanpa ampun. Seluruh area sudah dilumat oleh Darren dan ketika pria itu meminta akses, Julia memberikannya tanpa perlawanan. Lidah Darren melesak masuk dan menjelajahi rongga mulut Julia dengan liar. Tidak meninggalkan satu titik, bahkan mengajak lidah Julia untuk menari bersamanya. Setelah beberapa menit, akhirnya tautan bibir mereka terlepas karena Julia membutuhkan udara, tapi tidak dengan Darren. Pria itu memberikan kecupan di sudut bibir Julia, turun ke dagu, leher dan berhenti di belahan dada milik Julia. "now you're mine" bisik Darren dengan posesif.

Julia menarik napas ketika putingnya kembali merasakan kehangatan mulut Darren. Pria itu menggigit dan menyesap, kedua buah dadanya mendapat perlakuan sama, membuat napas Julia semakin berat dan putus-putus. Jantungnya terasa ingin pecah dan tubuhnya tidak mampu dikontrol lagi oleh akal sehatnya.

Darren bergerak turun dan melirik ke arah Julia sekilas, Julia merasa kalau pria itu sedang meminta izinnya karena setelah Julia menganggukkan kepala, Darren melepaskan boxer yang dipakainya. Menampilkan bagian bawah Julia yang polos dan tidak tertutup apapun. Ia memang tidak mengenakan pakaian dalam karena Julia tipikal orang yang tidak bisa memakai pakaian yang sudah kotor. Ia tidak tahu kalau dirinya akan berakhir di ranjang Darren dan bercinta dengan pria itu. Ia hanya berasumsi setelah Darren kembali, mereka akan pulang ke apartemen.

Julia menutup mulutnya dengan tangan agar suara desahannya tidak lolos dari mulutnya. Darren menggeram tidak suka dan menyingkirkan tangan itu darinya, "jangan. Jangan ditutup, biarkan aku mendengar suara desahan dan juga kenikmatanmu Julia... Aku ingin kau meneriakkan namaku ketika aku menghujam tubuhmu dengan keras." Julia menahan napas ketika Darren membuka kakinya lebar dan memperhatikan area intimnya dengan lekat.

"don't... look..." lirih Julia.

Darren menggeram tidak setuju dan berkata, "they're mine, your body are mine I can look at them wherever I want. Got it?" Julia semakin terangsang mendengar klaim Darren atas dirinya.

Pria itu terlihat sexy dan hot saat menaruh klaim atas dirinya dengan begitu posesif. Mata Julia bergerak turun dan memperhatikan tubuh Darren yang diukir dengan indah dan sempurna. Tangannya yang kekar dan setiap bergerak, ototnya juga akan bergerak. Dada bidang serta eight packnya yang menggoda. Di dada Darren terdapat rambut halus yang memanjang ke perut dan menghilang dibalik celana bahan yang dikenakan oleh pria itu.

Seketika Julia mengernyit, dibandingkan dirinya, Darren masih tertutup oleh pakaian. Kemejanya memang sudah terbuka, tapi masih menggantung asal di tubuhnya. Celananya juga masih terpasang sempurna dan Julia tidak suka itu, tapi belum sempat Ia bergerak untuk melepaskan pakaian dari tubuh Darren, pria itu sudah lebih dulu memulai aksinya.

Darren menunduk dan mencium pusat kewanitaannya, kemudian dengan ahli memainkan clitoris Julia menggunakan lidah. Pria itu melakukan role play pada dirinya. Menjilat dan menyesap, mencium dan mengigit. Tubuh Julia bergetar dan saat satu jarinya melesak masuk ke dalam tubuh Julia, Ia tidak bisa menghentikan diri untuk tidak berteriak. Jari Darren terasa asing di dalam tubuhnya. "shh... Aku hanya ingin menyiapkan dirimu baby…" gumam Darren menciba menenangkan Julia.

Satu jari Darren bergerak dengan tempo yang ringan. Mencoba membuat bagian dalam Julia terbiasa, saat dirinya mulai menerima Darren kembali memasukkan satu jari dan dua jari itu bergerak dengan tempo yang cepat. Satu tangan Darren yang bebas menekan pinggul Julia agar tidak bergerak. Hanya dengan tangannya saja, Julia bisa merasakan kenikmatan. Julia memejamkan mata dan napasnya menderu. "Darren... A.. Aku..."

"Buka matamu Julia, aku ingin melihat matamu saat kau mencapai puncak kenikmatanmu." Julia menggeleng pelan. Sensani ini begitu intens membuatnya tidak mampu untuk membuka mata. "aku bilang buka matamu atau aku tidak akan memberikan apa yang kau inginkan."

