The LUCKIEST Bastard [ON REVI...

By claireffendi

4.6M 205K 3.1K

PROSES REVISI Barbara Jenner, gadis yang berlibur ke Bali bersama teman-temannya untuk lari dari kenyataan ya... More

The LUCKIEST Bastard
The LUCKIEST Bastard | Prologue
The LUCKIEST Bastard | 1
The LUCKIEST Bastard | 2
The LUCKIEST Bastard | 3
The LUCKIEST Bastard | 4
The LUCKIEST Bastard | 5
The LUCKIEST Bastard | 6 !NEW!
The LUCKIEST Bastard | 7
The LUCKIEST Bastard | 8
The LUCKIEST Bastard | 9
The LUCKIEST Bastard | 10
The LUCKIEST Bastard | 12
The LUCKIEST Bastard | 11
The LUCKIEST Bastard | 13
The LUCKIEST Bastard | 14
The LUCKIEST Bastard | 15
The LUCKIEST Bastard | 16
The LUCKIEST Bastard | 17
The LUCKIEST Bastard | 18
The LUCKIEST Bastard | 19
The LUCKIEST Bastard | 20
The LUCKIEST Bastard | 21
The LUCKIEST Bastard | 22
The LUCKIEST Bastard | 23
The LUCKIEST Bastard | 24
The LUCKIEST Bastard | 25
The LUCKIEST Bastard | 26
The LUCKIEST Bastard | 27
The LUCKIEST Bastard | 28
The LUCKIEST Bastard | 29
The LUCKIEST Bastard | 30
The LUCKIEST Bastard | 31
The LUCKIEST Bastard | 32
The LUCKIEST Bastard | 33
The LUCKIEST Bastard | 34
The LUCKIEST Bastard | 35
The LUCKIEST Bastard | 36
The LUCKIEST Bastard | 37
The LUCKIEST Bastard | 38
The LUCKIEST Bastard | 39
The LUCKIEST Bastard | 40
The LUCKIEST Bastard | 41
The LUCKIEST Bastard | 42
The LUCKIEST Bastard | 43
The LUCKIEST Bastard | 44
The LUCKIEST Bastard | 45
The LUCKIEST Bastard | 46
The LUCKIEST Bastard | 47
The LUCKIEST Bastard | 48
The LUCKIEST Bastard | 49
The LUCKIEST Bastard | 51
The LUCKIEST Bastard | 52
The LUCKIEST Bastard | 53
The LUCKIEST Bastard | 54
The LUCKIEST Bastard | 55
The LUCKIEST Bastard | 56
JAWAB YA! PENTING!
The LUCKIEST Bastard | 57
The LUCKIEST Bastard | 58
The LUCKIEST Bastard | 59
The LUCKIEST Bastard | 60
The LUCKIEST Bastard | Epilogue
NEW STORY! Sequel The LUCKIEST Bastard
INFO Penting!
NEW STORY!

The LUCKIEST Bastard | 50

86.8K 2.8K 83
By claireffendi

UPDATE!!

JANGAN LUPA VOTE DULU SEBELUM MEMBACA!!

Happy Reading

______________

Ara menelusuri wajah tampan Liam yang sedang tertidur pulas dengan intens. Tangannya terulur untuk menyentuh hidung mancung Liam. Tanpa sadar, Ara tersenyum bahkan sampai terkekeh sendiri. Keduanya sama-sama tidak mengenakan apa-apa dibalik selimut putih yang mereka pakai.

Namun itu hanya berlangsung beberapa menit saja karena tubuh Ara tiba-tiba ditarik masuk ke dalam dekapan Liam. Ara mematung, dan menahan nafasnya sejenak. Tatapannya terpaku ke mata Liam yang masiih terpejam.

"Sejak kapan kau bangun?" Tanya Ara usai mendapatkan kesadarannya kembali.

"Sejak kau menatapku dengan tatapan maniakmu," jawab Liam tanpa berniat membuka matanya. Ia mengelus Ara yang berada di dalam dekapannya.