"No!" seketika mata Julia terbuka dan menatap lurus ke arah mata biru Darren. Jari Darren semakin bertambah cepat, dan mulut Julia terbuka lebar karena intensitasnya yang tidak mampu ditahannya. Sesuatu terasa seperti berkumpul di perutnya "Darren... I'm... Coming"

"give it to me baby" ujar Darren dengan suara serak. Julia menarik napas dan kakinya terasa kaku. Punggungnya melengkung ke atas dan saat Darren menggeramkan satu kata perintah, "now!"

Julia melepaskan semua yang berkumpul dengan satu teriakan, "Darren...ngghhh!!!" Tubuh Julia bergetar ketika puncak kenikmatan menghantamnya dan perasaan itu bertahan cukup lama. Sebelum Ia kembali tenang dari orgasme pertamanya, Julia mendengar gesper dan resleting dibuka.

Dengan matanya yang berat, Julia melirik ke arah Darren dan melihat pria itu melepaskan celana serta boxernya, tapi tidak melepaskan kemeja yang menggantung asal di pundaknya. Julia tidak mengatakan apapun karena matanya langsung terfokus ke bagian bawah Darren. Satu yang bisa menjadi deskripsi apa yang dimiliki Darren.

He is a monster.

Kejantanan milik Darren begitu besar dan keras, panjang dan Julia tidak tahu apakah itu akan muat di dalam tubuhnya. Hell Julia masih perawan dan ketika sesuatu masuk ke dalam tubuhnya sebesar itu, Ia tidak tahu apakah besok dirinya akan selamat atau tidak. Julia menelan ludah dan tubuhnya bergetar saat Darren merangkak naik ke atas tubuh Julia.
Darren memposisikan dirinya diantara kedua kaki Julia dan tersenyum saat melihat kepanikan di wajah cantik Julia. "umm Darren..."

"It's okay I got you..."

"but..."

"I know it's your first time," ujar Darren. Mengkonfirmasi ketakutan Julia. Darren membungkukkan badannya dan mencium bibir Julia singkat. "aku tahu itu Julia. You're so tight... It's okay... I will take care of you," gumam Darren dengan nada yang menenangkan. "hold me and relax, just focus on the kiss," lalu Darren kembali mencium bibir Julia dengan lembut.

Tubuh Julia yang tegang kembali rileks dan Darren bergerak mencari posisi yang nyaman. Setelah menemukannya, pria itu meraih kenjantannya dan menggesakkan benda itu di pintu wanita milik Julia. Julia langsung melepaskan tautan bibir mereka dan menarik napas ketika Darren bergerak masuk. Menginvasi bagian dalam tubuhnya.

"Darren... Please stop... It's hurts..." bisik Julia. Air mata muncul di sudut matanya dan pelukannya di tubuh Darren mengencang.

"Relax baby…" gumam Darren. Pria itu berhenti selama sesaat, lalu kemudian bergerak keluar dan dengan satu dorongan cepat, melesak masuk. Julia berteriak tanpa suara ketika keperawanannya hilang saat itu juga. Rasanya sakit dan seperti ada sesuatu yang robek di dalam tubuhnya, tapi Julia bersyukur saat Darren memberikan waktu bagi Julia untuk membiasakan diri dengan kehadiran pria itu di dalam tubuhnya. Setelah terbiasa, Julia memberikan sinyal pada Darren untuk bergerak. Di awal, Darren bergerak dengan pelan dan lembut.

Pria itu seperti ingin meresapi semua dan memperpanjang moment mereka, tapi perlahan gerakan pria itu mulai cepat dan liar serta penuh nafsu. Darren menghujam tubuh Julia dengan kuat. Suara yang terdengar di dalam kamar hanyalah desahan dan erangan mereka serta suara kulit yang saling beradu.

Mereka seperti dua penari yang sedang menari tanpa seorang penonton. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk mencapai puncak kenikmatan, karena tidak beberapa lama kemudian suara teriakan mereka yang saling bersahutan mengisi keheningan malam.

Setelah itu kegelapan menghampiri mereka.


Continue Reading

You'll Also Like

4.3M 129K 88
WARNING ⚠ (21+) 🔞 𝑩𝒆𝒓𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒘𝒂𝒏𝒊𝒕𝒂 𝒚𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒌𝒆 𝒕𝒖𝒃𝒖𝒉 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒅𝒂𝒏 �...
1.4M 6.5K 14
Area panas di larang mendekat 🔞🔞 "Mphhh ahhh..." Walaupun hatinya begitu saling membenci tetapi ketika ber cinta mereka tetap saling menikmati. "...
1K 295 38
Ketika seorang gadis muda Tionghoa lugu bernama Hanni tanpa disadari terjerat dengan bos mafia Rusia yang kejam, Vladimir Svyatoslav Bogdanov, penyer...
272K 14.1K 23
Dreame account : @AuthorID (DAMIRN OTHER VERSION) Aku akan terus bersamamu sepanjang waktu Yehana, terserah kau menginginkan hal itu atau tidak. ma...