"Mana ada?" Tanya Ara sembari menikmati dekapan Liam yang begitu nyaman dan hangat.

Liam langsung membuka matanya kemudian mengubah posisi Ara menjadi di bawahnya. Kedua tangan Liam mengurung Ara, membuatnya tidak bisa kemana-mana selain fokus kepada Liam. Jantung Ara berpacu sangat cepat sampai kesusahan menelan saliva-nya.

"A-Apa yang ingin kau lakukan?" Tanya Ara gugup.

Liam menatap Ara intens selama beberapa detik kemudian menjawab, "Selamat pagi, sayang." Liam mengeluarkan senyuman khasnya, membuat jantung Ara berpacu semakin cepat.

"Se-Selamat pagi, juga," jawab Ara gugup.

"Kenapa aku baru sadar kalau kau sangat cantik ketika baru bangun," gumam Liam yang bisa di dengar jelas oleh Ara dan membuat wajahnya memerah seketika.

"Sejak kepan kau menjadi pintar berkata manis?" Tanya Ara sembari memalingkan wajahnya sementara tangannya memukul dada bidang Liam pelan.

"Aku hanya berkata manis kepadamu, sweetheart," jawab Liam kemudian mengecup bibir Ara kilat, membuat wajah Ara semakin merah. Liam benar-benar suka melihat wajah Ara yang memerah karenanya.

Liam kembali ke posisi tidurnya, tidak lagi mengukung Ara. Liam memejamkan matanya, sementara tangannya masih setia mendekap Ara. Ara pun memanfaatkan kesempatan ini, ia melingkarkan tangannya di pinggang Liam dan memeluknya erat-erat.

Namun kehangatan itu hanya berlangsung beberapa menit karena ponsel Liam yang berbunyi. Liam menggeram kesal. Dengan tidak rela, ia turun dari ranjang dan mengangkat telepon yang  mengganggu waktunya bersama Ara.

Jika tidak penting, Liam bersumpah ia akan menghabisi orang yang meneleponnya.

"Halo," ucap Liam datar.

"Tuan, ada masalah besar!" Ucap Dustin di telepon dengan nada paniknya.

"Ada apa?" Tanya Liam datar.

"Ada penyusup di dalam perusahaan dan dia membawa kabur informasi dalam perusahaan," ucap Dustin.

Rahang Liam mengeras. Ia menjawab, "Aku mengerti. Aku akan ke kantor sekarang. Kau cari siapa pelakunya."

Tanpa menunggu balasan, Liam langsung menutup teleponnya dan kembali masuk ke dalam kamar. Ia menghampiri Ara yang masih setia berada diatas ranjang.

"Siapa yang menelepon?" Tanya Ara.

"Dustin," jawab Liam. Rahang Liam yang tadi sempat menegang akibat telepon Dustin itu kini tidak lagi usai menatap wajah cantik gadis yang ia cintai.

"Apakah ada masalah? Sepertinya kau barusan emosi," tanya Ara sembari menyentuh rahang tegas Liam.

"Tidak ada. Hanya masalah kecil," jawab Liam sembari tersenyum tipis. Ara tak lagi membalas. Ia kembali melingkarkan tangannya di pinggang Liam dan menyandarkan kepalanya di dada bidang Liam. Ara menghirup aroma aftershave ciri khas Liam yang begitu memabukkan dalam-dalam.

"Aku harus berangkat, Ara. Hari ini kau tidak perlu bekerja, istirahatlah. Jika ingin kembali, aku sudah menyiapkan supir di bawah untuk mengantarmu pulang," ucap Liam sembari bangkit dari ranjang.

"Kau tidak memiliki hak untuk melarangku bekerja, Liam," ucap Ara tidak terima.

"Well.... Aku tahu. Tetapi, aku yakin kau tidak bisa berrjalan," jawab Liam dengan seringai nakalnya.

"Kau mengejekku?!" Ucap Ara kesal. Ia menyikap selimut yang menutupi tubuh polosnya dan turun dari ranjang. Namun yang dikatakan Liam benar adanya, ia tidak bisa berjalan!

Bruk!

Pantat mulus Ara yang tidak dibungkus sehelai kain itu menyentuh dinginnya lantai. Dengan cepat Liam langsung menghampiri Ara kemudian menggendong dan merebahkan tubuh Ara kembali diatas ranjang.

"Ara, kau tidak apa-apa? Apakah sakit?" Tanya Liam cemas. Ara hanya terdiam melongo, tercengang melihat Liam yang cemas. Sepertinya Liam berubah sangat banyak.

"Ini salahku. Seharusnya aku tidak kelepasan semalam. Maafkan aku, Ara, sudah membuatmu seperti ini," ucap Liam dengan nada bersalahnya. Ara semakin terccengang mendengar ucapan maaf dari bibir tajam Liam.

"T-Tidak apa, Liam. Aku baik-baik saja," jawab Ara akhirnya usai tercengang beberapa saat.

"Ini salahku. Maaf-"

"Ssshhhh!" Ara menempelkan telunjuknya di bibir Liam untuk tidak melanjutkan perkataannya lagi. Ara tersenyum lembut kemudian berkata, "Aku tidak apa, Liam. Tidak perlu merasa bersalah seperti itu. Bukankah kau harus ke kantor? Sebaiknya kau bersiap-siap."

"Cepat sana!" Ucap Ara lagi karena melihat Liam yang masih diam bergeming.

"Kau yakin kau baik-baik saja?" Tanya Liam yang masih cemas.

"Aku baik-baik saja Liam," jawab Ara dengan senyum menenangkan. Barulah Liam bangkit dan bersiap-siap untuk berangkat kerja. Ara langsung menghela nafasnya panjang karena berhasil menenangkan Liam.
_____

MAX Company, Seattle, USA.

Liam turun dari limousine-nya begitu sampai di lobby dan berjalan menuju ke lift khususnya diikuti dengan Dustin dan beberapa kepala direksi di belakangnyaa. Lift-nya naik ke lantai paling atas. Begitu pintu lift terbuka, Liam langsung keluar dan masuk ke ruang rapat, dan beberapa kepala direksi sudah menunggu kehadirannya.

"Selamat pagi, Tuan Maxwell," ucap seluruh hadirin di dalam ruangan itu sembari berdiri sopan. Liam duduk kemudian menngisyaratkan untuk duduk.

Usai para anggota rapat duduk, Liam langsung mengeluarkan suara, "Ceritakan apa yang terjadi."

Sang direktur umum atau dikenal General Manager, berdiri kemudian berkata, "Saya yakin kalian semua sudah dengar tentang penyusup yang membawa informasi internal perusahaan kita."

"Langsung ke inti," ucap Liam dingin tak terbantahkan.

"I-Iya, Tuan. Penyusup tersebut merupakan salah satu karyawan bagian auditor. Dia membawa sejumlah data yang seharusnya menjadi data rahasia kami dan juga membawa sejumlah uang yang cukup besar," ucap direktur umum itu.

"Hal ini membuat perusahaan mengalami kerugian besar dan harga saham MAX Company menjadi turun," tambah direktur umum tersebut kemudian kembali duduk.

"Ini data karyawan tersebut, Tuan," ucap Dustin seraya memberikan map kulit hitam kepada Liam.

"Membayar seorang auditor. Pintar juga," gumam Liam pelan kemudian tersenyum miring.

"Menurut informasi yang kami dapat, auditor tersebut dibayar oleh Wangs Technology," tambah direktur umum lagi.

"Wangs Technology? Perusahaan sombong yang sedang naik daun itu?" Ucap Liam.

"Benar, Tuan," jawab sang direktur umum.

Liam menutup map hitam yang dipegangnya, kemudian membanting map tersebut diatas meja. Semua orang yang berada di dalam ruangan itu terlonjak kaget. Mereka semua spontan menundukkan kepalanya, tidak berani menatap Liam yang kini tatapannya sudah sangat tajam dan membunuh.

"Kalian tahu, kelalaian apa yang sudah kalian buat?" Tanya Liam dingin namun tajam.

"Maafkan kami, Tuan," ucap seluruh kepala direksi bersamaan.

"Jujur saja, saya paling benci memaafkan orang. Karena itu saya juga tidak pernah meminta maaf karena meminta maaf hanya membuat perasaan kalian lebih lega saja. Saya tidak mau seperti itu!" Ucap Liam tegas dan dingin.

Tidak ada yang berani menjawab, seluruh kepala direksi menundukkan kepala mereka. Rasa mencekam di dalam ruang rapat berlangsung selama beberapa detik hingga akhirnya Liam berkata, "Kalian semua keluar. Rapatnya selesai."

Seluruh kepala direksi cepat-cepat berdiri dan keluar dari ruangan mencekam itu secepat mungkin. Liam menyandarkan tubuhnya di kursi sembari menormalkan emosinya yang hampir mendidih itu.

"Dustin," panggil Liam.

"Iya, Tuan?" Jawab Dustin.

"Aku ingin kau mencari informasi tentang orang ini," Liam menunjukkan sebuah dokumen yang sedari tadi ia bawa.

"Baik, Tuan," jawab Dustin kemudian meninggalkan Liam sendirian disana.
_____

Sementara itu di penthouse Liam, Ara sudah selesai membersihkan tubuhnya dan bersiap untuk pulang. Ia sudah bisa berjalan meski seluruh tubuhnya masih pegal, begitu juga dengan daerah intinya.

Usai Ara masuk ke dalam mobil yang disediakan khusus oleh Liam, notifikasi ponselnya berbunyi. Membaca pesan kemudian membalasnya, Ara mengubah rencananya.

"Tolong antarkan aku ke tempat ini," ucap Ara sembarikan menunjukkan alamat yang telah dibeerikan.

"Nona... Tadi Tuan berkata anda tidak boleh kemana-mana selain pulang ke apartemen anda," ucap sang supir.

"Tenang saja. Lagipula dia tidak ada disini, kan? Sudahlah, ayo jalan," ucap Ara.

TO BE CONTINUED
________________

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA YA!!

Jujur, aku ngerasa engga enak sama kalian karena nunggu aku yang lama banget update-nya. Tadi aja benernya udah mau engga update lagi karena udah kecapekan. Tapi aku engga bisa, jadinya update haha. Kenapa engga kemarin-kemarin update? Itu karena aku lagi pingin me time sih setelah melewati minggu yang bener-bener hectic ditambah mata bengkak tiap hari kayak orang habis nangis akibat sekolah online.

Dan aku mau ucapin terima kasih karena kalian udah setia nungguin ceritaku. Aku bersyukur dan terharu bangettt

Maaf aku curhat panjang lebar haha

Anyway, see you on next part!!

Tetap jaga kesehatan ya semuanya!

THANK YOU, CLAIRINE.

-15-10-20-


Continue Reading

You'll Also Like

837K 33.2K 50
[Complete] Apa jadinya, jika CEO sebuah perusahan yang begitu dingin, tidak pernah tersenyum,perfeksionis, bertemu dengan wanita bodoh, dan ceroboh...
2M 54.3K 34
Dylan Jordan Bouttier. seorang ahli waris dari Bouttier's group yang melarikan diri di saat akan di angkat sebagai Ceo oleh sang ayah. Dylan memilih...
1.7M 107K 89
[Follow dulu untuk kenyamanan bersama🙏] Ditarik sebagian demi kepentingan penerbitan. CERITA LEBIH BANYAK NYESEK DIBANDING BAHAGIANYA. ⚡WALLANCE BO...
20.5M 993K 64
COMPLETED Highest Rank: #1 in Romance 09.01.2017 #3 in Romance 23. 08.2019 (Beberapa Part Sudah dikunci, follow akun nuna dulu, lalu masukan kembali...